Anda di halaman 1dari 23

Evaluasi Pembelajaran

Bahasa Indonesia

Dina Nurdiana (F1012161040)


Dwi Maulida Putri (F1012161063)
F i t r i Wa h y u n i ( F 1 0 1 2 1 6 1 0 6 6 )
L u s i a Ta n i a L i s a R i a n t i ( F 1 0 1 2 1 6 1 0 5 0 )
BAB X
TES KOMPETENSI
BERBAHASA RESEPTIF
Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif reseptif
pada hakikatnya merupakan kemampuan
menerima, proses decoding, kemampuan untuk
memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain
baik melalui sarana bunyi atau tulisan. Pemahaman
bahsa melalui sarana bunyi merupakan kegiatn
menyimak, sedangkan pemahaman bahasa melalui
sarana tulisan merupakan kegiatan menulis.
A. Tes Kompetensi Menyimak

Di dalam kegiatan menyimak, terdapat beberapa hal yang


berkaitan dengan menyimak berdasarkan materi dan tujuan
menyimak, seperti menyimak pembicaraan, pembelajaran di
sekolah, berita di radio atau televisi, sandiwara radio,
sinetron televisi, lagu-lagu, dan lain-lain.
Menyimak juga memiliki tujuan yang bermacam-macam,
misalnya menyimak untuk menangkap pesan yang
disampaikan atau sekedar menikmati saja. Dengan tujuan
seperti ini, tes kompetensi menyimak diadakan untuk
mengukur kompetensi peserta didik dalam memahami dan
merespon pesan yang disampaikan secara lisan.
1. Persiapan khusus tes kompetensi menyimak

Pada tes kompetensi menyimak, bahan tes yang diujikan


disampaikan secara lisan dan diterima peserta didik melalui sarana
pendengaran, yaitu rekaman, siaran langsung (televisi atau radio),
atau langsung disampaikan secara lisan oleh guru sewaktu tes
berlangsung. Namun, penggunaan media rekaman lebih disarankan
karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
a. Menjamin tingginya reliabilitas tes
b. Memungkinkan kita untuk membandingkan prestasi antar kelas
satu dan yang lain
c. Dapat digunakan berkali-kali jika tes memiliki tingkat validitas
dan reliabilitas yang memadai
d. Dalam pembelajaran bahasa asing, dapat menggantikan
kehadiran penutur asli
e. Bersifat pragmatik dan otentik
f. Guru dapat mengontrol pelaksanaan tes
Selain memiliki kelebihan, media rekaman juga
memiliki kekurangan, seperti berikut.
a. Menyediakan perangkat keras di ruang ujian
b. Belum banyak tersedia program rekaman untuk
latihan atau tes dalam bahasa Indonesia.
2. Bahan tes kompetensi menyimak

Bahan kebahasaan yang sesuai dengan tes kompetensi menyimak


ialah berupa wacana yang memuat informasi. Tes ini bertujuan
untuk mengukur kemampuan peserta didik menangkap, memahami,
dan menanggapi informasi yang terkandung di dalam wacana
melalui saluran pendengaran.

Brown (2004:120) membedakan menyimak ke dalam empat


golongan sekaligus membedakan jenis menyimak yang
diselenggarakan sebagai berikut.
a. Menyimak intensif
b. Menyimak responsif
c. Menyimak selektif
d. Menyimak ekstensif
Pemilihan bahan tes menyimak lebih di tekankan pada
beberapa faktor, yaitu :
a. Tingkat kesulitan wacana
b. Isi dan cakupan wacana
c. Jenis wacana (pertanyaan atau pernyataan singkat,
dialog dan ceramah)
3. Pembuatan tes kompetensi menyimak

a. Tes kompetensi menyimak dengan memilih jawaban


Tes kompetensi menyimak mengukur kemampuan
menyimak peserta didik dengan cara memilih
jawaban yang telah disediakan. Peserta didik
dituntut untuk menyimak dengan baik wacana
yang diperdengarkan dan kemudian memilih atau
merespon soal-soal yang diajukan berkaitan
dengan pesan yang terkandung dalam wacana.
Biasanya, wacana yang diujikan berupa wacana
narasi dan dialog.
b. Tes kompetensi menyimak dalam mengonstruksi
jawaban
Tes menyimak jenis kedua ini tidak menuntuk
peserta didik untuk memilih jawaban benar dari
opsi yang disediakan, melainkan mengemukakan
jawaban dengan mengkreasikan bahasa sendiri
dengan informasi yang diperoleh dari wacana
yang didengar. Jadi, peserta didik dituntuk untuk
memahami isi wacana untuk dapat mengerjakan
tugasnya.
B. Tes Kompetensi Membaca

Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang


bersifat reseptif kedua setelah menyimak.

Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami


apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan.
1. Penekanan Tes Kompetensi Membaca

Kompetensi pemahaman wacana mendapat


penekanan dalam pembuatan soal ujian. Hal ini
didasari pemikiran bahwa dalam berbagai tuntutan
pekerjaan diperlukan kompetensi membaca yang
memadai.
Untuk mengetahui seberapa tinggi sikap atau
kemauan membaca peserta didik dapat dilakukan
melalui wawancara, pemberian angket, pengamatan,
atau gabungan dari ketiganya.
2. Bahan Tes Kompetensi Membaca

Kemampuan membaca disini diartikan sebagi kemampuan


untuk memahami informasi yang disampikan pihak lain
melalui sarana tulisan.

A. Tingkat kesulitan wacana


Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh
kekompleksan kosakata dan struktur serta kadar
keabstrakan informasi yang dikandung.

