Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MANAJEMEN

P2TB
Oleh :
RAHMI ARIANTI RAHMAN
(N 111 16 035)

PEMBIMBING KLINIK:
dr. Sumarni, M.Kes., Sp.GK
dr. Sherly Adolfina Ponga
Latar Belakang
- Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular
-oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis

- Penularan dapat terjadi saat pasien TB batuk atau


bersin (droplet nuclei).

 Menurut World Health Organization (WHO) pada


tahun 2014 : Indonesia menempati urutan ke-3
terbanyak kasus TB di dunia setelah India dan Cina,
dengan perkiraan prevalensi TB sebesar 680.000
dan 460.000 kasus baru per tahun
Latar Belakang

Indonesia,2014
- WHO memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang
penderita tuberkulosis paru menular dengan BTA (+) pada
setiap 100.000 penduduk.
-Tiga perempat kasus TB ini berusia 15-49 tahun

- Salah satu indikator penting dalam strategi pengobatan


-

kasus TB dengan strategi Directly Observed Treatment


Short-course (DOTS), yaitu penemuan kasus baru TB paru
Puskesmas Marawola
 Puskesmas Marawola adalah satu dari 2 puskesmas yang
ada dalam kecamatan Marawola kabupaten Sigi yang
terletak di ibukota kecamatan di Dsa Binangga
 Jumlah Penduduk pada wilayah kerja Puskesmas
Mabelopura sebanyak 20.253 jiwa, yang terdiri laki-laki
10.997 jiwa dan perempuan 9.415 jiwa.

 Jumlah Penduduk wilayah kerja Puskesmas Marawola


13.031 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 6.261 jiwa dan
perempuan 6.770 jiwa.
Latar Belakang

Di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas


Marawola telah melaksanakan P2TB sebagai
bentuk upaya untuk menurunkan angka kejadian TB,
seperti melaksanakan penyuluhan tentang
Tuberkulosis paru, melaksanakan beberapa
kegiatan pokok dari P2TB, dan kegiatan pendukung
lainnya. Namun belum dapat menekan kejadian TB
paru secara optimal di wilayah kerja Puskesmas
Marawola.
Strategi Program Penanggulangan TB paru

 strategi DOTS
 komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk
dukungan dana
 diagnosa penyakit TB melalui pemeriksaan dahak secara
mikroskopis
 Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan
dukungan bagi pasien
 Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif.

 Sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan yang


mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan
pasien dan kinerja program.
Integrasi layanan TB berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TB.
• Diagnosis TB sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan
TBsecara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi beresiko tinggi.
• Pengobatan untuk semua pasien TB, termasuk untuk penderita resistan obat dengan disertai
dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien (patient-centred support).
• Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TB yang lain.
• Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan beresiko tinggi serta
pemberian vaksinasi untuk mencegah TB.
Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.
• Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan pencegahan TB.
• Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan pemberi
layanankesehatan baik pemerintah maupun swasta.
• Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan kerangkakebijakan
lain yang mendukung pengendalian TB seperti wajib lapor, registrasi vital, tatakelola dan
penggunaan obat rasional serta pengendalian infeksi.
• Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk mengurangi
dampakdeterminan sosial terhadap TB.
Intensifikasi riset dan inovasi.
• Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode intervensi danstrategi
baru pengendalian TB.
• Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan merangsang inovasi-
inovasi baru untuk mempercepat pengembangan program pengendalian TB.
Pembahasan

PROSES

INPUT OUTPUT
INPUT

•Program Penanggulangan (P2) TB Paru di puskesmas


Marawola dikelola oleh satu orang penanggung jawab
program yang bekerjasama dengan dokter.
•Untuk pemeriksaan sputum belum bisa dilakukan di
laboratorium puskesmas, karena reagen tidak tersedia
namun tidak menjadi kendala karena dapat dialkukan di
lab puskesmas lain.
PROSES

 Memberikan penyuluhan tentang TBC kepada masyarakat umum.


