Anda di halaman 1dari 31

REFERAT LARINGITIS

Pembimbing:
dr. Susilaningrum, Sp.THT-KL

Disusun Oleh:
Nurul Dwi Lestari FKUPN
Agnes FK UKRIDA
Rayka Christin FK UKRIDA

Kepaniteraan Klinik THT


Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Periode 20 November-23 Desember 2017
Embriologi

O Derivat foregut
embrional  terbentuk
sekitar 18 hari.
O Sulkus laringotrakeal
mulai nyata sekitar
hari ke-21 kehidupan
embrio. Perluasan ke
kaudal  paru. Cranial
 laring.
Laring
O Laring  sejajar C4-C6, bag. atas
melanjutkan ke faring & bag. bawahnya ke
trakea.
O Laring  dibentuk oleh tulang hioid di
bagian atas dan beberapa tulang rawan.
O Bentuk ruang piramida terbalik yang
terdiri dari beberapa tulang rawan
Tulang rawan laring:
Kartilago tiroid: bentuk
seperti perisai bagian depan Kartilago krikoid: bentuk
menonjol, disebut laryngeal cincin tepat dibawah
prominence = adam’s apple kartilago tiroid
 tedapat korda vokalis

Kartilago kornikulata: Kartilago aritenoid:


melekat pada kartilago sepasang, dibelakang
aritenoid di apeks, berada membentuk artikulasi
dalam lipatan ariepiglotik kriko-artitenoid

Kartilago tritisea: didalam


Kartilago kuneiform: di ligamentum hiotiroid lateral
lipatan ariepiglotik
Kartilago epiglotis
Cavum laring
Inervasi
O cabang nervus vagus
n. laringeus superior dan
laringeus inferior,
O campuran saraf motorik
& sensorik.
O Nervus laryngeus
superior  ramus ext &
int.
O Nervus laringeus inferior
 lanjutan dari n.
rekuren  lanjutan dari
nervus vagus.
Vaskularisasi
O Vaskularisasi  a. laringeus
superior dan a. laringeus
inferior.
O A. laringeus superior 
cabang dari a. tiroid superior,
memperdarahi mukosa dan
otot-otot laring.
O A. laringeus inferior  cabang
dari a. tiroid inferior dan
beranastomosis dengan a.
laringeus superior.
O Vena sejajar dengan arteri
Pembuluh Limfe

O Eferen superior 
melewati a. laringeus
superior, ke atas &
bergabung dg kel. dari
bagian superior servikal
dalam.
O Eferen inferior  berjalan
ke bawah dg a. laringeus
inferior & bergabung dg
kel. servikal dalam &
beberapa diantaranya
menjalar sampai kel.
supraklavikula.
Fisiologi
Refleks
Proteksi Respirasi
batuk

Bantu proses Ekspresi


Sirkulasi
menelan emosi

Fonasi
Laringitis

Akut Kronis

Non-spesifik Spesifik

Laringitis TB

Laringitis luetika
Laringitis akut
O Radang akut pada laring, umumnya adalah
lanjutan dari rinofaringitis (common cold).

O Etiologi: biasanya oleh bakteri, yang


menyebabkan radang lokal atau virus yang
menyebabkan peradangan sistemik
Gejala Klinis
O Demam
O Malaise
O Batuk kering lama kelamaan disertai dahak
kental
O Gejala lokalnya seperti
O Suara parau sampai tidak bersuara (afoni)
O Nyeri menelan (disfagi) atau berbicara
O Serta gejala-gejala sumbatan laring
O Pada anak-anak, laringitis akut ini dapat
menimbulkan sumbatan jalan nafas, pada
dewasa tidak secepat pada anak-anak
Pemeriksaan dengan
laringoskopi
O Tampak mukosa laring yang hiperemis
O Membengkak, terutama di atas dan bawah
pita suara
O Biasanya terdapat juga tanda radang akut di
hidung atau sinus paranasal atau paru
Terapi
O Vocal rest selama 2-3 hari
O Menghirup udara lembab
O Menghindari dari iritasi pada faring dan laring,
seperti rokok, makanan pedas atau minum es
O Antibiotika diindikasikan untuk infeksi virus yang
diikuti oleh infeksi bakteri
O Preparat steroid juga diindikasikan untuk
mukosa yang edema
O Bila terdapat sumbatan laring, dilakukan
pemasangan endotrakea atau trakeostomi
Laringitis Kronik Non-spesifik
O Sering disebabkan oleh sinusitis kronis,
deviasi septum yang berat, polip hidung
atau bronkhitis kronik.
O Mungkin juga disebabkan oleh
penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti
berteriak-teriak atau biasa berbicara keras
Gejala klinis
O Suara parau yang menetap
O Rasa tersangkut ditenggorok, sehingga
pasien sering mendehem tanpa
mengeluarkan sekret, karena mukosa yang
menebal
Pemeriksaan fisik
O Mukosa menebal
O Permukaannya tidak rata dan hiperemis
O Bila ada daerah yang dicurigai menyerupai
tumor, maka perlu dilakukan biopsi
Terapi
O Obati peradangan di hidung, faring serta
bronkus yang mungkin menjadi penyebab
laringitis kronik.
O Vocal rest
O Hindari zat iritatif
O Cegah kekeringan/iritasi pita suara:
O Jangan merokok
O Minum banyak air
O Batasi alkohol & kafein
O Jangan sering berdehem
Laringitis kronis spesifik
O Yang termasuk dalam laringitis kronik
spesifik ialah: laringitis tuberkulosis dan
laringitis luetika
Laringitis Tuberkulosa

Hampir selalu sebagai akibat dari


tuberkulosis paru

Karena struktur mukosa laring


sangat lekat pada kartilago serta
vaskularisasi yang tidak sebaik paru

Bila infeksi sudah mengenai


kartilago, pengobatannya lebih
lama
Penularan
O melalui udara pernafasan,
O sputum yang mengandung kuman, atau
O penyebaran melalui aliran darah atau limfe.
4 stadium laringitis TB:
• pembengkakan dan hiperemis,
Stadium infiltrasi • mukosa laring tampak pucat
• di daerah sub mukosa terbentuk tuberkel
• timbul ulkus

•Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar

Stadium ulserasi •Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkejuan


•dapat juga terjadi hemoptisis.

Stadium •Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago aritenoid


dan epiglotis.

perikondritis •terjadi kerusakan tulang rawan


•terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan melanjut
dan terbentuk sekuester.

Stadium • Pada stadium ini terbentuk


fibrotuberkulosis pada dinding
fibrotuberkulosa. posterior, pita suara dan subglotik.
Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Gejala klinis fisik penunjang

- Rasa kering, panas, tertekan - Status generalis


didaerah laring
- BTA positif
- Status THT:
- Suara parau hingga afoni laringoskop - Patologi anatomi
- Hemoptisis
- Nyeri menelan
- KU buruk
Penatalaksanaan

OAT primer OAT sekunder


•INH (isoniazid), •Exionamid,
Rifampisin, •Paraaminosalisilat,
•Etambutol, •Sikloserin,
•Streptomisin, •Amikasin,
•Pirazinamid •Kapreomisin
•Kanamisin
Laringitis Luetika
O Etiologi
O Treponema pallidum

O Gambaran Klinik
O Lues stadium tertier yaitu pada stadium
pembentukan guma, kadang – kadang
menyerupai keganasan laring.
O Guma pecah  ulkus khas: sangat dalam bertepi
dengan dasar yang keras, tidak nyeri dan
menjalar dengan cepat.
O Gejala Klinik
O Suara Parau dan batuk kronik.
O Disfagia timbul bila ada gumma dekat
introitus osepagus.

Diagnosis ditegakkan selain pemeriksaan


laringoskopik juga dengan pemeriksaan
serologik.
Terapi
1. Penisilin dosis tinggi
2. Pengangkatan skuester
3. Bila Terdapat sumbatan laring karena stenosis
dilakukan Trakeostomi

Komplikasi
O Bila terjadi penyembuhan spontan dapat terjadi
stenosi laring karena terbentuk jaringan parut
Kesimpulan

Infeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis


akut dan laringitis kronis, infeksi maupun non
infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang
melibatkan laring.

Penyebab tersering dari laringitis akut ini  virus


parainfluenza. Gejala yang terjadi pada laringitis
akut ini adalah batuk yang menggonggong, suara
serak, stridor inspirasi dan sesak nafas, dapat
juga disertai dengan demam.
O Manifestasi laringitis kronis terutama pada
laringitis kronis iritasi yang paling berat
adalah terjadinya ulserasi epitelium laring
dengan granulasi.

O Diagnosis laringitis ditegakkan melalui


anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan
diberikan sesuai dengan etiologi yang
mendasari.
 Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai