Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI

KABUPATEN MAJENE

KELOMPOK III
PATTOLA KONSENTRASI
MEGAWATI GIZI
NOVI PUSPITASARI JURUSAN
DEVI NADILA
KESEHATAN
ARMILA
ANITA FITRIAH M
MASYARAKAT
FITRAH KHAERANI PASCASARJANA
ANDI ISNA ARIANTI
ANALISIS PANGAN
PROFIL KABUPATEN
SULAWESI
MAJENE
SELATAN
PRODUKSI PANGAN
Outline KETERSEDIAAN
PRODUKSI
KETERSEDIAAN
PANGAN
PANGAN
DISTRIBUSI PANGAN
PANGAN
KONSUMSIPANGAN
DISTRIBUSI PANGAN
KONSUMSISTATUS GIZI
PANGAN
STATUS GIZI
GAMBARAN UMUM
Kabupaten Majene adalah salah satu
kabupaten dari 6 (enam) kabupaten di Provinsi
Sulawesi Barat secara geografis terletak antara
2o 38’ 45’’ – 3o 38’ 15’’ lintang selatan serta
118o 45’ 00’’ – 119o 4’ 45’’ Bujur Timur
Luas wilayah daratan kabupaten
Majene adalah 947,84 Km yang terdiri dari tiga
dimensi wilayah yaitu dataran tinggi dataran
rendah dan laut

Adapun batas-batas daerah ini adalah :


• Sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten
Mamuju
• Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten
polewali Mandar
• Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk
mamasa
• Sebelah barat berbatasan dengan selat
Makassar
PRODUKSI PANGAN
Kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, membuat,
mengawetkan, mengemas, mengemas
kembali, dan/atau mengubah bentuk
Pangan.
(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN)
KETERSEDIAAN PANGAN

Kondisi tersedianya Pangan dari


hasil produksi dalam negeri dan
Cadangan Pangan Nasional serta
impor apabila kedua sumber
utama tidak dapat memenuhi
kebutuhan.
(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN)
DISTRIBUSI PANGAN
Distribusi Pangan adalah tersedianya
pangan dan pasokan pangan secara
merata sepanjang waktu baik jumlah,
mutu, aman dan keragamannya untuk
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat

Distribusi Pangan dilakukan agar


perseorangan dapat memperoleh Pangan
dalam jumlah yang cukup, aman,
bermutu, beragam, bergizi, dan
terjangkau.
Proses distribusi
memungkinkan pedagang
mendatangkan produk dari
daerah lain. Dengan
mengetahui dinamika harga
pangan, maka kondisi
pasokan dan permintaan
bahan pangan tersebut dapat
terindikasi.
Informasi kondisi harga pangan dapat cepat memberikan sinyal terjadinya perubahan
pasokan dan permintaan selama periode tertentu. Di lain pihak pemantauan perubahan
pasokan dan permintaan tersebut seringkali jauh lebih sulit dilakukan karena besarnya
penawaran/permintaan suatu produk tidak hanya berasal dari daerah setempat.
Terjadinya gejolak harga bahan pangan masih terus menjadi tantangan berat dari
logistik bahan pangan. Selain kendala transportasi, faktor sosial budaya juga berperan
penting pada terjadinya gejolak harga bahan pangan.

Kondisi harga pangan sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu pertama adalah
ketersediaan pasokan pangan, dimana pada saat panen raya kecenderungan harga
menurun dan sebaliknya ketika terjadi kekurangan pasokan mengakibatkan harga
cenderung meningkat. Adapun faktor kedua adalah kondisi psikologi pasar, dimana
stabilitas harga pangan menjadi “terganggu” ketika adanya kekhawatiran pedagang akan
menurunnya pasokan maupun tindakan “ambil untung” yang dilakukan pedagang.

Rantai distribusi telah dikuasai oleh mekanisme pasar. Pada beberapa komoditas pokok
terjadi ketidakadilan harga akibat panjangnya rantai distribusi bahan pokok dari
produsen ke konsumen. Contoh dari petani harga 10 rupiah sampai pedagang 18 rupiah.
Diperlukan waktu dan proses yang tidak sebentar untuk memperbaiki tata kelola pangan
saat ini mengingat mekanisme pasar telah berakar kuat dalam rantai distribusi.
KONSUMSI PANGAN
Konsumsi Pangan adalah jenis dan
jumlah pangan yang dimakan oleh
seseorang dengan tujuan tertentu
pada waktu tertentu.

Konsumsi Pangan dimaksudkan


untuk memenuhi kebutuhan
individu secara biologis, psikologis
maupun sosial.
Jepa merupakan salah satu bahan pangan lokal merupakan
industry rumah tangga di salah satu
Jepa
daerah di Kab.Majene, berbahan baku ubi kayu yang
memiliki satu rasa (tawar), tekstur keras, warna putih,
bentuk dan ukurannya besar bulat.

Usaha pengolahan jepa di tingkat petani masih tradisional


sehingga mutunya masih rendah, dan pemasarannya masih
lokal.

Komoditas ubi kayu banyak diusahakan dilahan kering


dengan tingkat kesuburan yang masih rendah dan secara
umum dibudidayakan secara tradisional dan subsistem.

Pengolahan jepa belum dilakukan menurut standarisasi baku


produk sehingga rasa, bentuk, tekstur, nilai gizi dan mutu
akhir jepa belum dapat memberikan cita rasa, dan keamanan
bagi konsumen ketika mengkonsumsi produk tersebut.
STATUS GIZI DAN KESEHATAN

Status Gizi didefinisikan sebagai


status kesehatan yang dihasilkan
oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien.

Penelitian Status Gizi merupakan


pengukuran yang didasarkan pada
data antropometri serta biokimia
dan riwayat diit.
Kesimpulan
Skor PPH digunakan untuk mengetahui kualitas pangan dilihat dari keragaman
pola pangan, biasanya untuk menilai kualitas dari sisi ketersediaan pangan. Skor
PPH pada kabupaten majene masih rendah yaitu pada tahun 2015 baru mencapai
74,5 dan pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 69,58 sedangkan skor
PPH yang ideal adalah 100. Hal ini menandakan bahwa kabupaten majene masih
kurang dari segi ketersediaan dan keragaman pangan.
Asupan merupakan penyebab langsung dari masalah gizi buruk di kabupaten
Majene. Hal ini terlihat dari data profil kesehatan kabupaten majene yaitu sebesar
13% pada tahun 2016.
angka kejadian penyakit ISPA paling tinggi di kabupaten Majene pada tahun
2016 yaitu sebesar 14.318 kasus. Namun data untuk fasilitas sanitasi yang layak
cukup baik. Hal ini bisa saja disebabkan karena factor lain seperti lingkungan rumah
yang tidak sesuai dengan kriteria rumah sehat.
Angka kejadian diare cukup banyak yaitu sebesar 3298 kasus. Hal ini
disebabkan karena desa/kelurahan yang menerapkan stop BABS hanya sebesar 2%.

Anda mungkin juga menyukai