 Menjaring suspek (penderita tersangka) TBC.
 Mengumpul dahak dan mengisi buku daftar suspek.
 Membuat sediaan hapus dahak.
 Mengirim sediaan hapus dahak ke laboratorium.
 Menegakkan diagnosis TB sesuai protap.
 Membuat klasifikasi penderita.
 Mengisi kartu penderita.
 Memeriksa kontak terutama kontak dengan penderita TB BTA (+).
 Memantau jumlah suspek yang diperiksa dan jumlah penderita TBC.
PROSES

 Memberikan Pengobatan.
 Menetapkan jenis paduan obat.
 Memberi obat tahap intensip dan tahap lanjutan.
 Mencatat pemberian obat tersebut dalam kartu penderita.
 Menentukan PMO (bersama penderita).
 Memberi KIE (penyuluhan) kepada penderita, keluarga, dan
PMO.
 Memantau keteraturan berobat.
 Melakukan pemeriksaan dahak ulang untuk follow-up
pengobatan .
 Mengenal efek samping obat dan komplikasi lainnya serta cara
penanganannya.
 Menentukan hasil pengobatan & mencatatnya di kartu
penderita.
PROSES

•Penanganan Logistik
•Menjamin ketersediaan OAT di puskesmas.
•Menjamin tersedianya bahan pelengkap lainnya (formolir,
reagens).
•Jaga mutu pelaksanaan semua kegiatan a s/d c.
OUTPUT

Target Cakupan Pencapaian

2016 30 34 113%

2017 35 26 74%
OUTPUT

alam mencapai target cakupan program penanggulangan tuberkulosis


aru di Puskesmas Marawola terdapat beberapa kendala:
1. Faktor pengetahuan masyarakat
2. Efek samping obat yang membuat penderita TB tidak mau
melanjutkan pengobatannya.
3. Petugas mengalami kesulitan dalam perolehan hasil mikroskopis.
4. Pasien TB mengalami kesulitan pada saat mengeluarkan dahak.
5. Sebagian anggota keluarga menolak untuk diperiksa disebabkan
tidak ada gejala.
6. Kepatuhan pasien untuk teratur meminum obat sesuai dengan dosis.
7. Kendala lainnya yaitu kurangnya staf di Puskesmas Marawola yang
membantu pelaksanaan program penanggulangan TB Paru.
Kesimpulan

Tujuan Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru, yaitu menurunkan angka


kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan penyakit TB paru

Pengobatan TB Paru dengan menggunakan strategi DOTS atau Directly


Observed Treatment Short-course menekankan pentingnya pengawasan
terhadap penderita TB agar menelan obatnya secara teratur sesuai ketentuan
sampai dinyatakan sembuh.

Dalam pelaksanaan program P2TB paru di puskesmas Marawola sejauh ini


telah berjalan sesuai dengan pedoman pedoman nasional pengendalian
tuberkulosis paru, namun banyak menemui kendala.
Saran : aspek input

 Untuk kendala penunjang, sebaiknya pengadaan


reagen dilakukan sesegera mungkin, agar
pemeriksaan dapat dilakukan di Puskesmas
Marawola, sehingga penegakkan diagnosis dini
dengan pengobatan yang cepat dan tepat
belum tercapai
Saran : aspek proses

 Penyuluhan kesehatan mengenai TB Paru harus lebih sering dilakukan


untuk meningkatkan kunjungan masyarakat ke puskesmas sehingga
angka penemuan kasus bisa dideteksi lebih cepat.
 Monitoring dan evaluasi pemeriksaan maupun pengobatan TB Paru
harus lebih ketat sehingga penjaringan pasien suspek TB Paru akan
lebih baik.
Saran : aspek output

Dari aspek output, melihat dari indikator keberhasilan, angka


capaian penemuan kasus TB baru di antara suspek adalah 74%
dari inkator keberhasilan yang seharusnya adalah 100%, hal ini
dapat di tingkatkan keberhasilanya jika dari aspek input dan
prosesnya sudah berjalan dengan baik.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai