Anda di halaman 1dari 38

BY

Suyanta, S.Pd, S.Kep, M.A


Istilah“panik” berasal dari kata Pan,
dewa Yunani yang setengah hantu,
tinggal dipegunungan dan hutan, dan
perilakunya sangat sulit diduga. Di
tahun 1895 deskripsi gangguan panik
pertama kali dikemukakan oleh
Sigmund Freud dalam kasus
agorafobia.
 Seorang yang mendapat serangan panik
menceritakan pengalamannya sebagai
berikut :

Tiba-tiba saja saya merasakan gelombang


ketakutan yang sangat menakutkan tanpa
suatu sebab sama sekali. Jantung saya
berdebar kencang, dada saya sakit dan
menjadi lebih susah untuk bernafas. Saya
fikir saya akan mati.
 Sayabegitu takut. Setiap kali saya mulai
keluar rumah, saya mendapat perasaan yang
buruk di perut saya dan saya begitu di kuasai
oleh perasaan bahwa perasaan lainnya akan
datang atau beberapa hal yang mengerikan
yang tidak diketahui akan terjadi.
 Merupakan satu gangg cemas yang ditandai
oleh kecemasan yg spontan, episodik, dan
hebat
 DSM- IV memiliki dua kriteria diagnostik
untuk gangg panik, yaitu gangg panik tanpa
agoraphobia dan gangg panik dengan
agoraphobia.
 Kedua jenis gangg panik tersebut
mengharuskan adanya serangan panik dalam
penentuan diagnosisnya
 Panik atau Panic Attack adalah serangan
perasaan teror yang datang menyerang
secara tiba-tiba tanpa peringatan
 Serangan panik merupakan ketakutan akan
timbulnya serangan serta diyakini akan
segera terjadi. Individu yang mengalami
serangan panik berusaha untuk melarikan diri
dari keadaan yang tidak pernah diprediksi.
 Suatu periode tertentu adanya rasa takut
atau tidak nyaman, dimana empat (atau
lebih) tanda & gejala berikut terjadi secara
tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10
menit, yaitu........
 Denyut jantung yang cepat @ berdebar-debar
 Nyeri /sakit/ngilu dada/ sakit lambung
 Gangguan perut
 Pening, mual atau pingsan
 Sesak nafas, rasa tercekik tak bisa menelan
makanan. Setetes air pun susah ditelan
 Gementar
 Berkeringat
 Rasa kebas atau mati rasa di tangan
 Flushes atau chills. Wajah kemerahan atau
menggigil
 Parestesia
 Sensasi seperti mimpi atau perceptual
distortions. Merasa tidak nyata, aneh atau
terlepas dari lingkungan
 Teror: Suatu kesadaran bahwa sesuatu yang
tidak terbayangkan menakutkan akan terjadi
dan orang lain tidak berdaya untuk
mencegahnya
 Takut kehilangan kontrol dan melakukan
sesuatu yang diluar batasan/memalukan
 Takut menjadi gila
 Takut mati/merasa sudah hampir mati.
 Gangguan panik sering timbul bersama
dengan gangguan mood, dengan gejala
mood mungkin mengikuti onset serangan
panik. Prevalensi seumur hidup depresi
mayor mungkin dapat mencapai 50-60%.
Pasien mungkin pula berada pada resiko
tinggi untuk percobaan bunuh diri.
Gangguan alkohol dan penggunaan
senyawa lain juga sering merupakan
sekuel gangguan panik.
 Kondisi medis yang memiliki komorbiditas
signifikan dengan gangguan panic adalah
gangguan kardiovaskular (seperti
contohnya prolaps katup mitral,
hipertensi, dan kardiomiopati) dan
gangguan lain (seperti penyakit paru
obstruktif kronik [PPOK/COPD], irritable
bowel syndrome, dan sakit kepala
migraine).
 Selainkemarahan psikologis signifikan
dari serangan panik, agoraphobia dapat
menyebabkan konsekuensi medis, social,
dan okupasional yang besar. Diantaranya
adalah peningkatan penggunaan
pelayanan kesehatan, penarikan social,
dan peran fungsional terbatas, dan
produktivitas kerja menurun.
 Gangg panik tanpa agoraphobia
A. Ada baik (1) & (2)
(1) serangan panik rekuren
(2) sekurangnya satu serangan telah
diikuti oleh hal berikut minimal
satu bulan
a. Kekhawatiran menetap akan adanya
serangan tambahan
b. Ketakutan ttg arti serangan &
akibatnya
c. Perubahan perilaku bermakna b/d
serangan
B. Tidak terdapat agoraphobia
C. Serangan panik bukan merupakan efek
langsung dari zat
D. Serangan panik tdk lebih baik diterangkan
oleh gangg mental lain
 Gangg panik dengan agoraphoba
A. Ada baik (1) & (2)
(1) serangan panik rekuren
(2) sekurangnya satu serangan telah
diikuti oleh hal berikut minimal
satu bulan
a. Kekhawatiran menetap akan adanya
serangan tambahan
b. Ketakutan ttg arti serangan &
akibatnya
c. Perubahan perilaku bermakna b/d
serangan
B. Terdapat agoraphobia
C. Serangan panik bukan merupakan efek
langsung dari zat
D. Serangan panik tdk lebih baik diterangkan
oleh gangg mental lain
A. Kecemasan berada di suatu tempat atau
situasi
B. Situasi tersebut dihindari, atau jika
dilakukan adalah dilakukan dengan
penderitaan
C. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak
lebih baik diterangkan dgn gangg mental
lain.
• Banyak teori yang secara ekslusif bersifat
non-mutual dan menyarankan
inefisiensi/abnormalitas pada pemrosesan
sinyal molekuler pada daerah neuron
spesifik atau jaras neurotransmitter yang
telah diinvestigasi untuk menjelaskan
gangguan panik sebagai respon terhadap
efikasi agen farmakologik untuk
mengontrol gejala atau dari observasi
neuroimaging fungsional investigasi.
 Model serotonergik menyarankan adanya
respon postsinaptik yang dibesar-besarkan
atau inefisien terhadap serotonin
sinaptik, mungkin pada kaskade
transduksi sinyal. Beberapa sinyal
melaporkan subsensitivitas reseptor
5HT1A. Sistem 5HT atau salah satu
subsistemnya mungkin memainkan peran
dalam patofisiologi gangguan panic,
mekanisme kerja tepatnya harus
dijelaskan melalui investigasi lebih lanjut.
• Model katekolamin mempostulasikan
peningkatan sensitivitas terhadap atau
pemrosesan yang tidak tepat discharge
adrenergic CNS, dengan potensi
hipersensitivitas reseptor alpha-2
presinaptik.
 Model lokus seruleus menjelaskan bahwa
gejala panic disebabkan peningkatan
discharge local yang menghasilkan
stimulasi neuron adrenergic, mirip dengan
teori katekolamin yang lebih umum.
Aktivitas lokus seruleus juga
mempengaruhi aksis hypothalamus-
pituitari-adrenal, yang dapat merespon
secara abnormal terhadap klonidin pada
pasien dengan gangguan panik.
• Model laktat berfokus pada produksi
gejala oleh aktivitas metabolik
abnormal yang diinduksi oleh laktat.
• Hipotesis false suffocation karbon
dioksida menjelaskan fenomena
panic dengan reseptor batang otak
yang hipersensitif.
 Model neuroanatomik menyarankan serangan
panic dimediasi oleh “jaringan takut” dalam
otak yang melibatkan pusat-pusat di
amygdala, hipothalamus, dan batang otak.
Secara lebih umum,
corticostriatalthalamocortical (CSTC)
dipercaya memediasi kekhawatiran,
berinteraksi dengan sirkuit lebih-spesifik-
takut pada amygdala. Sensasi takut terjadi
aktivitas regulatorik resiprokal yang secara
konseptual diinisiasi di amygdala dan
diproyeksikan ke korteks singulat anterior
dan atau korteks orbitofrontal. Proyeksi dari
amygdala ke hipothalamus kemudian
memediasi respon endrokrinologik takut.
 Model GABA mempostulasikan penurunan
sensitivitas reseptor inhibitorik, dengan
hasil efek eksitatorik.
 Hipotesis genetic telah mencoba untuk
melokalisasi gangguan panic pada lokus
genetic yang dapat didefinisikan; usaha
ini belum berhasil hingga saat ini.
 Teori psikoanalitik memandang serangan
panik sebagai akibat dari pertahanan yang
tidak berhasil dalam melawan impuls yang
menyebabkan kecemasan. Apa yang
sebelumnya merupakan suatu sinyal
kecemasan ringan menjadi suatu perasaan
ketakutan yang melanda, lengkap dengan
gejala somatik.
 Peneliti menyatakan bahwa penyebab
serangan panic kemungkinan melibatkan arti
bawah sadar peristiwa yang menegangkan
dan bahwa patogenesis serangan panik
mungkin berhubungan dengan faktor
neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi
psikologis.
 Teori kognitif menjelaskan Pikiran otomatis
pada pasien gangguan panik sangat sering
terjadi. Pasien merasa dirinya akan
mengalami hal-hal buruk di luar jika sendiri
dan itu langsung keluar dari pikirannya
terkadang tanpa pemicu yang jelas
 Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan
adalah suatu respon yang dipelajari baik dari
perilaku modelling orang tua atau melalui
proses pembiasan klasik.
• Gangguan Penyesuaian
• Gangguan kecemasan
• Gangguan Bipolar afektif
• Gangguan psikiatri terkait kafein
• Depresi
• Gangguan Disosiatif
• Gangguan factitious
• Hypertiroidisme
• Hipokondria
• Hipoglikemia
• Gangguan mental sekunder terhadap kondisi
medis umum
• Prolaps katup mitral
• Infark Miokard
• Gangguan obsesif-kompulsif
• Pheochromocytoma
• Gangguan fobik
• Gangguan stress pasca trauma
• Fobia sosial
• Gangguan somatoform
• Penggunaan obat (amfetamin, kokain, kafein,
simpatomimetik, dekongestan nasal)
• Withdrawal obat (alkohol, barbiturat, opiat,
penenang minor)
 Sebahagian besar pasien sembuh tanpa pengobatan,
beberapa diantaranya mengalami gangguan panik.

