Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

ANEMIA
Yustina Widiyastuti, S.Kep., Ns
PENGERTIAN
• Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari
normal.

• Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit


serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau
berkurangnya volume sel yang didapatkan
(packed red cells volume) dalam 100 ml
darah.
PENYEBAB ANEMIA
Anemia dpt dibedakan menurut mekanisme kelainan
pembentukan, kerusakan/ kehilangan sel-sel darah
merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara
lain sbb:
• Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif
• Anemia defisiensi.
• Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang
berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia,
hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel:
intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi
darah.
• Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan
sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum
tulang).
JENIS ANEMIA
1. Anemia Defisiensi Besi
– Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg
sehari, dari jumlah ini hanya kira-kira 2 mg yang
diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2 –
4 g, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg
BB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia
dimorfik, karena selain kekurangan Fe juga
terdapat kekurangan asam folat.
2. Anemia pada penyakit kronik
– Anemia ini dikenal pula dengan nama Sideropenic
Anemia yang reticuloendothelial siderosis
Anemia defisiensi besi
3. Anemia Pernisiosa
– Anemia Pernisiosa adalah sejenis anemia megaloblastik
yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Tidak
adanya faktor intrinsik pada sel mukosa lambung
mencegah ileal dalam penyerapan vitamin B12.

4. Anemia Defisiensi Asam Folat


– Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu, daun-
daun hijau, umumnya berhubungan dengan malnutrisi.
Penurunan absorbsi asam folat jarang ditemukan karena
absorbsi terjadi di seluruh saluran cerna, juga
berhubungan dengan sirosis hepatis, karena terdapat
penurunan cadangan asam folat.
Anemi pernisiosa
megaloblastic
5. Anemia karena perdarahan.

 Perdarahan akut. Mungkin timbul renjatan bila


pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan
penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari
kemudian.

 Perdarahan kronik. Pengeluaran darah biasanya


sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui klien.

 Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum,


menometroragi, perdarahan saluran cerna karena
pemakaian analgesik, dan epistaksis. Di Indonesia
sering infestasi cacing tambang.
6. Anemia Hemolitik
– Terjadi penurunan usia sel darah merah.
– Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu
mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek,
atau bila kemampuannya terganggu oleh sebab lain.
7. Anemia Hemolitik Autoimun
– Merupakan kelainan darah yang didapat, dimana auto
antibody IgG yang dibentuk terikat pada membran sel
darah merah (SDM).
– Antibodi ini umumnya berhadapan langsung dengan
komponen dasar dari sistem Rh
8. Anemia Aplastik
– Terjadi karena ketidakmampuan sumsum tulang untuk
membentuk sel-sel darah.
Anemia aplastik
TANDA & GEJALA
Tanda-tanda umum anemia:
• pucat, kelemahan
• ikterik
• pusing
• tachikardi, palpitasi
• bising sistolik anorganik,
bising karotis,
• pembesaran jantung.
Manifestasi khusus pada anemia:
• Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral,
infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi,
ikterus, hepatosplenomegali.
• Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak
tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi,
murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat
bermain atau aktivitas bermain (pada anak), tampak lemas,
sering berdebar-debar, lekas lelah, sakit kepala, anak tak
tampak sakit, tampak pucat pd telapak tangan dan dasar
kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik
yang fungsional.
Pemeriksaan penunjang
• Jumlah darah lengkap:
– Kadar Hb < 10g/dl, leukosit dan trombosit kadang normal,
feritin & serum iron rendah, iron binding capacity 
• Kadar B12 serum rendah pd anemia pernisiosa
• Test comb direk positif jk ada anemia hemolitik
autoimun
• Test Schilling
• Benzidine test
• Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe
anemia :
– Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
– Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek
dan total naik, urobilinuria.
– Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni,
pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada
anemia aplastik karena keganasan.
PATHWAYS
Perdarahan Kurang bahan Penghancuran Terhentinya
masif baku pembuat eritrosit yang pembuatan sel darah
sel darah berlebihan oleh sum-sum tulang

Anemia

Prosedur
Resti Ggn nutrisi invasif : cairan
Anoreksia
kurang dari Kadar HB 
iv, tranfusi
Lemas kebutuhan
Komparten sel
penghantar oksigen/ Resiko infeksi
Cepat lelah
Tonus otot  zat nutrisi ke sel <
Intoleransi aktifitas Perubahan
sirkulasi darah Ggn perfusi jaringan
Mobilisas
i terbatas Resiko ggn
integritas jaringan
PENATALAKSANAAN
• Anemia pasca perdarahan:
– transfusi darah.
– Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma
substitute.
– Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa
saja.
• Anemia defisiensi:
– makanan adekuat
– diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari.
– Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
• Anemia aplastik:
– Prednison dan testosteron
– Transfusi darah
– Pengobatan infeksi sekunder
– Makanan yg bergizi dan istirahat.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab :
– Kehilangan darah kronis, Riwayat ulkus gastrik kronis atau
reseksi gastrik.
– Penggunaan kemotherapi, Penggunaan antibiotik kronis.
– Gagal ginjal.
– Defisiensi nutrisi.
– Luka bakar luas.
2. Pemeriksaan fisik : (head to toe)
– Kelelahan, kelemahan
– Palpitasi
– Sakit kepala ringan, sesak nafas saat aktivitas atau
takipneu saat istirahat
– Pucat, sianosis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan, perubahan : (uraikan) berhubungan dengan :
• Penurunan komponen seluler yg diperlukan untuk pengiriman O2 /
nutrien ke sel.
• Penurunan haluaran urine.
• Perubahan TD, pengisian kapiler lambat.
• Ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi.
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan :
• Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
3. Ggn kebutuhan nutrisi, perubahan : < dari kebutuhan tubuh b.d :
• Kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna
makanan atau absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan
SDM normal.
• Perubahan gusi, membran mukosa mulut.
• Penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangan
tonus otot.
d. Gangguan/kerusakan integritas kulit ,(resiko tinggi)
terhadap faktor resiko yang b.d :
• Perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia)
• Gangguan mobilitas.
• Defisit nutrisi.
e. Resiko tinggi infeksi b.d :
– Pertahanan sekunder tidak adekuat. Misal : penurunan Hb,
leukopenia ,penuruan granulosit (respons inflamasi tertekan).
– Pertahanan utama tidak adekuat. Misal : kerusakan kulit, stasis
cairan tubuh, prosedur invasif, penyakit kronis, mal nutrisi.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi
prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d :
• Kurang terpajan/mengingat.
• Salah interpretasi informasi.
• Tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan A.
Independen :
– Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membran
mukosa, dasar kuku.
– Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
– Awasi upaya pernafasan ; auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi
adventisius,.
– Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
– Kaji untuk respins verbal melambat, mudah terangsang, agitasi,
gangguan memori, bingung.
– Orientasi/orientasikan ulang klien sesuai kebutuhan. Catat jadwal
aktivitas klien untuk dirujuk. Berikan cukup waktu untuk klien
berpikir, komunikasi dan aktivitas.
– Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan
tubuh hangat sesuai indikasi.
Kolaborasi :
Pantau pemeriksaan laboratorium,
misal ; Hb/Ht dan jumlah SDM,
GDA.
Berikan SDM darah
lengkap/packed, produk darah
sesuai indikasi, awasi ketat untuk
komplikasi tranfusi.
Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi.
Siapkan intervensi pembedahan
sesuai indikasi.
2. Diagnosa Keperawatan 2.
Independen :
– Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas normal, catat
laporan kelelahan, kelebihan dan kesulitan menyelesaikan
tugas.
– Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan sesudah aktivitas.
– Catat respons terhadap aktivitas (misal peningkatan denyut
jantung/TD, Disritmia, pusing, Dispnea, tachipnea.
Kolaborasi :
– Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu,
memungkinkan klien untuk melakukannya sebanyak
mungkin.
3. Diagnosa Keperawatan 3.
Independen :
– Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
– Observasi dan catat masukan makanan klien.
– Timbang berat badan setiap hari.
– Berikan dan bantu higiene mulut yang baik.
Kolaborasi :
– Konsultasi pada ahli gizi.
– Pantau pemeriksaan laboratorium, misal Hb/Ht, BUN, Albumin,
protein, transferin, basiserum, B12, asam folat, TIBC, elektrolit
serum.
– Berikan obat sesuai indikasi. Misal ; Vitamin dan suplemen.
Mineral, misal : kobalamin (vit. B12), asam folat (flovit), asam
askorbat (vitC)
– Besi dextran (im/iv)
4. Diagnosa Keperawatan 4.
Independen :
– Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor,
gangguan warna, hangat lokal, eritema, ekskoriasi.
– Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang
bila klien tidak bergerak atau di tempat tidur.
– Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih,
batasipenggunaan sabun.
– Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.
Kolaborasi :
– Gunakan alat pelindung, misal kulit domba, keranjang,
kasur tekanan udara.air, pelindung tumit/siku dan bantal
sesuai indikasi.
5. Diagnosa Keperawatan 5.
Independen :
–Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan
dan klien.
–Pertahankan teknik aseptik pada prosedur/perawatan luka.
–Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
–Dorong perubahan posisi/ambulansi yang sering, latihan
batuk dan nafas dalam.
–Tingkatkan masukan cairan adekuat.
–pantau./batasi pengunjung, berikan isolasi
bilamemungkinkan, batasi tumbuhan hidup/bunga potong.
–Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia
dengan atau tanpa demam.
Kolaborasi :
– Ambil spesimen untuk kultur/sensitivitas sesuai
indikasi.
– Berikan anti septik topikal, antibios sistemik.
– Berikan pelembek feses, stimulan ringan,
laksatif pembentuk bulk atau senema sesuai
indikasi.
– Berikan obat anti diare jk ada diare
6. Diagnosa Keperawatan 6.
Independen :
– Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan
kenyataan bahwa therapi tergantung pada tipe dan
beratnya anemia.
– Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan
laboratorium tidak akan memperburuk anemia.
– Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memnuhi
kebutuhan diet khusus (ditentukan oleh tipe
anemia/defisiensi).
– Dorong untuk berhentimerokok.
– Sarankan minum obat dengan makanan atau segera
setelah makan.
– Tekankan pentingnya memelihara kebersihan mulut.
Kolaborasi :
– Pemberian besi parenteral berupa pemberian obat
dengan Z-track.

Anda mungkin juga menyukai