“PNEUMONIA”
Oleh:
Winda Diah Nugraheni
1102011293
LAPORAN KASUS
Nama : An. N.D.
Tanggal Lahir : 6-10-2014/ 10 bulan
BB :13,7 kg
PB :78 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kanguru 2, Kelurahan Gedong
Masuk RS : 18-8-2015
Keluar RS :-
Tanggal Periksa : 19-8-2015
No. RM : 2015-610180
Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama : Tn. UD Ny. IM
Umur : 35 th 30 th
Pendidikan : SMA SD
Pekerjaan : Buruh Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam Islam
Anamnesa
Alloanamnesa dengan ibu pasien
Keluhan Utama : Demam ± 7 hari, demam naik turun
dan paling tinggi saat malam hari.
Keluhan Tambahan : Batuk berdahak, pilek, buang air besar
mencret, frekuensi bab 2x/hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik anak RSUD Pasar Rebo pada tanggal
18 Agustus 2015 dengan keluhan demam sudah satu minggu, demam
naik turun dan paling tinggi saat malam. Pasien juga mengeluh batuk
berdahak dan pilek bersamaan dengan timbulnya demam. Keluhan
disertai buang air besar yang cair dengan frekuensi bab 2x/hari dan
terdapat ampas dan lendir. Keluhan mual, muntah, mimisan, gusi
berdarah, perut sakit, nyeri otot disangkal oleh pasien. Nafsu makan
pasien baik dan pasien masih mau minum ASI. Pasien di diagnosis
pneumonia dan disarankan untuk dirawat serta diberikan pengobatan.
Tiga hari sebelumnya, pasien juga berobat ke poliklinik anak RSUD
Pasar Rebo pada tanggal 15 Agustus 2015 dan di diagnosis ISPA, lalu
disarankan untuk pemeriksaan darah lengkap, saat itu pasien tidak di
rawat dan diberikan pengobatan.
Pasien pernah mengeluhkan hal yang sama dan berobat ke poliklinik
anak pada tanggal 17 Februari 2015, yaitu demam sejak 10 hari yang lalu,
batuk dan pilek. Pasien disarankan untuk periksa darah lengkap. Hasilnya
adalah 9,6/28/11.500/477.000. Pada saat itu pasien tidak dirawat dan hanya
mendapat pengobatan berupa sanmol dan mucopect. Riwayat terkena flek
paru-paru tidak ada, riwayat asma tidak ada, riwayat sakit ispa sebelumnya
hingga dirawat tidak ada dan riwayat alergi tidak ada. Bapak pasien merokok.
Riwayat imunisasi belum lengkap.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengeluhkan keluhan yang sama pada saat usia 4 bulan.
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
0 – 2 bulan ASI - -
2 – 4 bulan ASI - -
4 – 6 bulan ASI - -
10 – 12 bulan PASI
Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak tampak retraksi dinding dada saat bernafas
Palpasi : Tidak teraba adanya massa pada dinding dada
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikular (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung simetris, tidak tampak sikatrik
Auskultasi : Bising usus positif normal
Palpasi : Supel, tidak teraba pembesaran lien, hepar, turgor kulit baik
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2’, tidak ada edema pada keempat ekstremitas,
tidak ada deformitas.
Genitalia : Tidak tampak adanya kelainan
Tanda rangsang meningeal :
Kaku kuduk : Negatif
Brudzinki I : Negatif
Brudzinki II : Negatif
Kernig : Negatif
Lasque : Negatif
Status Gizi
Antropometris :
- Berat Badan (BB) : 13,7 kg
- Tinggi/Panjang badan : 78cm
- Lingkar Kepala : 44 cm
- Lingkar Lengan Atas : 17 cm
- BMI : BB (kg) = 13,7 (kg) = 22,83
TB² (m²) (0,78)² m²
Hematokrit 28 26 36 35 – 43%
Basofil 0 0 0 0–1
Eosinofil 0 1 4 1–3
Neutrofil 0 0 0 0–8
Batang
Neutrofil 27 53 51 25 – 60
Segmen
Limfosit 62 36 35 25 – 60
Monosit 8 8 8 1–6
LUC 3 2 2 <4
Urinalisa (16-8-2015)
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
pH 6.0 4,8-7,4
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/Hb Negatif Negatif
Protein +1 Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Silinder Negatif
Sel Epitel Epitel (+1)/LPB Positif
Kristal Negatif
Bakteria (1+) Negatif
Lain-lain Candida Sp.
Analisa Tinja (19-8-2015)
Warna Kuning Coklat
Konsistensi Lembek Lembek
Interpretasi hasil:
Cor : Normal
Aorta : Normal, trakhea ditengah
Pulmo : Hili normal. Corakan
bronkovaskular baik.
Infiltrat di suprahiler, perihiler
kedua paru.
