Anda di halaman 1dari 20

Pengelolaan Lahan Gambut

Secara Berkelanjutan
RUANG LINGKUP

 Konsep Pengelolaan Lahan Gambut


 Permasalahan dan Ancaman Pengelolaan Lahan
Gambut
 Keadaan Lahan Gambut Saat Ini
Pengelolaan Lahan Gambut

 Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian sudah


dilakukan sejak lama dan menjadi sumber kehidupan
keluarga tani
 Namun harus disadari bahwa pemanfaatan lahan gambut
memiliki risiko lingkungan, karena gambut sangat rentan
mengalami degradasi
 Degradasi lahan gambut bisa terjadi bila pengelolaan
lahan tidak dilakukan dengan baik
 Konsep pengelolaan lahan gambut berkelanjutan harus
dilakukan dengan meningkatkan produktivitas secara
maksimal
Konsep Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan

1. Peningkatan produktivitas lahan


 Umumnya lahan gambut tergolong sesuai marjinal
untuk berbagai jenis tanaman pangan dengan faktor
pembatas utama kondisi media perakaran tanaman
yang kurang kondusif bagi perkembangan akar
 Beberapa faktor pembatas yang dominan adalah kondisi
lahan yang jenuh air, bereaksi masam dan mengandung
asam organik yang beracun serta status unsur hara
rendah.
 Upaya meningkatkan produktivitas lahan gambut, dapat
dilakukan dengan menerapkan teknologi pengelolaan
air, ameliorasi dan pemupukan serta pemilihan
komoditas yang tepat
2. Pengelolaan Air
 Penataan lahan meliputi aktivitas
mengatur jaringan saluran drainase,
perataan tanah (leveling),
pembersihan tunggul, pembuatan
surjan, guludan, dan pembuatan
drainase dangkal intensif
 Dimensi dan kerapatan jaringan
drainase disesuaikan dengan
komoditas yang dikembangkan
apakah untuk tanaman pangan,
sayuran, dan perkebunan
 Dalam kondisi alami, lahan gambut
selalu dalam keadaan jenuh air
(anaerob), sementara itu sebagian
besar tanaman memerlukan kondisi
yang aerob
3. Pemilihan Komoditas yang Sesuai

 Pemilihan komoditas yang mampu beradaptasi baik


dilahan gambut sangat penting untuk mendapatkan
produktivitas tanaman yang tinggi
 Pemilihan komoditas disesuaikan dengan daya
adaptasi tanaman, nilai ekonomi, kemampuan
modal, keterampilan, dan skala usaha.
4. Ameliorasi lahan dan Pemupukan

 Lahan gambut bersifat sangat masam karena kadar


asam-asam organik sangat tinggi dari hasil
pelapukan bahan organik
 Sebagian dari asam-asam organik tersebut,
khususnya golongan asam fenolat, bersifat racun
dan menghambat perkembangan akar tanaman
 Kapur, tanah mineral, pupuk kandang dan abu sisa
 pembakaran dapat diberikan sebagai bahan
amelioran untuk meningkatkan pH dan basa-basa
tanah (Subiksa et al., 1997; Mario, 2002;
Salampak, 1999).
Lanjutan

 Pemupukan diperlukan karena secara inheren


tanah gambut sangat miskin mineral dan hara
yang diperlukan tanaman
 Jenis pupuk yang diperlukan adalah pupuk
lengkap terutama yang mengandung N, P, K, Ca,
Mg dan unsur mikro Cu, Zn dan B
 Pemupukan harus dilakukan secara bertahap dan
dengantakaran rendah karena daya pegang
(sorption power) hara tanah gambut rendah
sehingga pupuk mudah tercuci
5. Pengurangan Emisi GRK

 Lahan gambut dikenal merupakan sumber emisi gas rumah kaca


(GRK) terbesar dari sektor pertanian dan kehutanan karena
menyimpan cadangan karbon sangat besar yaitu 550 Gt CO2e,
setara dengan 75% karbon di atmosfer atau setara dengan dua kali
simpanan karbon semua hutan di seluruh dunia (Joosten, 2007)
 Lahan gambut terbentuk dari akumulasi bahan organik yang
mudah mengalami dekomposisi apabila ada perubahan kondisi
lingkungan menjadi aerob
 Proses dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asamasam
organik, gas CO2 dan gas methan (gas rumah kaca)
 Faktor pendorong terjadinya emisi GRK yang berlebihan di lahan
gambut antara lain adalah kebakaran lahan,
6. Pengendalian Muka Air Tanah

 Saluran drainase sangat menentukan kondisi muka


air tanah
 Kunci pengendalian muka air tanah adalah
mengatur dimensi saluran drainase, terutama
kedalamannya, dan mengatur pintu air.
 Menurunkan muka air tanah sangat diperlukan
untuk menjaga kondisi media perakaran tetap dalam
kondisi aerob
 Namun penurunan yang terlalu besar menyebabkan
gambut mengalami kerusakan
7. Persiapan Lahan Tanpa Bakar

 Emisi karbon paling masif terjadi saat kebakaran gambut, baik


karena kesengajaan maupun tidak sengaja
 Penyiapan lahan dengan sistem
 membakar menyebabkan hilangnya cadangan karbon, terjadi
subsiden, dan pada akhirnya mengarah pada habisnya lapisan
gambut
 Penelitian Subiksa et al. (2009) menunjukkan bahwa petani di
Kalimantan Barat selalu melakukan pembakaran lahan sebelum
menanam tanaman pangan, khususnya jagung. Setiap musim,
lapisan gambut terbakar sekitar 3-5 cm
8. Tanaman Penutup Tanah

 Tanaman penutup tanah sebagai tanaman sela di


perkebunan akan sangat membantu mempertahankan
kelembapan tanah dan mitigasi kebakaran lahan
 Menanam tanaman penutup tanah, selain mengurangi
emisi, juga meningkatkan sekuestrasi karbon,
sehingga emisi bersih menjadi lebih kecil lagi
9. Pengaturan Pola Tanam

 Pada prinsipnya pengaturan pola tanam di lahan


gambut bertujuan mengurangi lamanya waktu
tanah dalam keadaan terbuka yang memicu
terjadinya emisi
Permasalahan dan Ancaman Pengelolaan
Lahan Gambut

 Lahan gambut merupakan suatu kesatuan ekologis yang


semestinya dikelola berdasarkan batas batas
ekosistemnya
 Pada dasarnya, pemangku kepentingan pada lahan
gambut terdiri dari banyak pihak
 Akan tetapi mekanisme yang dapat diterapkan untuk
koordinasi lintas sektoral belum tersedia secara
memadai
 Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya adalah
masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam
penyusunan kebijakan pengelolaan lahan gambut
Permasalahan Dalam Pengelolaan Lahan Gambut

 Keterbatasan data dan penyebaran informasi


tentang lahan gambut
 Rusaknya sistim tata air yang ada.
 Kebakaran Hutan/Gambut dan Akibatnya Terhadap
Pencemaran Udara (Akibat Asap)
 Penebangan Liar (Illegal Loging)
 Penurunan kualitas habitat dan keanekaragaman
hayati
 Masih Rendahnya Bimbingan Pemerintah kepada
Masyarakat dalam mengelola lahan gambut secara
bijaksana
Lanjutan

 Kebijakan yang khusus mengatur Gambut masih


minim
 Belum adanya suatu lembaga yang diberi wewenang
dan tanggungjawab dalam mengelola dan
menangani masalah gambut
 Keterbatasan pengetahuan mengenai pengelolaan
lahan gambut
 Program transmigrasi
Perlunya strategi pengelolaan Lahan Gambut

Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut :


 Meningkatkan pengetahuan mengenai ekosistem
lahan gambut
 Menyelesaikan berbagai konflik kepentingan antar
maupun antara masyarakat lokal, industri,
pemerintah
 Membenahi dan/atau membidani terbentuknya
berbagai kebijakan dan kerangka kerja institusional
agar menjadi lebih baik.
Keadaan Lahan Gambut Saat Ini

 Lahan gambut bukan merupakan lahan yang tetap lestari


 Seiring dengan perkembangan zaman banyak sekali
lahan- lahan gambut yang telah rusak
 Rusaknya lahan gambut ini disebabkan oleh berbagai
hal, dan penyebab yang paling banyak adalah karena
ulah manusia
 Banyak manusia yang mulai melirik lahan gambut untuk
dijadikan lahan pertanian atau perkebunan
 Untuk melihat proses perusakan lahan gambut hingga
menjadi lahan yang diinginkan manusia, kita akan
menjelaskannya secara detail langkah demi langkah
Proses yang dilakukan oleh manusia antara lain :

 Menebangi pepohonan yang ada di atas lahan gambut


 Lahan gambut dikeringkan
 Proses pengeringan memberikan dampak pada permukaan tanah
gambut menjadi turun
 Keadaan tanah yang demikian (turun) akan memberikan dampak
tertariknya akar- akar pohon sehingga keluar atau tercabut dengan
sendirinya dan menyebabkan pohon menjadi tumbang
 Lahan gambut yang sudah kering akan bersifat kering permanen
 Tanah gambut yang telah kering tidak akan bisa menyimpan air secara
maksimal
 Kebakaran lahan menyebabkan lepasnya banyak karbon ke lapisan
atmosfer
 Dan ketika musim penghujan datang, akan menyebabkan terjadinya
banjir
Terima Kasih...

Anda mungkin juga menyukai