Anda di halaman 1dari 37

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

OLEH :
AMEISTA HANNA MONA TAHUMURI
(17014101238)
PENDAHULUAN

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir


yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun
kronis. Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sclera dan kelopak
bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan
oleh sel goblet yang berfungsi membasahi bola mata terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu konjungtiva tarsal, konjungtiva
bulbi dan konjungtiva forniks.
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral, toksik,
berkaitan dengan penyakit sistemik. Gambaran klinis yang terlihat pada
konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva),
lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, psudoptosis
akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran,
pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing,
dan adenopati preaurikular.
Konjungtivitis sendiri yang merupakan peradangan pada konjungtiva
merupakan penyakit mata yang paling sering di dunia dan menyerang semua
usia. 2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata
dengan 54% nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea. Untuk
konjungtivitis yang infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3%
chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral
menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum.
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Konjungtiva
 Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus,
konjungtiva tarsal ini sukar digerakkan dari
tarsus.
 Konjungtiva bulbi, menutupi sklera dan mudah
digerakkan dari sklera dibawahnya.
 Konjungtiva forniks, merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi.
Histologi Konjungtiva
Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima
Iapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan
basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas
caruncula, dan di dekat persambungan mukokutan pada
tepi kelopak mata terdiri atas sel-sei epitel skuamosa
bertingkat. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel
goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus' Mukus
yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan
diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea
secara merata.
Definisi konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. (konjungtivitis) adalah
penyakit mata paling umum di dunia. Patogen umum yang dapat menyebabkan
konjungtivitis adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis, sebagian besar strain adenovirus manusia,
virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, dan dua picornavirus. Dua agen yang ditularkan
secara seksual dan dapat menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis
dan Neisseria gonorrhoeae.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis konjungtivitis adalah
hiperemia, mata berair, sensasi seperti
adanya benda asing, rasa gatal, eksudasi,
pseudoptosis, hipertrofi papilar,
kemosis, folikel, pseudomembran dan
membran, granuloma, dan adenopati
pre-aurikular.
Etiologi

 Konjungtivitis bakterialis, sekret mukopurulen, hiperemia konjungtiva (kiri).


 Konjungtivitis viral, hiperemia konjungtiva sekret jernih seperti air (tengah).
 Konjungtivitis alergika, sekret mukus visous (kanan).
Diagnosis Banding
Epidemiologi
Prevalensi konjungtivits bervariasi bergantung pada penyebab yang mendasari,
yang mungkin dipengaruhi oleh usia pasien, dan musim. Infeksi virus merupakan
penyebab tersering konjungtivitis infeksius baik populasi keseluruhan maupun
dewasa. Di Amerika Serikat, diperkirakan 6 juta orang menderita konjungtivits
setiap tahunnya. Konjungtivitis adalah salah satu keluhan mata nontraumatik yang
paling umum ke bagian gawat darurat (ED): 3% dari semua pasien IGD adalah
pasien dengan keluhan mata, dan 30% diantaranya disebabkan oleh konjungtivitis.
Patogenesis
(A)Pada konjungtiva papilaris, epitel
konjungtiva (biru) menutupi inti
fibrovaskular dengan pembuluh darah
(merah), dan stroma yang mengandung
eosinofil (pink) sel plasma (lingkaran
biru).
(B)Pada konjungtivitis folikular, epitel
konjungtiva menutupi folikel limfoid,
yang memiliki bagian sentral germinal
yang lebih pucat dikelilingi oleh korona
yang lebih gelap, dan disekeliling stroma
mengandung limfosit dan sel plasma
(lingkaran biru).
Penatalaksanaan
Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi
dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari,
kecuali koniungtivitis stafilokok (yang dapat berlanjut menjadi
blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik) dan konjungtivitis gonokok
(yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis).
Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk meningokokus ke dalam
darah dan meninges, septikemia dan meningitis dapat menjadi hasil akhir
konjungtivitis meningokokus.
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. A L K
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : PNS
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Anamnesis
Keluhan Utama :
Mata kanan merah
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluhkan mata kanan merah sejak 2 hari yang lalu. Merah pada mata kanan
disertai dengan rasa gatal pada mata. Gatal di mata kanan pasien dirasakan muncul tiba-tiba
dan apabila gatal, pasien sering mengucek mata kanannya dengan tangan dan tisue. Pasien
baru pertama kali menderita penyakit ini. Penurunan penglihatan disangkal. Nyeri (-), mata
berair (+) minimal, Sekret (+), sukar membuka mata pada pagi hari (+).
Riwayat penyakit sistemik :
Hipertensi, Kolestrol, Asam urat.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan sakit seperti yang sekarang
sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga di rumah yang mengalami sakit mata.
Riwayat kebiasaan :
Riwayat merokok (-), riwayat minum alkohol (-).
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Keadaan sakit : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler, isi dan tekanan cukup
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu : 36,6oC
Status Oftalmikus
Okulus Dextra Okulus Sinistra
Visus 6/6 6/6
Tekanan Intraokuler Normal/palpasi Normal/palpasi
Segmen Anterior