Sinus costofrenikus dan diafragma
baik
Jaringan lunak dan tulang-tulang
dinding dada baik
Kesan : Proses spesifik aktif
Swab Tenggorok
Hasil (27-8-2015) : Klebsiella Pneumoniae
Resume
Pasien seorang anak laki-laki usia 10 bulan, datang dengan keluhan demam
sudah 1 minggu, demam naik turun dan paling tinggi saat malam hari. Keluhan
disertai dengan batuk berdahak dan pilek bersamaan dengan timbulnya demam,
buang air besar mencret dengan frekuensi 2x/hari dan terdapat ampas dan lendir.
Keluhan mual, muntah, mimisan, gusi berdarah, perut sakit, nyeri otot disangkal.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan gizi obesitas, keadaan umum
tampak sakit sedang, pernafasan cepat >40x/menit, frekuensi nadi cepat
>136x/menit, demam (suhu 39,8˚C). Pada pemeriksaan hidung tidak tampak
adanya nafas cuping hidung, pada inspeksi paru tidak tampak adanya retraksi dinding
dada, pada auskultasi terdengar ronkhi yang jelas pada kedua lapangan paru.
Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Dari pemeriksaan penunjang
didapatkan hemoglobin yang rendah, leukositosis, pemeriksaan urin terdapat protein
+1, bakteri +1 dan Candida sp. Pada analisis tinja terdapat lendir dan leukosit 3-5.
Pemeriksaan rontgen toraks terdapat proses spesifik aktif, hasil swab tenggorok
Klebsiella Pneumoniae.
DIAGNOSIS KERJA
Pneumonia, GEA, Anemia, Obesitas
DIAGNOSIS BANDING
Bronkiolitis, Asma, TB
PENATALAKSANAAN
Infus Kaen IIIB 10 tpm
Ceftriaxone 3x500mg
Sanmol 4x150mg
Mucopect 2x10
Inhalasi combivent 1 amp + NaCl 2cc
Lacto β 2xI
Ranitidin 2x15mg
Transfusi PRC 150 cc
Lasix 15mg
Cefotaxim 2x500mg
Amikasin 2x80mg
Kalmetason 3x2 mg
Citirizine 1x1/2 cth
Prognosis
InfeksiVirus
Anak usia <3 tahun → Respiratory SyncytialVirus (RSV)
Adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus
Faktor Resiko
a. Faktor risiko yang terjadi pada balita
1. Status Gizi
2. Status Imunisasi
3. Pemberian ASI
4. Usia Anak
5. Defek Anatomi Bawaan
6. Imunodefisiensi
7. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
b. Faktor Lingkungan
1. Ventilasi
2. Polusi Udara
3. Anggota rumah yang menderita batuk
4. Kamar tidur terlalu padat
Patogenesis
Mikroorganisme penyebab → inhalasi/penyebaran hematogen → saluran
pernafasan → kontak antara bakteri dengan dinding alveolus → respon
imunologis antibodi IgG → fagositosis oleh makrofag alveolar → lisis
kuman melalui reaksi komplemen → respon inflamasi
Jika mekanisme di atas gagal → leukosit PMN distimulasi melalui perantara
sitokin → respon inflamasi → kongesti vaskular dan edema jaringan →
area edematus akan memebentuk area sentral tdd eritrosit, eksudat purulen
(fibrin, leukosit PMN, dan bakteri) → fase hepatisasi merah
Fagositosis leukosit PMN → lisis dinding bakteri dan pneumolisisn → efek
sitotoksik dan inflamasi semakin meningkat → kaburnya struktur seluler
paru → fase hepatisasi kelabu
Antibodi antikapsular timbul dan leukosit PMN meneruskan fagositosis →
sel-sel monosit membersihkan debris → fase resolusi
Manifestasi Klinis
Gejala infeksi umum: demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual,
muntah atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmoner
Gejala gangguan respiratori: batuk, sesak nafas, retraksi dada,
takipnea, nafas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis
Klasifikasi
1. Berdasarkan pedoman WHO
Bayi dan anak berusia 2 bulan-5 tahun
Pneumonia Berat
Pneumonia
Bukan Pneumonia
Bayi berusia dibawah 2 bulan
Pada bayi berusia di bawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitnya lebih bervariasi,
mudah terjadi komplikasi, dan sering menyebabkan kematian
Pneumonia
Bukan
pneumonia
2. Berdasarkan usia pasien
Neonatus dan Bayi
• Akibat transmisi vertical ibu-anak
• Streptococcus grup B, Chlamydia trachomatis, dan bakteri gram
negatif seperti E.coli, Pseudomonas, atau Klebsiela
• Manifestasi: serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping
hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi
atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam.
Balita dan anak yang lebih besar
• Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza tipe B,
Staphylococcus aureus, Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia,
disamping berbagai virus respiratori
• Manifestasi: demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia,
dan kadang-kadang keluhan gastrointestinal seperti muntah dan
diare.
3. Berdasarkan etiologi
Pneumonia Tipik
• Disebabkan oleh bakterial, Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus aureus, Streptococcus grup B, dan bakteri gram
negatif seperti E.coli, Pseudomonas, atau Klebsiela
Pneumonia Atipik
• Mikroorganisme penyebab adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia spp, Legionnela pneumofila, dan Ureaplasma urealyticum
• Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan
penyebab potensial infeksi respiratori dan pneumonia pada
anak usia sekolah dan remaja. Sedangkan Legionella pneumophila
dan Ureaplasma urealyticum jarang dilaporkan menyebabkan
infeksi pada anak.
4. Berdasarkan epidemiologi
Bronkopneumonia
• Infeksi yang biasanya bermanifestasi sebagai bercak-
bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru.
Pneumonia Lobaris
• Biasanya terjadi oada anak besar atau remaja, dapat
berupa konsolidasi pada salah satu lobus paru-paru.
Diagnosis
WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang
sederhana.
Gejala klinis sederhana tersebut meliputi napas cepat, sesak nafas, dan
berbagai tanda bahaya agar anak segera di rujuk ke pelayanan kesehatan.
Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan-3 tahun adalah tidak dapat minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk.
Tanda bahaya untuk bayi berusia dibawah 2 bulan adalah malas minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa
dingin.
1. Berdasarkan pedoman WHO
Bayi dan anak berusia 2 bulan-5 tahun
4. Pemeriksaan Mikrobiologis
Spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan
bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru
Spesimen yang memenuhi syarat adalah sputum yang mengandung lebih
dari 25 leukosit dan kurang dari 40 sel epitel/lapangan pada
pemeriksaan mikroskopis dengan pembesaran kecil
Kultur darah jarang positif pada infeksi Mikoplasma dan Klamidia.
5. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.
Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air broncogram.
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan penumonia lobaris, atau
terlihat sebagai lesi tunggal yang biasnaya cukup besar, berbentuk sferis,
berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal
sebagai round penumonia.
Bronkopeumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa becak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Gambaran foto rontgen toraks penumonia pada anak meliputi infiltrat ringan
pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru
Tatalaksana
1. Pneumonia rawat jalan
Antibiotik lini pertama secara oral → amoksisilin atau kotrimoksazol
Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/kgBB, sedangkan
kotrimoksazol 4 mg/kgBB – 20 mg/kgBB.
2. Pneumonia rawat inap
Antibiotik beta-laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinaksikan dengan
kloramfenikol.
Pada neonatus dan bayi kecil → kombinasi beta-laktam/klavunat dengan
aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga.
Pada balita dan anak yang lebih besar → antibiotik beta-laktam dengan/atau
tanpa klavulanat
Kasus yang lebih berat → beta-laktam/klavulanat dikombinasikan makrolid
baru intravena, atau sefalosporin diganti dengan antibiotik oral dan berobat
jalan.
Komplikasi
Empiema torasis, perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau
infeksi ektrapulmoner seperti meningitis purulenta
Komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan
meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung)
Pencegahan
Imunisasi → Pneumonia diketahui dapat sebagai komplikasi dari
campak, pertusis dan varisela → imunisasi DPT dan campak
Pneumonia oleh Haemophilus influenza → imunisasi HiB
Menghindari faktor paparan asap rokok dan polusi udara
Membatasi penularan terutama dirumah sakit misalnya dengan
membiasakan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dan masker
Isolasi penderita → menghindarkan bayi/anak kecil dari kontak dengan
penderita ISPA.
Pemberian ASI
Daftar Pustaka
Said M. Pneumonia. Dalam: Rahajoe N.N., Supriyatno B., Setyanto D.B. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi
Pertama. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Hal: 350.
Calistania C., Indawati W. Pneumonia. Dalam: Tanto C., et al. editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Keempat.
Jakarta: Media Aesculapius. 2014. Hal: 174.
Batuk dan atau Kesulitan Bernapas. Dalam: Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: World Health Organization Indonesia bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2009. Hal: 86.
Retno A., Landia S., Makmuri M.S. Pneumonia. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI. Divisi Respirologi
Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya: Open Urika Creative Multimedia
and Presentation. 2006.
Revised WHO classification and treatment of pneumonia in children at health facilities: evidence summaries.
World Health Organization. Switzerland: WHO Library Cataloguing in Publication Data. 2014. Hal: 6-13.
Harris M., et al. British Thoracic Society guidelines for the management of community acquired pneumonia in
chlidren: update 2011. Thorax (2011) Vol. 66 (2): 1-20.