Penyembuhan tanpa pengobatan mungkin saja


terjadi, bahkan pada pasien yang mengalami
serangan panik berulang atau mengalami kecemasan
antisipator.

Pasien yang tidak sembuh dengan sendirinya atau


tidak berobat, akan terus mengalami serangan panik.

Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan


terjadi jika pasien memahami bahwa gangguan panik
melibatkan proses biologis dan psikologi.
Pengobatan meliputi :
 Farmakoterapi
obat-obat yang disetujui FDA (Food and Drug
Administration) meliputi:
1. Golongan SSRI
(ex. sertraline (Zoloft) dan paroxetine
(Paxil))
2. Benzodiazepin
(ex. clonazepam (Klonopin) )
 Psikoterapi
Teknik meredakan emosi
Terapi perilaku (ex. Relaksasi, desensitisasi)
CBT

 Kombinasifarmako dan psikoterapi serta


pengaturan pola hidup
1.Pegang tangan atau pundak korban yang sedang
kehilangan kendali atas emosinya, pegang agak kuat
agar dia menyadari kehadiran kita
2.Jika korban berusaha menjatuhkan tubuhnya, atau
memukul dirinya sendiri, segera peluk erat-erat.
Sebaliknya jika korban hanya menangis, jangan
memeluk karena akan membuat korban menangis
semakin lama.
3.Berikan instruksi dengan jelas dan tegas agar korban
memperhatikan nafasnya, katakan “tarik nafas....,
keluarkan.... tarik nafas...., keluarkan....” Katakan
hal tersebut berulang-ulang sambil terus memegang
lengan atau pundak hingga 2-3 menit. Biasanya pada
awal korban tidak memperhatikan instruksi kita dan
terus menangis, namun setelah 2-3 menit korban
akan tersugesti mengikuti pola nafas yang kita buat.
4.Dalam memegang korban terkadang perlu menekan
agak kuat, kemudian dikendorkan atau dibelai
dengan agak kuat, tujuannya agar korban menyadari
kehadiran kita
5.Jika korban sudah mengikuti pola nafas yang kita
instruksikan, katakan agar korban fokus pada nafas.
“Jangan pikirkan yang lain, hanya pikirkan nafas yang
keluar dan masuk, tarik nafas.....keluarkan, tarik
nafas...keluarkan”, katakan hal ini berulang-ulang
6.Jika korban sudah semakin tenang dan dapat
mengendalikan emosinya. Instruksikan untuk
mengucapkan sesuatu yang memiliki asosiasi positip
setiap kali melepaskan nafasnya, misalnya : Damai,
Tenang, Allah, ataupun kata-kata positip yang lain.
 Pernapasan dalam
 Progresif Muscle Relaxsation (PMR)
 Guided immagery
• Ajari pasien mengenai efek samping
potensial dari pengobatannya
• Dapatkan informed consent tentang
pengobatan psikotropik
• Dokumentasikan diskusi mengenai
keuntungan dan resiko pengobatan.
• Informasikan pasien bahwa penyebab
gangguannya bisa biologis maupun psikososial
• Beritahukan pasien untuk menghindari
senyawa anxiogenik seperti kafein, minuman
berenergi, stimulan OTC lainnya, dan atau
obat rekreasional.
• Pertimbangkan mengajarkan pasien yang
terdiagnosis gangguan panik tentang distorsi
kognitif yang dapat memperburuk
kecemasan. Ajarkan pula pasien untuk
mengenali stimulus pemicu supaya mereka
dapat mengontribusikannya pada pendekatan
terapi psikologisnya.
• Diskusikan konsumsi alkohol dan obat
rekreasional lain karena penggunaan senyawa
psikoaktif dapat mempengaruhi perjalanan
gangguan panik. Walaupun beberapa senyawa
tampak dapat memperbaiki tingkat serangan
akut, mereka biasanya mengganggu rencana
terapi jangka panjang.
 Edukasikeluarga pasien, jika ada, tentang
isu penting untuk meminimalisasi perilaku
menghindar dari pasien, memastikan
pemenuhan jadwal terapi dan pengobatan,
dan mengerti gejala kecemasan dengan
memberikan akomodasi rasional tanpa
menyebabkan perilaku disfungsional atau
penggunaan alkohol. Anggota keluarga dapat
menolong dalam membantu pasien
mengalahkan ketakutan tidak realistik dan
perilaku menghindar, dalam konteks terapi
perilaku terus menerus dimana pasien telah
mempelajari keterampilan untuk mengatasi
kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai