Anda di halaman 1dari 52

PRESENTASI KASUS

“PNEUMONIA”

Oleh:
Winda Diah Nugraheni
1102011293
LAPORAN KASUS
 Nama : An. N.D.
 Tanggal Lahir : 6-10-2014/ 10 bulan
 BB :13,7 kg
 PB :78 cm
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Kanguru 2, Kelurahan Gedong
 Masuk RS : 18-8-2015
 Keluar RS :-
 Tanggal Periksa : 19-8-2015
 No. RM : 2015-610180
Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
 Nama : Tn. UD Ny. IM
 Umur : 35 th 30 th
 Pendidikan : SMA SD
 Pekerjaan : Buruh Ibu Rumah Tangga
 Agama : Islam Islam
Anamnesa
 Alloanamnesa dengan ibu pasien
 Keluhan Utama : Demam ± 7 hari, demam naik turun
dan paling tinggi saat malam hari.
 Keluhan Tambahan : Batuk berdahak, pilek, buang air besar
mencret, frekuensi bab 2x/hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik anak RSUD Pasar Rebo pada tanggal
18 Agustus 2015 dengan keluhan demam sudah satu minggu, demam
naik turun dan paling tinggi saat malam. Pasien juga mengeluh batuk
berdahak dan pilek bersamaan dengan timbulnya demam. Keluhan
disertai buang air besar yang cair dengan frekuensi bab 2x/hari dan
terdapat ampas dan lendir. Keluhan mual, muntah, mimisan, gusi
berdarah, perut sakit, nyeri otot disangkal oleh pasien. Nafsu makan
pasien baik dan pasien masih mau minum ASI. Pasien di diagnosis
pneumonia dan disarankan untuk dirawat serta diberikan pengobatan.
Tiga hari sebelumnya, pasien juga berobat ke poliklinik anak RSUD
Pasar Rebo pada tanggal 15 Agustus 2015 dan di diagnosis ISPA, lalu
disarankan untuk pemeriksaan darah lengkap, saat itu pasien tidak di
rawat dan diberikan pengobatan.
Pasien pernah mengeluhkan hal yang sama dan berobat ke poliklinik
anak pada tanggal 17 Februari 2015, yaitu demam sejak 10 hari yang lalu,
batuk dan pilek. Pasien disarankan untuk periksa darah lengkap. Hasilnya
adalah 9,6/28/11.500/477.000. Pada saat itu pasien tidak dirawat dan hanya
mendapat pengobatan berupa sanmol dan mucopect. Riwayat terkena flek
paru-paru tidak ada, riwayat asma tidak ada, riwayat sakit ispa sebelumnya
hingga dirawat tidak ada dan riwayat alergi tidak ada. Bapak pasien merokok.
Riwayat imunisasi belum lengkap.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengeluhkan keluhan yang sama pada saat usia 4 bulan.
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Penyakit Jantung -

Cacingan - Diare berulang - Penyakit Ginjal -

Demam - Kejang - Penyakit Darah 4 bulan


berdarah

Demam - Kecelakaan - Infeksi pernapasan -


Typhoid

Otitis - Morbili - Tuberkulosis -

Parotitis - Operasi Bronchitis -


Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak didapatkan adanya keluhan yang sama dalam keluarga
 Riwayat ispa dalam keluarga tidak ada
 Riwayat flek paru-paru dalam keluarga tidak ada
 Tidak terdapat riwayat alergi obat, alergi makanan, penyakit jantung, dan asma

Riwayat Kebiasaan dalam Keluarga


 Ayah pasien merupakan seorang perokok aktif yang sering merokok dekat
dengan pasien ketika berada dirumah
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Riwayat Kehamilan
Status obstetri ibu pasien P2A0, pasien merupakan anak ke-2. Selama
kehamilan ibu pasien mengalami anemia dalam kehamilan sejak usia 4
bulan, hemoglobin ibu saat itu sekitar 8-9 g/dL. Ibu pasien diberi tablet
besi dan harus diminum setiap satu kali sehari selama kehamilan, namun
ibu tidak mengkonsumsinya dengan rutin hingga pasien lahir. Ibu pasien
tidak merokok dan minum-minuman alkohol. Ibu pasien rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan sacara teratur di bidan. Kontrol
kehamilan pada awalnya 1 bulan sekali, mendekati usia kehamilan matang
menjadi 1 minggu sekali.
 Kesan : Kontrol rutin, janin tunggal, terdapat anemia dalam kehamilan
 Riwayat Persalinan
 Pasien lahir spontan pervaginam dengan bidan. Usia kehamilan saat
itu sekitar 9 bulan lebih 2 minggu atau 38 minggu (keterangan ibu
os). Berat badan lahir 2.750 gram, jenis kelamin laki-laki, panjang
badan dan lingkar kepala tidak ingat. Waktu lahir pasien tidak
langsung menangis, sekitar 10 menit baru menangis. Ibu tidak
mengetahui nilai APGAR anaknya, tidak ada kelainan bawaan.
 Kesan : Bayi lahir spontan, neonatus cukup bulan, sesuai masa
kehamilan
Riwayat Tumbuh Kembang
 Pertumbuhan gigi pertama: 9 bulan
 Pertumbuhan psikomotor:
 Mengangkat kepala: 4 bulan
 Meraih benda: 2 bulan
 Tengkurap: antara 4-6 bulan
 Duduk: belum bisa
 Merangkak: belum
 Berdiri: belum
 Berjalan: belum
 Berbicara kosakata tidak jelas: 8 bulan
Riwayat Makanan
UMUR ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

0 – 2 bulan ASI - -

2 – 4 bulan ASI - -

4 – 6 bulan ASI - -

6 – 8 bulan ASI/PASI Pisang dilumatkan, Bubur susu (2 – 3 x


pepaya dan jeruk sehari)

8 – 10 bulan ASI/PASI Pisang dilumatkan, Bubur susu (2 – 3 x


pepaya dan jeruk sehari)

10 – 12 bulan PASI

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan cukup


Riwayat Imunisasi
Imunisasi dilakukan di puskesmas. Imunisasi belum lengkap, yaitu DPT III dan IV,
polio III dan IV serta campak.

Riwayat Sosial Ekonomi


 Sosial Ekonomi :
Ayah pasien bekerja sebagai buruh dengan jumlah penghasilan ayah tidak
menentu. Ayah menghidupi untuk 3 anggota keluarga. Sementara ibu pasien
merupakan ibu rumah tangga.
 Lingkungan
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dengan sanitasi yang baik. Pasien
tinggal serumah dengan ayah, ibu dan satu orang kakak. Rumah milik sendiri.
Ventilasi cukup baik, sumber air bersih baik, pencahayaan baik, pembuangan
sampah pada tempat pembuangan sampah, tidak memelihara hewan didalam
rumah, dan tidak terdapat pabrik atau industri dekat rumah. Riwayat bepergian
ke luar pulau jawa disangkal.
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum :Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-tanda Vital
 Frekuensi Nadi : 136 x/menit
 Frekuensi Nafas : 44 x/menit
 Suhu : 39,8˚C
 Kepala : Normocephal, Lingkar kepala 44 cm, rambut hitam
merata dan tidak mudah dicabut.
 Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-)
Refleks cahaya (+/+), Pupil bulat isokor
 Telinga : Normotia, normosepta, serumen (-)
 Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), nafas cuping hidung (-)
 Tenggorok :T1-T1 tenang, faring hiperemis
 Mulut : Mukosa bibir basah
 Leher : KGB tidak teraba membesar, trakea tidak deviasi
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V mid-klavikula sinistra
Perkusi : Batas atas jantung di sela iga 3 garis sternal kiri
Batas kanan jantung di sela iga 4 garis sternal kanan
Batas kiri jantung di sela iga 4 garis midklavikula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop.

 Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak tampak retraksi dinding dada saat bernafas
Palpasi : Tidak teraba adanya massa pada dinding dada
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikular (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-)

 Abdomen
Inspeksi : Cembung simetris, tidak tampak sikatrik
Auskultasi : Bising usus positif normal
Palpasi : Supel, tidak teraba pembesaran lien, hepar, turgor kulit baik
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2’, tidak ada edema pada keempat ekstremitas,
tidak ada deformitas.
 Genitalia : Tidak tampak adanya kelainan
 Tanda rangsang meningeal :
Kaku kuduk : Negatif
Brudzinki I : Negatif
Brudzinki II : Negatif
Kernig : Negatif
Lasque : Negatif
 Status Gizi
Antropometris :
- Berat Badan (BB) : 13,7 kg
- Tinggi/Panjang badan : 78cm
- Lingkar Kepala : 44 cm
- Lingkar Lengan Atas : 17 cm
- BMI : BB (kg) = 13,7 (kg) = 22,83
TB² (m²) (0,78)² m²

Simpulan status gizi : Obesitas (Kurva WHO)


Pemeriksaan Penunjang
Hematologi 15-08-2015 20-08-2015 22-8-2015 Nilai Rujukan
Hemoglobin 8,3 7,9 11,3 10,8 – 12,8 g/dL

Hematokrit 28 26 36 35 – 43%

Leukosit 21.200 14.590 11.360 5500 – 15.500/

Eritrosit 4.2 juta 3,9 3.0 3.6 – 5.2 juta

Trombosit 390.000 272.000 253.000 217.000 – 497.000/

Basofil 0 0 0 0–1
Eosinofil 0 1 4 1–3

Neutrofil 0 0 0 0–8
Batang
Neutrofil 27 53 51 25 – 60
Segmen
Limfosit 62 36 35 25 – 60

Monosit 8 8 8 1–6
LUC 3 2 2 <4
Urinalisa (16-8-2015)
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih

Berat jenis <= 1.005 1.015-1.025

pH 6.0 4,8-7,4
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/Hb Negatif Negatif
Protein +1 Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif


Leukosit Esterase Negatif Negatif

Sedimen leukosit 0-2/LPB <10/uL

Sedimen eritrosit 1-2/LPB 0-2/LPB

Silinder Negatif
Sel Epitel Epitel (+1)/LPB Positif

Kristal Negatif
Bakteria (1+) Negatif
Lain-lain Candida Sp.
Analisa Tinja (19-8-2015)
Warna Kuning Coklat
Konsistensi Lembek Lembek

Lendir Positif Negatif


Pus Tidak nampak

Darah Tidak nampak

Amoeba Tidak ditemukan Tidak ditemukan

Lemak Negatif Negatif


Serat otot Negatif Negatif
Serat tumbuhan Negatif Negatif

Amilum Negatif Negatif


Leukosit 3-5/LPB 0-1
Eritrosit 1-2/LPB 0-1
Jamur Negatif
Telur cacing Tidak ditemukan Tidak ditemukan
SEROLOGI (20-8-2015)
WIDAL

S.paratyphi AH Negatif Titer <1/160 atau kenaikan titer >4x

S.paratyphi AO Negatif Titer <1/160 atau kenaikan titer >4x

S.paratyphi BH Negatif Titer <1/160 atau kenaikan titer >4x

S.paratyphi BO (+) 1/80 Titer <1/160 atau kenaikan titer >4x

S.paratyphi CH Negatif Titer <1/160 atau kenaikan titer >4x

S.paratyphi CO Negatif Titer <1/160 atau kenaikan titer >4x

S.typhi H Negatif Titer <1/160 atau kenaikan titer >4x

S.typhi O (+) 1/80 Titer <1/160 atau kenaikan titer >4x


Rontgen Thorax AP (22-8-2015)

 Interpretasi hasil:
 Cor : Normal
 Aorta : Normal, trakhea ditengah
 Pulmo : Hili normal. Corakan
bronkovaskular baik.
 Infiltrat di suprahiler, perihiler
kedua paru.
 Sinus costofrenikus dan diafragma
baik
 Jaringan lunak dan tulang-tulang
dinding dada baik
 Kesan : Proses spesifik aktif
Swab Tenggorok
 Hasil (27-8-2015) : Klebsiella Pneumoniae
Resume
Pasien seorang anak laki-laki usia 10 bulan, datang dengan keluhan demam
sudah 1 minggu, demam naik turun dan paling tinggi saat malam hari. Keluhan
disertai dengan batuk berdahak dan pilek bersamaan dengan timbulnya demam,
buang air besar mencret dengan frekuensi 2x/hari dan terdapat ampas dan lendir.
Keluhan mual, muntah, mimisan, gusi berdarah, perut sakit, nyeri otot disangkal.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan gizi obesitas, keadaan umum
tampak sakit sedang, pernafasan cepat >40x/menit, frekuensi nadi cepat
>136x/menit, demam (suhu 39,8˚C). Pada pemeriksaan hidung tidak tampak
adanya nafas cuping hidung, pada inspeksi paru tidak tampak adanya retraksi dinding
dada, pada auskultasi terdengar ronkhi yang jelas pada kedua lapangan paru.
Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Dari pemeriksaan penunjang
didapatkan hemoglobin yang rendah, leukositosis, pemeriksaan urin terdapat protein
+1, bakteri +1 dan Candida sp. Pada analisis tinja terdapat lendir dan leukosit 3-5.
Pemeriksaan rontgen toraks terdapat proses spesifik aktif, hasil swab tenggorok
Klebsiella Pneumoniae.
 DIAGNOSIS KERJA
Pneumonia, GEA, Anemia, Obesitas
 DIAGNOSIS BANDING
Bronkiolitis, Asma, TB
 PENATALAKSANAAN
Infus Kaen IIIB 10 tpm
Ceftriaxone 3x500mg
Sanmol 4x150mg
Mucopect 2x10
Inhalasi combivent 1 amp + NaCl 2cc
Lacto β 2xI
Ranitidin 2x15mg
Transfusi PRC 150 cc
Lasix 15mg
Cefotaxim 2x500mg
Amikasin 2x80mg
Kalmetason 3x2 mg
Citirizine 1x1/2 cth
Prognosis

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanastionam : dubia ad bonam
Follow Up
TINJAUAN PUSTAKA
 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru.
Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)
dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll).
Pneumonia merupakan infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan interstisial
Epidemiologi
 Masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang
 Penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima
tahun (balita)
 Menurut Survei Kesehatan Nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi
dan 22,8% kematian balita di Indonesia → penyakit sistem respiratori,
terutama pneumonia
 Insidens pneumonia pada anak berusia <5 tahun adalah 10-20 kasus/100
anak/tahun di negara berkembang dan 2-4 kaus/anak/tahun di negara
maju
Etiologi
Infeksi Bakteri
 Neonatus dan bayi kecil → Streptococcus group B dan bakteri Gram negatif seperti E.
colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp
 Bayi yang lebih besar dan anak balita → Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenza tipe B, dan Staphylococcus aureus
 Anak yang lebih besar dan remaja → Mycoplasma pneumoniae

InfeksiVirus
 Anak usia <3 tahun → Respiratory SyncytialVirus (RSV)
 Adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus
Faktor Resiko
a. Faktor risiko yang terjadi pada balita
1. Status Gizi
2. Status Imunisasi
3. Pemberian ASI
4. Usia Anak
5. Defek Anatomi Bawaan
6. Imunodefisiensi
7. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
b. Faktor Lingkungan
1. Ventilasi
2. Polusi Udara
3. Anggota rumah yang menderita batuk
4. Kamar tidur terlalu padat
Patogenesis
 Mikroorganisme penyebab → inhalasi/penyebaran hematogen → saluran
pernafasan → kontak antara bakteri dengan dinding alveolus → respon
imunologis antibodi IgG → fagositosis oleh makrofag alveolar → lisis
kuman melalui reaksi komplemen → respon inflamasi
 Jika mekanisme di atas gagal → leukosit PMN distimulasi melalui perantara
sitokin → respon inflamasi → kongesti vaskular dan edema jaringan →
area edematus akan memebentuk area sentral tdd eritrosit, eksudat purulen
(fibrin, leukosit PMN, dan bakteri) → fase hepatisasi merah
 Fagositosis leukosit PMN → lisis dinding bakteri dan pneumolisisn → efek
sitotoksik dan inflamasi semakin meningkat → kaburnya struktur seluler
paru → fase hepatisasi kelabu
 Antibodi antikapsular timbul dan leukosit PMN meneruskan fagositosis →
sel-sel monosit membersihkan debris → fase resolusi
Manifestasi Klinis
 Gejala infeksi umum: demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual,
muntah atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmoner
 Gejala gangguan respiratori: batuk, sesak nafas, retraksi dada,
takipnea, nafas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis
Klasifikasi
1. Berdasarkan pedoman WHO
Bayi dan anak berusia 2 bulan-5 tahun

Pneumonia Berat

Pneumonia

Bukan Pneumonia
Bayi berusia dibawah 2 bulan
Pada bayi berusia di bawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitnya lebih bervariasi,
mudah terjadi komplikasi, dan sering menyebabkan kematian

Pneumonia

Bukan
pneumonia
2. Berdasarkan usia pasien
Neonatus dan Bayi
• Akibat transmisi vertical ibu-anak
• Streptococcus grup B, Chlamydia trachomatis, dan bakteri gram
negatif seperti E.coli, Pseudomonas, atau Klebsiela
• Manifestasi: serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping
hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi
atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam.
Balita dan anak yang lebih besar
• Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza tipe B,
Staphylococcus aureus, Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia,
disamping berbagai virus respiratori
• Manifestasi: demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia,
dan kadang-kadang keluhan gastrointestinal seperti muntah dan
diare.
3. Berdasarkan etiologi

Pneumonia Tipik
• Disebabkan oleh bakterial, Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus aureus, Streptococcus grup B, dan bakteri gram
negatif seperti E.coli, Pseudomonas, atau Klebsiela
Pneumonia Atipik
• Mikroorganisme penyebab adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia spp, Legionnela pneumofila, dan Ureaplasma urealyticum
• Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan
penyebab potensial infeksi respiratori dan pneumonia pada
anak usia sekolah dan remaja. Sedangkan Legionella pneumophila
dan Ureaplasma urealyticum jarang dilaporkan menyebabkan
infeksi pada anak.
4. Berdasarkan epidemiologi

Pneumonia komuniti akut (community-acquired pnemonia)


• Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat
• Faktor resiko terjadi pneumonia termasuk usia dan biasanya
disebabkan oleh streptococcus pneumoniae
Pneumonia nosokomial (nosocomial pneumonia)
• Pneumonia yang terjadi pada waktu penderita dirawat di Rumah
Sakit dan terjadi setelah 72 jam pertama masuk Rumah Sakit
• Faktor resiko yaitu, penggunaan antibiotik sebelumnya, obat sedasi,
penyakit neuromuskuler dan nutrisi yang buruk
• Demam, leukositosis, dan batuk yang produktif dan dahak yang
purulen, serta adanya gambaran progresif infiltrat pada gambaran
foto toraks.
5. Berdasarkan predileksi infeksi

Bronkopneumonia
• Infeksi yang biasanya bermanifestasi sebagai bercak-
bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru.
Pneumonia Lobaris
• Biasanya terjadi oada anak besar atau remaja, dapat
berupa konsolidasi pada salah satu lobus paru-paru.
Diagnosis
 WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang
sederhana.
 Gejala klinis sederhana tersebut meliputi napas cepat, sesak nafas, dan
berbagai tanda bahaya agar anak segera di rujuk ke pelayanan kesehatan.
 Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan-3 tahun adalah tidak dapat minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk.
 Tanda bahaya untuk bayi berusia dibawah 2 bulan adalah malas minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa
dingin.
1. Berdasarkan pedoman WHO
Bayi dan anak berusia 2 bulan-5 tahun

Pneumonia • Bila ada sesak napas

Berat • Harus dirawat dan diberiakan antibiotik

• Bila tidak ada sesak napas


• Ada napas cepat dengan laju napas:
Pneumonia • >50x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun
• >40x/menit untuk anak >1-5 tahun
• Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral

Bukan • Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas


• Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya
Pneumonia diberikan pengobatan simptomatis seperti penurun panas
Bayi berusia dibawah 2 bulan
Pada bayi berusia di bawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitnya lebih bervariasi,
mudah terjadi komplikasi, dan sering menyebabkan kematian

• Bila pada napas cepat


(>60x/menit) atau sesak napas
Pneumonia • Harus dirawat dan diberikan
antibiotik

• Tidak ada napas cepat atau sesak


Bukan napas
Pneumonia • Tidak perlu dirawat, cukup
diberikan pengobatan simptomatis
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Perifer Lengkap
 Pneumonia virus dan pneumonia mikoplasma → leukosit dalam
batas normal atau sedikit meningkat
 Pneumonia bakteri → leukositosis yang berkisar antara 15.000-
40.000/mm3 dengan predominan PMN
 infeksi oleh Chlamydia pneumoniae → eosinofilia
2. C-Reactive Protein (CRP)
• Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi
bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda.
• CRP juga dapat digunakan untuk evaluasi respon terapi antibiotik.
3. Uji Serologis
 Uji serologis untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi
bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah

4. Pemeriksaan Mikrobiologis
 Spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan
bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru
 Spesimen yang memenuhi syarat adalah sputum yang mengandung lebih
dari 25 leukosit dan kurang dari 40 sel epitel/lapangan pada
pemeriksaan mikroskopis dengan pembesaran kecil
 Kultur darah jarang positif pada infeksi Mikoplasma dan Klamidia.
5. Pemeriksaan Rontgen Toraks
 Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.
 Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air broncogram.
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan penumonia lobaris, atau
terlihat sebagai lesi tunggal yang biasnaya cukup besar, berbentuk sferis,
berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal
sebagai round penumonia.
 Bronkopeumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa becak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
 Gambaran foto rontgen toraks penumonia pada anak meliputi infiltrat ringan
pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru
Tatalaksana
1. Pneumonia rawat jalan
 Antibiotik lini pertama secara oral → amoksisilin atau kotrimoksazol
 Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/kgBB, sedangkan
kotrimoksazol 4 mg/kgBB – 20 mg/kgBB.
2. Pneumonia rawat inap
 Antibiotik beta-laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinaksikan dengan
kloramfenikol.
 Pada neonatus dan bayi kecil → kombinasi beta-laktam/klavunat dengan
aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga.
 Pada balita dan anak yang lebih besar → antibiotik beta-laktam dengan/atau
tanpa klavulanat
 Kasus yang lebih berat → beta-laktam/klavulanat dikombinasikan makrolid
baru intravena, atau sefalosporin diganti dengan antibiotik oral dan berobat
jalan.
Komplikasi
 Empiema torasis, perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau
infeksi ektrapulmoner seperti meningitis purulenta
 Komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan
meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung)
Pencegahan
 Imunisasi → Pneumonia diketahui dapat sebagai komplikasi dari
campak, pertusis dan varisela → imunisasi DPT dan campak
 Pneumonia oleh Haemophilus influenza → imunisasi HiB
 Menghindari faktor paparan asap rokok dan polusi udara
 Membatasi penularan terutama dirumah sakit misalnya dengan
membiasakan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dan masker
 Isolasi penderita → menghindarkan bayi/anak kecil dari kontak dengan
penderita ISPA.
 Pemberian ASI
Daftar Pustaka
 Said M. Pneumonia. Dalam: Rahajoe N.N., Supriyatno B., Setyanto D.B. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi
Pertama. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Hal: 350.
 Calistania C., Indawati W. Pneumonia. Dalam: Tanto C., et al. editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Keempat.
Jakarta: Media Aesculapius. 2014. Hal: 174.
 Batuk dan atau Kesulitan Bernapas. Dalam: Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: World Health Organization Indonesia bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2009. Hal: 86.
 Retno A., Landia S., Makmuri M.S. Pneumonia. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI. Divisi Respirologi
Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya: Open Urika Creative Multimedia
and Presentation. 2006.
 Revised WHO classification and treatment of pneumonia in children at health facilities: evidence summaries.
World Health Organization. Switzerland: WHO Library Cataloguing in Publication Data. 2014. Hal: 6-13.
 Harris M., et al. British Thoracic Society guidelines for the management of community acquired pneumonia in
chlidren: update 2011. Thorax (2011) Vol. 66 (2): 1-20.

Anda mungkin juga menyukai