Palpebra Edema (-) Edema (-)

Injeksi konjungtiva, Injeksi silier,


Konjungtiva Dalam Batas Normal
hiperemi, kemosis, sekret serosa
Kornea Jernih Jernih
COA Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Pupil: RAPD (-), bulat, refleks Pupil: RAPD (-), bulat, refleks
Iris/Pupil cahaya (+) cahaya (+)
Iris: sinekia (-) Iris: sinekia (-)
Lensa Jernih Jernih

Segmen Posterior

Refleks fundus (+) uniform (+) uniform

perdarahan (-), eksudat (-), perdarahan (-), eksudat (-), cotton


Retina
cotton wool spot (-) wool spot (-)

Papil N. II Bulat, batas tegas, warna vital Bulat, batas tegas, warna vital

Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)


Resume
Pasien laki-laki umur 53 tahun datang ke IGD Mata RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Pasien mengeluhkan mata kanan merah sejak 2 hari yang
lalu. Merah pada mata kanan disertai dengan rasa gatal pada mata. Gatal di
mata kanan pasien dirasakan muncul tiba-tiba dan apabila gatal, pasien
sering mengucek mata kanannya dengan tangan. Pasien baru pertama kali
menderita penyakit ini. Penurunan penglihatan disangkal. Nyeri (-), mata
berair (+) minimal, Sekret (+), sukar membuka mata pada pagi hari (+).
Riwayat penyakit sistemik yaitu Hipertensi, Asam Urat, dan kolestrol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan. Pada
pemeriksaan visus didapatkan mata kiri 6/6 dan mata kanan 6/6. Pada
pemeriksaan segmen anterior didapatkan palpebra mata kiri dan kanan dalam
batas normal. Pada pemeriksaan konjungtiva mata kanan, injeksi
konjungtiva, injeksi silier, kemosis, hiperemi, sekret serosa, dan papil (+).
Pemeriksaan iris dan pupil dalam batas normal. Pemeriksaan lensa jernih
pada kedua mata. Pada pemeriksaan mata kiri juga didapatkan RAPD (-),
refleks fundus (+) uniform begitu juga dengan mata kanan dalam batas
normal.
Diagnosis
OD : Konjungtivitis bakterial
OS : Emetropia
Diagnosis Banding
• Pterigium
• Episkleritis
• Keratitis
Komplikasi
• Blefaritis marginal
• Ulserasi kornea marginal
• Septikemia
Tatalaksana
• Lyteers 6x1 OD ED FL
• Gentamicin 1x1 OD app zalf
• Oflokafin 6x1 OD ED FL
Prognosis
• ad vitam : bonam
• ad sanationam : dubia ad bonam
• ad fungsionam : bonam
Edukasi
• Menjelaskan pada pasien bahwa mata kanan merah, nyeri , dan terasa
mengganjal disebebkan karena konjungtivitis.
• Menjelaskan pada pasien tentang pentingnya menjaga kontak terlalu intens
dengan orang sekitar, karena konjungtivitis mudah menular.
• Menjelaskan pada pasien untuk menjaga higienitas / mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh mata.
• Menjelaskan pada pasien untuk tidak mencuci mata dengan air keran.
• Meminta pasien untuk melakukan kontrol di poliklinik mata.
PEMBAHASAN

Pada kasus diatas, dari anamnesis didapatkan seorang laki-laki usia 53 tahun
dating ke IGD mata Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, pasien mengeluhkan
mata kanan merah sejak 2 hari yang lalu SMRS. Awalnya pasien
mengendarai motor dan merasakan gatal dan berpasir pada mata, pasien
mengucak mata dan membilas mata dengan air mengalir. Merah pada mata
kanan disertai dengan rasa gatal pada mata. Gatal di mata kanan pasien
dirasakan muncul tiba-tiba, pasien sering mengucek mata kanannya dengan
tangan. Pasien baru pertama kali menderita penyakit ini.
Penurunan penglihatan disangkal. Nyeri (-), mata berair (+) minimal, Sekret
(+), sukar membuka mata pada pagi hari (+). Riwayat penyakit sistemik
yaitu hipertensi, asam urat, kolestrol. Dari gejala yang didapatkan
menunjukkan diagnosis mengarah ke konjungtivitis bakterial.
Pada pemriksaan visus didapatkan mata kiri 6/6 mata kanan 6/6. Tidak ada
keluhan lain. Pada pemeriksaan segmen anterior didapatkan palpebral mata
kiri dan kanan dalam batas normal, pada pemeriksaan konjungtiva mata
kanan terdapat injeksi konjungtiva, injeksi silier, hiperemi, kemosis, dan
secret. Mata kiri dalam batas normal. Pemeriksan iris dan pupil dalam batas
normal, pemeriksaan lensa jernih pada kedua mata, camera oculi anterior
dalam batas normal. Pada pemeriksaan posterior didapatkan refeleks cahaya
(+) pada mata.
Dari hasil pemeriksaan status lokalis ini menunjukkan bahwa telah terjadi
infeksi pada bagian konjungtiva bulbi pada pasien, sehingga diagnosis kerja
yang ditegakkan pada pasien tersebut adalah konjungtivitis bakterial.
Terapi yang diberikan yaitu antibiotik, dan air mata buatan. Tetes mata
Ofloxacin diberikan pada pasien sebagai tetes mata antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder .
Pada pasien juga diberikan Cetirizine tablet. Cetirizine tablet merupakan
obat golongan anti histamine yang dapat digunakan untuk gejala-gejala
alergi. Pasien juga dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca mata
hitam) untuk melindungi dari paparan dari luar seperti debu dan sinar
ultraviolet.
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, dimana jika ditangani dengan
baik akan mengalami penyembuhan. Konjungtivitis bacterial dapat
menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani secara tepat. Komplikasi yang
dapat timbul seperti keratitis, ulkus kornea dan uveitis yang dapat
menyebabkan kebutaan. Ulserasi kornea dapat terjadi pada infeksi N. kochii,
N. meningitides, H. aegyptius, S. aureus, dan M. catarrhalis. Jika tidak
diobati akan menimbulkan komplikasi dari blefaritis marginal hingga
menimbulkan ulkus sampai perforasi.
PENUTUP

Pada kasus ini didiagnosa dengan konjungtivitis bakterial, ditegakkan


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status
oftalmikus. Penanganan konjungtivitis dapat berupa penanganan
medikamentosa. Edukasi tentang konjungtivitis diperlukan untuk mencegah
terjadinya perburukan keadaan. Prognosis kasus ini adalah dubia ad bonam
dengan penanganan yang tepat dan cepat.

Anda mungkin juga menyukai