Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2014


UNIVERSITAS PATTIMURA

PELVIC INFLAMMATORY DISEASES


(PID)

Disusun oleh:
Rahel Laritmas
(2008-83-022)
KONSULEN:
dr. Rahmat Saptono, Sp.OG
DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
DEFINISI
 Pelvic inflammatory diseases (PID) adalah keadaan terjadinya
infeksi pada genetalia interna, disebabkan berbagai
mikroorganisme  Endometrium, tuba, ovarium, parametrium
dan peritoneum panggul, baik perkontinuinatum dari organ
sekitarnya, secara hematogen, ataupun akibat penularan hubungan
seksual
EPIDEMIOLOGI
 Di Indonesia insidensinya > 850.000 kasus baru setiap
tahun.
 PID infeksi pada perempuan umur 16-25 tahun.
 insidensi pathogen menular seksual seperti C.
trackomatis.
 Kurang lebih 15% kasus  PID setelah tindakan seperti
biopsi endometrium, kuretase dan insersi AKDR.
ETIOLOGI
 Organism PID  adalah N. Gonorrhoeae dan C
.Trachomatis.
FAKTOR RISIKO
 Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 35 thn
 Selaput lendir servical (leher rahim) yang tipis
 Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
 Pasangan seksual berganti-gantim atau lebih dari 2 pasangan
dalam waktu 30 hari
 Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
 Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali
dalam sebulan
 Penggunaan IUD (spiral)
KLASIFIKASI
Yang termasuk dalam PID
1. Endometritis
2. Salpingo-ooforitis akut
3. Parametritis
4. Pelveoperitonitis (perimetritis)
5. Abses tubo-ovarial
Endometritis Salpingo-ooforitis Parametritis Pelvioperitonitis
Radang pada endometrium Radang pada tuba falloppi Radang dari jaringan Terjadi sebagai lanjutan dari
dan ovarium longgar di dalam ligmatum salpingoophoritis
Gejala:
Demam, lokia berbauh, lokia
Gejala: Gejala:
lama berdarah malahan terjadi
metrorrhagi Demam tinggi dengan Suhu tinggi dengan demam Gejala: Nyeri di perut bagian
menggigil, nyeri kiri dan menggigil bawah.
Terapi: uterotonika kanan di perut bagian Nyeri unilateral tanpa Teraba tahanan yang kenal
Istirahat, antibiotik bawah terutama kalau ransangan peritoneum yang berfluktuasi dalam cav.
ditekan, mual, dan muntah seperti muntah Douglasi dan yang neyri
tekan
Terapi: Terapi: Antibiotik
Istirahat Terapi: antibiotik
Perawatan umum Istirahat, opiat
Antibiotik dan analgetik
PATOFISIOLOGI
Banyak kasus PID diperkirakan terjadi dalam 2
stadium
Stadium awal didapat dari infeksi vagina atau
infeksi servikal. Infeksi ini sering ditularkan
secara seksual dan dapat terlihat asimtomatik.
Stadium kedua yaitu invasi langsung
mikroorganisme dari vagina atau serviks ke
saluran genital bagian atas, dengan infeksi dan
inflamasi dari struktur tersebut.
Gejala dan Diagnosis
 Nyeri abdominopelvik
 Keluhan lain  keluarnya cairan vagina atau perdarahan,
demam dan menggigil, serta mual dan disuria. Demam terlibat
pada 60% sampai 80% kasus.
 Diagnosis PID sulit keluhan bervariasi
 Pada pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa,
 PID didiagnosis akurat hanya sekitar 65%.
Lanjutan
Kriteria diagnosis dari CDC dapat membantu diagnosis dan ketepatan :
1. Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut (ketiga
gejala ini harus ada)
– Nyeri gerak serviks
– Nyeri tekan Uterus
– Nyeri tekan adneksa
2. Kriteria tambahan
– Suhu oral > 38,50C
– Cairan serviks atau vagina tidak normal mukopurulen
– Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan
– Kenaikan laju endap darah
– Protein reaktif-C meningkat
– Dokumentasi laboratorium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae atau C. trachomatis
Lanjutan
• Nyeri gerak serviks
Kriteria minimum • Nyeri tekan Uterus
• Nyeri tekan adneksa

Kriteria • Suhu oral > 38,50C, Cairan serviks atau vagina tidak normal mukopurulen
• Leukosit dalam jumlah banyak, Kenaikan laju endap darah

tambahan • Pemeriksaan Laboratorium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae atau C.


trachomatis

Kriteria paling • Biopsi endometrium


• USG transvaginal atau MRI memperlihatkan tuba menebal penuh berisi cairan

spesifik dengan atau tanpa cairan bebas di panggul atau kompleks tuba-ovarial
• Hasil pemeriksaan laparoskopi yang konsisten dengan PID
PENATALAKSANAAN
Medikasi
Pasien rawat jalan
– Regimen A: ofloxacin 400 mg PO selama 14 hari atau
levofloxacin 500 mg PO satu kali sehari selama 14
hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg selama
14 hari
– Regimen B: cefoxitin 2 g IM dengan probenesid 1 g PO
atau cefriaxone 250 mg atau Cephalosporin yang
setara dan Doxycycline 100 mg PO selama 14 hari.
Lanjutan
Terapi Parenteral
 Regimen A: cefotixin 2 g IV tiap 6 jam atau cefotetan 2 g IV
tiap 12 jam (atau cephalosporin lain seperti ceftizoxime,
cefotaxime, dan cefriaxon) dengan doxycyclin 100 mg PO
atau IV tiap 12 jam. Parenteral terapi selama 24 jam setelah
perbaikan secara klinis, lanjutkan Doxycyclin setelah pasien
dipulangkan hingga total 10-14 hari
 Regimen B: Clindamycin 900 mg IV tiap 8 jam dan
Gentamisin dosis awal 2 mg/kgBB diikuti dosis 1,5 mg/kgBB
tiap 8 jam. Parenteral terapi selama 24 jam setelah
perbaikan klinis, lanjutkan Doxycyclin setelah pasien
dipulangkan hingga total 10-14 hari atau Clindamycin oral 4
kali sehari selama total 14 hari
Pencegahan
 Setia pada satu pasangan merupakan salah satu cara agar dapat
terhindar dari PID
 Kondom pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan
benar dan berkelanjutan, dapat menurunkan resiko terinfeksi
chlamydia dan gonorrhea.

Anda mungkin juga menyukai