yang diserap oleh sistem fotosintesa. 1. Sistem cahaya ( intensitas, kualitas, lama penyinaran) 2. Golongan tanaman (Tanaman C4 di daerah tropis lebih efisien pada suhu tinggi dan intensitas cahaya tinggi, tanaman C3 lebih efisien di intensitas cahaya lemah) 3. Suhu 4. Air 1. Maksimum laju fotosintesa tanaman C4 lebih tinggi dari tanaman C3 2. Suhu optimum untuk tanaman C4 tajam batasnya dibandingkan tanaman C3. (suhu optimal tanaman C4: 35 oC, pada suhu 45 oC, berhenti berfotosintesa. 3. Tanaman C3 lebih tahan terhadap dingin Dihitung berdasarkan pada energi matahari yang dapat diterima pada suatu luasan lahan tertentu dan pada bahan kering yang dihasilkan. Tahap I: Menentukan produksi total per hektar sebagai bobot kering tanaman . Contoh: daun dan batang jagung/ hektar = 5.270 kg Biji = 6. 270 kg Akar= 4.480 kg Total = 16.020 kg/ ha Tahap 2. Menentukan bobot kering yang dihasilkan oleh fotosintesa dengan mengurangi kandungan abunya. (Jika tanaman dibakar (diabukan, bagian yang tidak terbakar adalah abunya, misal 10 % dari bobot kering per hektar). Bobot yang dihasilkan dari fotosintesa adalah : 16.020 kg/ ha x 90/100 = 14.418 kg/ha Tahap 3. Menentukan kehilangan respirasi. (biasanya dianggap energi tanaman yang digunakan untuk respirasi adalah 25 % (tergantung kondisi lingkungan, pada kondisi stress air > 25 %). jadi : 14.418 kg/ha x 100/75 = 19.224 kg/ ha Tahap 4. Menentukan output tanaman dengan memperkirakan energi yang dikandung tanaman. (energi yang digunakan untuk 1 kg glucosa adalah 15.792 KJ atau 3760 Kkalori). Kandungan energi dalam 19224 x 15.792 = 303,585.400 KJ atau 72.282.240 Kkalori. Tahap 5. Menentukan input energi matahari yang diterima tanaman per hektar. Misal di lokasi penel;itian adalah : 4903 Kkalori per hektar per 100 hari (musim tanam) atau 20.593 KJ.
Tahap 6. menentukan efisiensi fotosintesa:
= Output energi/ input energi = 303.585.400 KJ / 20. 593.000.000 KJ= 1,5 %. • Cadangan karbon pada dasarnya merupakan banyaknya karbon yang tersimpan pada vegetasi, biomasa lain dan di dalam tanah. • Jumlah cadangan karbon tersimpan ini perlu diukur sebagai upaya untuk mengehui besarnya cadangan karbon pada saat tertentu dan perubahannya apabila terjadi kegiatan yang manambah atau mengurangi besar cadangan. Dengan mengukur,dapat diketahui berapa hasil perolehan cadangan karbon yang terserap dan dapat dilakukan sebagai dasar jual beli cadngan karbon. Dimana negara maju atau industry mempunyai kewajiban untuk memberi kompensasi kepada negara atausiapapun yang dapat mengurangi emisi atau meningkatkan serapan. Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. • Stok karbon diestimasi dari biomassanya dengan mengikuti aturan 46% biomassa adalah karbon (Hairiah dan Rahayu, 2007), • Adapun metode estimasi biomassa salah satunya adalah metode alometrik. Estimasi dilakukan dengan cara mengukur diameter batang pohon setinggi dada (diameter at breast height, DBH), yang terdapat pada plot penelitian. • Kemudian DBHdigunakan sebagai variabel bebas dari persamaan alometrik yang menghubungkan biomassa sebagai variabel terikat dan DBHsebagai variabel bebas. • Metode ini telah banyak diaplikasikan untuk estimasi stok karbon padaberbagai tipe vegetasi di Indonesia Pada ekosistem daratan, C tersimpan dalam 3 komponen pokok yang merupakan parameter yang diukur di tingkat plot. Komponen-komponen tersebut yaitu: 1. Biomasa: masa dari bagian vegetasi yang masih hidup, yaitu:- Atas tanah: tajuk pohon, tumbuhan bawah (semai, pancang), gulma dantanaman semusim - Bawah tanah: akar 2. Nekromasa: masa dari bagian pohon yang telah mati, yaitu: - Seresah dipermukaan tanah - Tunggul/kayu mati/cabang dan ranting 3. Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah. Pengukuran biomasa pohon Tahapan pengukuran biomasa pohon dilakukan sebagai berikut: a. identifikasi nama jenis pohon, apabila tidak diketahui buat herbariumnya untuk diidentifikasi; b. ukur diameter setinggi dada (dbh); Pengukuran diameter setinggi dada pada berbagai kondisi pohon di lapangan dapat mengacu pada • 20 m • 100 m • 50 m • 0,5 m x 0,5 m • 50 m • 10 m • catat data dbh dan nama jenis ke dalam tally sheet; Bila pada plot terdapatvegetasi tidak berkeping dua (dycotile) seperti bambu dan pisang, maka ukurlah diameter dan tinggi masing-masing individu dalam setiap rumpun tanaman. • Demikian pula bila terdapat pohon tidak bercabang seperti kelapa atau tanaman jenis palem lainnya. Tetapkan berat jenis (BJ) kayu dari masing- masing jenis pohon dengan jalan: memotong kayu dari salah satu cabang, lalu ukur panjang, diameter dan timbang berat basahnya. Masukkan dalam oven pada suhu 100 C selama 48 jam dan timbang berat keringnya. Hitung volume dan BJ kayu dengan rumus: Volume (cm3) = Π R2 T BJ = Berat Kering / Volume Dimana : R = jari-jari potongan kayu T = panjang/tebal kayu 1. Untuk pendugaan biomassa pada tanaman bawah/semak dilakukan dengan mengambil sampel tanaman dengan luas 1 m2 pada berbagai umur tanaman yang berbeda. 2. Pada plot pengamatan seluruh tanaman diambil kemudian ditimbang berat basahnya setelah itu tanaman dioven pada suhu 700C selama 48 jam untuk mengetahui kadar air nya. Untuk mendapatkan bobot keringnya digunakan 3. persamaan sebagai berikut: B = BB/(1+KA) dimana, B : Berat kering (gr/m2) BB : Berat basah (gr/m2) KA : Kadar air (%) Untuk menghitung jumlah karbon biomassa tersimpan pada tanaman bawah digunakan persamaan : K = B x %C-Organik x 10-2 dimana, K : Karbon Biomassa (ton/ha) B : Berat kering (gr/m2) %C-Organik : Kadar Bahan Organik (%)
Penetapan C-organik dilakukan dengan metode pengabuan kering