Anda di halaman 1dari 46

ASPEK ETIK ODHA

Dr. Radita Nur Anggraeni Ginting


Divisi Bioetika, Medikolegal dan Humaniora
FK USU
Human rights refer to the
"basic rights and freedoms to
which all humans are
entitled.”

Examples … right to life and liberty, freedom of expression, and equality


before the law; and social, cultural and economic rights, including the right to
participate in culture, the right to food, the right to work, and the right to
education.

“ All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with
act towards one another in a
reason and conscience and should

spirit of brotherhood. ”
—Article 1 of the United Nations Universal Declaration of Human Rights (UDHR) -
Source: www.wikipaedia.com
The Right to Health was affirmed at
the international level in the Universal
Declaration of Human Rights, Article 25 in
1948. The article states that "Everyone
has the right to a standard of
living adequate for the health
and wellbeing of himself and
his family...".
The United Nations expanded upon the "Right to Health" in Article 12 of the International
Covenant in Economic, Social and Cultural Rights in 1966: "provision for the reductions of
. . . infant mortality and for the healthy development of the child; the improvement of all
aspects of environmental and industrial hygiene; the prevention, treatment and
control of epidemic, endemic, occupational, and other diseases; and the
creation of conditions which could assure to all medical service and medical attention in
the event of sickness."

Source: www.wikipaedia.com
The generally accepted definition of health is "a
state of complete physical, mental, and social well-
being and not merely the absence of disease or
infirmity", used by the World Health Organization
(WHO) since 1948.
The Preamble to the WHO constitution also affirms that it is one of the fundamental rights of
every human being to enjoy "the highest attainable standard of health".
Source: www.wikipaedia.com

World Federation of Public Health Associations, 2009: “HEALTH: THE FIRST HUMAN RIGHTS”
Public health is "the science
and art of preventing disease,
prolonging life and promoting
health through the organized
efforts and informed choices of
society, organizations, public
and private, communities and
individuals.”
There are 2 distinct characteristics of public health: 1. It deals with preventive rather than curative aspects
of health 2. It deals with population-level, rather than individual-level health issues

The focus of public health intervention is to prevent rather than treat a disease through surveillance
of cases and the promotion of healthy behaviors. In addition to these activities, in many cases
treating a disease may be vital to preventing it in others, such as during an outbreak of an
infectious disease. Hand washing, vaccination programs and distribution of condoms are examples
of public health measures. The goal of public health is to improve lives through the prevention
and treatment of disease.
Source: www.wikipaedia.com
Beberapa Data Pelanggaran
Hak Asasi Manusia
Pemecatan kerja karena status HIV positif

Intimidasi di tempat kerja

Waria tidak diterima di lingkungan pendidikan (siswa/guru)

Penolakan anak untuk sekolah

Penolakan ODHA oleh tenaga medis di RSU

Penolakan RS untuk merawat Waria dengan HIV positif

Pemerasan terhadap Waria oleh polisi. Razia berorientasi uang (obyek aparat)

Perampasan barang berharga milik Waria setelah penggarukan

Penyamarataan: Waria curi sepeda, tetapi Waria lain turun dari kereta dipukuli massa

Pembatalan seminar oleh kelompok agama

Susah mendapatkan KTP dari perangkat desa


Sumber: Lenny/Yay Srikandi Sejati (Laporan Pernas Waria I), Santi/IPPI, Tono/ GWL-INA
Jurnal Nasional, 13 Mei 2009

Nikah Siri Rugikan Perempuan


Timur Arif Riyadi

NIKAH siri dan nikah kontrak merugikan


perempuan. Sebab jenis pernikahan ini tidak
punya dasar kekuatan hukum. Akibatnya,
perempuan sulit menuntut suami
mempertanggung jawabkan kewajibannya
kelak….

Antara, 13 Mei 2009

109 IBU RUMAH TANGGA TERINFEKSI HIV/AIDS


Malang, ….. yang terdata di Dinkes sebanyak 7 balita…
Terkait penanggulangan HIV/AIDS

Akses pada layanan publik


(al. Petugas kesehatan, keamanan, publik lain)

Pejabat publik, tokoh


masyarakat, masyarakat luas

Di kalangan populasi kunci sendiri


Hak asasi manusia yang diakui
pada tingkat internasional
(huruf miring adalah pelanggaran terhadap Odha/kelompok rentan)

Kebebasan, keamanan dan kebebasan gerak


tes HIV yang dipaksakan, karantina, isolasi dan pemisahan
Kebebasan dari perlakuan yang tidak manusiawi
isolasi, misalnya pada narapidana HIV-positif, keterlibatan dalam uji coba klinis
tanpa persetujuan atas informasi yang lengkap
Perlindungan oleh hukum yang sama
tidak diberikan nasihat atau layanan hukum
Hak pribadi
hasil tes tidak dirahasiakan atau diumumkan tanpa persetujuan
nama Odha wajib dilaporkan ke instansi kesehatan yang berwenang (yang membuat HIV penyakit yang wajib dilaporkan)
Penentuan nasib sendiri
orang yang rentan terhadap atau terpengaruh oleh HIV dilarang berkumpul
Hak untuk menikah, mempunyai keluarga dan menjalin hubungan
aborsi atau sterilisasi yang dipaksakan, tes HIV yang diwajibkan sebelum menikah, diskriminasi terhadap hubungan sesama jenis
Ketersediaan yang sama terhadap layanan kesehatan
kekurangan obat kondom dll, penolakan untuk merawat atau mengobati Odha
Pendidikan
tidak tersedianya informasi yang memungkinkan orang membuat pilihan yang berdasarkan informasi lengkap
penolakan untuk memberikan pendidikan karena status HIV
Kesejateraan sosial dan perumahan
penolakan ketersediaan perumahan atau layanan sosial
Pekerjaan
pemecatan dari, atau diskriminasi di tempat kerja, asuransi atau tunjangan lain yang terbatas atau tidak tersedia
sama sekali, tes HIV sebagai prasyarat untuk pekerjaan

Source: spiritia.or.id
Memajukan hak asasi manusia
dalam konteks HIV dan AIDS:
• mendorong orang menghormati hak
masing-masing, dan memperlakukan
orang lain seperti mereka ingin diperlakukan
• menjamin penyuluhan dan akses terhadap
layanan kesehatan tersedia untuk semua
• membimbing orang mengatasi rasa takut,
ketidaktahuan dan prasangka yang akan
mendorong mereka menginjak hak orang lain

Melindungi hak asasi manusia berarti:


• mendukung dan membela orang yang haknya terancam atau terinjak
• memperbaiki dan mengimbangi pelanggaran apabila terjadi
• mengupayakan mengubah kondisi kemiskinan, ketidakberdayaan
dan ketergantungan yang membuat orang rentan terhadap
pelanggaran hak mereka
Source: spiritia.or.id
 AIDS: krisis global  menyebar ke berbagai
negara, menghambat pembangunan dan
kemajuan sosial
 Penyebaran di negara Afrika dan Asia lebih
pesat dari bagian dunia lainnya
 Kelompok paling rentan: wanita dan anak-anak
 Masalah narkoba membuat HIV/AIDS lebih
pesat lagi pertumbuhannya
 Hubungan dokter pasien:
hubungan perdata yang
UNIK
 Didasarkan atas kepercayaan
pasien:
 Dokter mampu mengobati
 Dokter menjaga rahasia pasien
 RK adalah hak pasien
 RK tidak boleh dibuka
kepada pihak ketiga
tanpa persetujuan
pasiennya
 Dokter WAJIB menjaga
rahasia pasien
 Awalnya menjaga RK =
kewajiban etika dokter
(sumpah dokter)
 Karena dianggap penting, maka
dijadikan kewajiban hukum
 Pelanggaran atas RK dapat
dikenakan sanksi hukum
pidana penjara 9 bulan (ps. 322
KUHP)
(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia
yang wajib disimpannya karena jabatan atau
pencahariannya, baik yang sekarang maupun
yang dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama 9 bulan atau pidana denda paling
banyak Rp. 9.000,-
(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang
tertentu, maka perbuatan tsb hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang tersebut
 Pasal 170 KUHAP
(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat
martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta
dibebaskan dari kewajiban untuk memberi
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal
yang dipercayakan kepada mereka
(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya
segala alasan untuk permintaan tersebut
 Pemeriksaan dokter dan laboratorium HIV
 diketahui status HIV/ AIDS pasien
 Dampak informasi untuk pasien:
 stress,
 depresi,
 psikosis,
 bunuh diri: resiko bunuh diri HIV positif 36 x
populasi umum (Mikosi, 2005)
 hasrat euthanasia
 dendam dan keinginan menularkan ke orang lain
 Stigmatisasi
 Diskriminasi:
 ditolak keluarga / kerabat,
 Ditolak masyarakat: diusir
 Diskriminasi yankes
 Dikeluarkan dari sekolah
 PHK
 Asuransi
 Stigmatisasi terhadap orang dengan HIV-
AIDS terjadi di masyarakat, profesional, dan
Pemerintah
 Kenapa terjadi?
 Ketidak-tahuan, Salah faham, Penyangkalan(?)
 Banyak fakta yang terkumpul tentang stigma
hanya didasarkan pada survai pada ODHA.
Apakah yang sesungguhnya terjadi?
 Eksternal atau publik

 Stigma Personal atau Stigma yang


dipersepsikan,
 Biasanya seorang individu merasa diperlakukan
berbeda (buruk) karena status HIV nya, baik oleh
masyarakat atau orang lain
 Tuntutan anti stigma yang berlebihan menjadi
ekslusivitas
 ODHA tidak mau antri karena merasa di stigma
 Tidak bersedia melakukan tes bukan karena stigma
tapi takut konsekuensi penyakitnya;
 Menghambat program pengendalian
 Rasa takut dan bersalah yang berlebihan sehingga
meningkatkan sensitivitas penderita
 Reaksi yang berlebihan terhadap perawatan yang
diberikan
 Kualitas layanan kesehatan yang kurang 
dipersepsikan sbg diskriminasi 
kenyataannya berlaku untuk semua pasien
 Pengalaman di Papua
 ODHA yang diberi seragam karena menjadi duta
daerah merasa di dikriminasi, sementara orang
lain bangga
 Organisasi Profesi Kesehatan?
 Fakultas Kedokteran?
 Tempat Layanan Kesehatan?
 Pemerintah? Departemen Kesehatan?
 Masyarakat? Komunitas?
 individu
 Mulai dari para Profesional Kesehatan
 Kalau Dokter atau Petugas Kesehatan masih
banyak yang melakukan stigmatisasi, tentu
masyakat masih akan melakukannya juga
 Organisasi Profesi melakukan advokasi,
reedukasi, kampanye
 Pendidikan Dokter sudah mulai ada sesi masalah
stigmatisasi sebelum masuk klinik
 Dukungan agar profesi kesehatan dilibatkan
dalam penanggulangan HIV-AIDS “baru”
disadari

 Peran organisasi profesi sedang mengalami


“revolusi” agar mampu meningkatkan mutu
layanan kedokteran yang profesional dan
berkemanusiaan.
 Perlindungan terhadap petugas kesehatan dan
masyarakat
 Tata pelayanan yang kondusif
 Jaminan tentang penerapan Universal Precaution di
tatanan layanan kesehatan
 Asuransi kesehatan bagi nakes dan masyarakat
 Regulasi tentang ganti rugi jika terjadi infeksi
nosokomial
 Perlindungan terhadap kelompok yang rentan
tertulari
 Edukasi dan Dukungan Sebaya
 Keterbukaan Komunitas
 Penguatan Jejaring dengan berbagai
organisasi profesi kesehatan
 Pemberdayaan masyarakat/komunitas dalam
berbagai aspek
Source: 2008 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, July 2008
 Seorang supir taksi, duda beranak 2,
dipecat oleh majikannya karena HIV
positif.
 Untuk kedua kalinya ia kembali dipecat
oleh majikan barunya, karena majikan
lamanya memberitahukan status HIVnya
 Hal ini terus berulang
 Akhirnya dia ke luar negeri
meninggalkan anak-anaknya demi
mencari kehidupan yang lebih baik
(2004).
 Seorang aktifis HIV/AIDS
dipukuli sampai meninggal oleh
penduduk kampungnya setelah ia
mengaku menderita AIDS
 Seorang pria membunuh isterinya,
setelah ia mendapat informasi
bahwa isterinya HIV positif
 Rumit:
 Apakah pasien harus diberitahu
 Apakah pasangannya harus diberitahu
 Apakah keluarga lain harus diberitahu
 Adakah hak anggota keluarga melarang dokter
memberitahu pasien
 Informasi antar Tenaga Kesehatan
 Informasi ke tenaga pemulasaraan jenazah
 Hak dokter bedah untuk mengecek status HIV
secara diam-diam
 Pelaporan HIV/AIDS ke Dinkes
 Hak pasien HIV/AIDS diutamakan
 Dokter tak boleh melakukan uji HIV tanpa
izin pasien
 Untuk proteksi diri, dokter harus melakukan
Universal Precaution pada SETIAP KASUS

 Kenyataan: UP tak tersedia cukup 


informasi status HIV pasien dibutuhkan
dokter untuk proteksi diri dan pasien lain
 Perlu tahu status HIV pasien  indikasi
untuk melakukan UP atau tidak
 Dokter bedah meminta status HIV pasien
untuk melihat besarnya resiko
 RS melakukan sterilisasi alat bekas pasien
HIV/AIDS lebih daripada biasanya
 RS menarik biaya pemakaian lebih jika
pemakai alat adalah pasien HIV/AIDS.
 4 orang paramedis (dari Bulgaria) dan dokter
Ashraf Ahmad Djum’a al-Hajuj (dari Pelestina)
diadili di Pengadilan Libia
 Tuduhan: mereka merahasiakan status
HIVnya kepada pasien  426 orang anak
tertular HIV, 50 sudah meninggal dunia

 Kasus ini memicu kesadaran baru tentang RK


pada pasien HIV/AIDS
 RK pasien dihargai sebagai hak pasien
 Tetapi itu tidak mutlak.
 Jika dikehendaki atas dasar kepentingan
masyarakat yang lebih luas, informasi
tentang status HIV dapat diperoleh meski
tanpa IC pasien
 Pra operasi dimungkinkan melakukan
pemeriksaan HIV secara rutin
 Cantumkan dalam SOP
 Prinsip etika riset ilmiah dan profesi:
melindungi kerahasiaan dan hak-hak responden
 Pengusaha dan pekerja harus diberitahu dan
diajak konsultasi sebelumnya
 Pengujian secara anonim  tak memungkinkan
menarik kesimpulan tentang status HIV
seseorang
 Informasi TIDAK BOLEH digunakan untuk
mendiskriminasi seseorang atau sekelompok
orang
 Uji HIV TIDAK BOLEH
dijadikan prasyarat dari suatu
rekruitment atau kelayakan
status kerja seseorang
 Tidak dibenarkan
memasukkan uji HIV pada
pemeriksaan kesehatan rutin
bagi para karyawan
 Organisasi buruh tak punya
hak mengakses data,
termasuk yang berkaitan
dengan status HIV
(Konvensi ILO 171/1985
tentang Occupational Health
Services Recommendation)
 Persetujuan pasien
 Terdapat dalam Undang-Undang :
 Pasal 48 KUHP: daya paksa
(overmacht)
 Pasal 49 KUHP: berat lawan
(noodwer)
 Pasal 50 KUHP: melaksanakan UU
 Pasal 51 KUHP: perintah atasan
 Medical institution, work units and
individuals harus menjaga rahasia ODHA:
nama, alamat, tempat bekerja maupun
riwayat medis
 Institusi medis harus mematuhi peraturan,
melaksanakan uji HIV dan melaporkan
hasilnya
 RS tidak diperkenankan menolak mengobati
pasien AIDS…….
 HIV/AIDS menyebabkan banyak
asuransi terpaksa membayar klaim
lebih banyak
 Pada awalnya asuransi tidak mau
membayar untuk HIV/AIDS…
 Kemudian, asuransi melakukan
skrining HIV, dan menolak calon
nasabah dengan HIV/AIDS
 Uji HIV TIDAK BOLEH: syarat kelayakan
program jamsos, kebijakan umum atau paket
asuransi kesehatan dan keselamatan
 Perusahaan asuransi TIDAK BOLEH: uji HIV
sebagai syarat persetujuan asuransi tempat kerja.
Estimasi biaya, penerimaan serta kalkulasi
aktuaria asuransi cukup didasarkan atas data
epidemiologi penduduk umum
 Pengusaha TIDAK BOLEH memberikan
kemudahan uji HIV untuk tujuan asuransi
 HIV /AIDS berdampak pada pasien maupun
keluarganya
 Stigmatisasi membuat pasien enggan mengetahui
status HIVnya dan jika positif ada penyangkalan
(denial)
 Diskriminasi, membuat beban psikososial pasien
dan keluarganya semakin berat
 Penjagaan dan pembukaan rahasia pasien dilakukan
dengan memperhatikan kepentingan semua dan
sesuai aturan hukum

Anda mungkin juga menyukai