B. Isi wacana
Secara pedagogis bacaan yang baik adalah yang
sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa,
minat,kebutuhan atau menarik perhatian peserta didik.
C. Panjang pendek wacana

Wacana yang diteskan untuk membaca pemahaman sebaiknya tidak


terlalu panjang. Beberapa wacana yang pendek lebih baik daripada
sebuah wacana yang panjang, sepuluh butir tes dari tiga atau empat
wacana lebih baik daripada hanya dari sebuah wacana panjang.

D. Jenis wacana

Wacana yang dipergunakan sebagai bahan untuk tes kompetensi membaca


dapat wacana yang berjenis prosa nonfiksi, berita, tajuk, laporan, dialog,
teks kesustraan, surat, tabel, diagram, gambar grafik, iklan,
brosur,selebaran, dan lain-lain yang secara nyata ditemukan di
masyarakat.
3. Pembuatan Tes Kompetensi Membaca

Tidak berbeda halnya dengan tes kompetensi


menyimak, persoalan yang muncul dalam tes
kompetensi membaca adalah bagaimana
mengukur kemampuan pemahaman isi pesan
tersebut, yaitu apakah sekadar menuntut peserta
didik memilih jawaban yang telah disediakan
atau menanggapi dengan bahasa sendiri.
A. Tes Kompetensi Membaca Dengan Merespon Jawaban

Tes kompetensi membaca dengan cara ini mengukur kemampuan


membaca peserta didik dengan cara memilih jawaban yang telah
disediakan oleh pembuat soal.

1. Tes pemahaman wacana prosa

Bahan ujian membaca pemahaman adalah wacana yang berbentuk prosa,


nonfiksi, atau fiksi singkat atau agak panjang, dengan isi tentang berbagai
hal menarik

2. Tes pemahaman wacana dialog

Sebagaiamana halnya dalam tes kompetensi menyimak, teks bentuk dialog


sebaiknya juga diambil menjadi salah satu bahan tes kompetensi membaca.
3. Tes pemahaman wacana kesustraan

Berbagai teks genre sastra juga lazim diambil sebagai


bahan pembuatan tes kompetensi membaca, baik yang berupa
genre fiksi,puisi, maupun teks drama.

4. Tes pemahaman wacana lain: Surat, Tabel, Diagram, Grafik,


dan Iklan

Sangat terkait dengan kebutuhan hidup,maka hal-hal


tersebut manjadi penting.
B. Tes Kompetensi Membaca Dengan Mengonstruksi Jawaban

Sebagaimana halnya dengan tes kompetensi menyimak, tes kompetensi


membaca jenis yang kedua ini tidak sekadar meminta peserta ujian memilih
jawaban benar dari sejumlah jawaban yang disediakan, melainkan harus
mengemukakan jawaban sendiri dengan mengreasikan bahasa berdasarkan
informasi yang diperoleh dari wacana yang diteskan.
1. Pertanyaan terbuka
Salah satu pertanyaan yang berkadar otentik dalam tes kompetensi membaca
adalah pertanyaan terbuka.
2. Mencerita kembali
Contoh tugas lain untuk mengukur kompetensi membaca adalah menceritakan
kembali isi pesan yang terkandung dalam wacana baik secara lisan maupun
tertulis.
3. Membuat ringksan,sinopsis,rangkuman,saduran
Tugas lain yang dapat dimaksudkan untuk mengukur kemampuan membaca
adalah membuat ringkasan, ikhhtisar, sinopsis, rangkuman, atau bahkan
saduran, teks-teks yang dibaca.
C. Tes Membaca PISA Dan PIRLS

Ujian PISA melibatkan tiga macam kompetensi literasi,


yaitu membaca,matematika, dan sain. Dari semua
kompetensi berbahasa, ternyata hanya kompetensi
membaca yang dipilih untuk diujikan. Dipihak lain, PIRLS
bahkan secara khusus dimaksudkan untuk mengukur
kompetensi literasi membaca anak-anak.
1. Tentang PISA Dan PIRLS

Didunia internasional (indonesia mengambil bagian)


terdapat dua macam penilaian untuk kompetensi
literasi membaca, yaitu PISA dan PIRLS untuk anak
SD kelas IV. Bahan untuk soal keduanya berbasis
multiteks sehingga menuntut kompetensi multiliterasi.
2. PISA Dan Pirls:model Penilaian Berbasis Multiliterasi

Soal-soal ujian PISA lebih menekankan pada


kemampuan peserta didik untuk memahami,
menanggapi, mengritisi, merefleksi,menilai,
mengaitkan berbagai pengalaman untuk menghadapi
tantangan hidup yang sesungguhnya sesuai dengan
konteks kehidupan masyarakat, hal itu menunjukan
bahwa PISA merupakan model penilaian yang berbasis
multiliterasi. Walaupun tidak sekompleks PISA, PIRLS
juga merupakan pengujian yang menuntut kompetensi
multiliterasi.
3. Contoh Soal PISA Dan PIRLS

Baik soal PISA maupun PIRLS adalah perangkat soal literasi membaca
yang telah distandarkan dan diberlakukan secara internasional. Artinya,
soal yang sama diujikan kepada para siswa di berbagai negara. Untuk
mengatasi kendala bahasa, semua perangkat soal diterjemahkan ke
dalam bahasa nasional tiap negara.
A). Contoh Soal PISA
Soal-soal PISA dikemas dalam bentuk buku yang berisi soal literasi
membaca, matematika, dan sain. Dalam sebuah teks pernyataan,
mungkin hnya dimaksudkan untuk meguji kemampuan literasi
mambaca saja, namun mungkin saja juga berisi soal literasi membaca
dan matematika atau sain sekaligus.
B). Contoh Soal PIRLS
Soal-soal PIRLS juga dikemas dalam buku-buku berseri. Separuh buku
soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan memperoleh
pengalaman bersastra, sedang separuh yang lain untuk mengukur
memperoleh dan menggunakan informasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai