Anda di halaman 1dari 118

HUKUM JAMINAN

Budiman Setyo Haryanto, S.H., M.H.


FH. UNSOED
Pengertian :
Peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan
piutang seorang kreditur terhadap debiturnya (J.
Satrio).

Istilah Jaminan merupakan terjemahan dari bahasa


Belanda, yaitu ”Zekerheid”, sedangkan istilah
”Zekerheidsrechten” digunakan untuk hukum jaminan
atau hak jaminan. Ind, jaminan = tanggungan =
agunan, dll.

Upaya memberikan perlindungan hukum (jaminan)


kepada kreditur dalam mempertahankan dan
melaksanakan haknya guna mendapatkan pelunasan
piutangnya dari seorang debitur.
Jaminan (zekerheid) adalah macam-macam
cara agar kreditur dapat terjamin dalam
pemenuhan tuntutan piutangnya.

Dengan demikian yang dimaksud dengan


hukum jaminan adalah peraturan hukum yang
memberikan perlindungan, memberikan
kemudahan-kemudahan ataupun sarana-
sarana bagi kreditur untuk mendapatkan
pememuhan piutangnya dari seorang debitur.
accessoire verbintenis

Perikatan jaminan disebut sebagai perikatan acessoir,


yaitu perikatan tambahan yang bersangkutan dengan
suatu perikatan pokok, yang diadakan sebagai jaminan
pemenuhan dari perikatan pokok itu.

J. Satrio menyebutkan bahwa perikatan asessoir


adalah perikatan yang adanya (lahir), berpindah dan
hapusnya mengikuti perikatan pokoknya
KREDITUR PERIKATAN POKOK DEBITUR

A B

B
A
KEWAJIBAN
HAK PERIKATAN JAMINAN
UTANG
PIUTANG TAGIHAN
HAK TAGIH SCHULD
VORDERING HAFTUNG
PENGERTIAN KREDIT
UU NO.10 TAHUN 1998

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan


yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Perjanjian Kredit adalah perjanjian pemberian
kredit antara pemberi kredit (Bank) dan
penerima kredit (Nasabah).
PERBANDINGAN
Perjanjian Kredit Pinjam Meminjam

1. Bentuk Tertulis 1. Bentuk bebas

2. Konsensuil, 2. Riil
obligatoir
JAMINAN KREDIT
Jaminan diperlukan untuk mengurangi risiko kredit
berupa kegagalan peminjam membayar kewajibannya
kepada bank.
Jaminan Pokok Dan Jaminan Tambahan :
1. Jaminan pokok adalah barang atau objek yang
dibiayai dengan kredit. Misalnya saja jaminan
pembelian rumah dengan kredit (kredit pemilikan
rumah) maka yang dijaminkan adalah rumah yang
dibeli tersebut.
2. Jaminan Tambahan merupakan barang atau
benda yang dijadiman jaminan untuk menambah
jaminan pokok. Hal ini diperlukan apabila bank
menilai jaminan pokok dianggap nilainya masih
kurang.
Kegunaan jaminan diantaranya :
1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk
mendapat pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan
tersebut, apabila debitur melakukan cidera janji, yaitu untuk membayar
kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian;
2. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai
usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha
atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya
dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuat
demikian dapat diperkecil;
3. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya,
khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat
yang telah disetujui agar debitur dan atau pihak ketiga yang ikut
menjamin tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada
bank.
FUNGSI JAMINAN KREDIT :
1. Jaminan sebagai pengaman perlunasan kredit;
2. Jaminan sebagai pendorong motivasi debitur;
3. Fungsi yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan
perbankan.
UU No.10 Tahun 1998

BANK Bank adalah badan usaha


yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan-
nya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan
MASYARAKAT taraf hidup rakyat banyak
PRINSIP KEHATI-HATIAN, FORMULA 5C

Bank-bank dalam menilai suatu permintaan kredit wajib


berpedoman kepada 5 faktor, formula 5 C yaitu :

1. Watak (character)
2. Kemampuan (capacity)
3. Modal (capital)
4. Jaminan (collateral) dan
5. Kondisi ekonomi (condition of economy).
SK Direksi BI No 27/ 162/ KE/ DIR.

Semua Bank umum wajib untuk memiliki dan


menerapkan Kebijaksanaan Perkreditan Bank
(disingkat KPB) dalam pelaksanaan kegiatan
perkreditannya dan juga melampirkan Pedoman
Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB)

1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan.


2. Organisasi dan manajemen perkreditan.
3. Kebijaksanaan persetujuan kredit.
4. Dokumentasi dan administrasi kredit.
5. Pengawasan kredit.
6. Penyelesaian kredit yang bermasalah.
PENGATURAN 1
BUKU II KUH PERDATA :

Bab XIX : Tentang piutang2 yang diistimewakan.


Bab XX : Tentang gadai.
Bab XXI : Tentang hipotik.

BUKU III KUH PERDATA

Bab XVII : Tentang penanggungan (borgtocht)


PENGATURAN 2

DI LUAR KUH PERDATA :

UU 4/1996 : Hak Tanggungan


UU 42/1999 : Fidusia

Fatwa Dewan Syariah Nasional no 25/DSN-MUI/III/2002


tanggal 26 Juni 2002 : Rahn
Pandhuis Reglement (Aturan Dasar Pegadaian/ADP),
Staatsblad Tahun 1928 Nomor 81.
PRINSIP-PRINSIP HUKUM JAMINAN
Pasal 1131 KUH. Perdata

“Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak


maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan”.

Seluruh kebendaan debitur sebagai jaminan utang


(asas schuldhaftung).
asas schuld haftung

Setiap orang bertanggungjawab terhadap


hutang-hutangnya,

Tanggungjawab itu berupa menyediakan


seluruh harta kekayaannya sebagai jaminan
hutang (asas schuld haftung).
Perikatan (jaminan) lahir krn UU :

Undang-undang mengikat segala kekayaan debitur atas


hutangnya kepada seorang kreditur.

Asas keadilan dan asas kepercayaan dalam hukum


perjanjian : bahwa setiap orang yang memberikan
piutang kepada seseorang, percaya bahwa orang
tersebut dapat dipercaya akan memenuhi hutangnya di
kemudian hari (mau dan mampu).
Implementasi schuld haftung

Seorang kreditur boleh mengambil pelunasan piutangnya


dari setiap bagian dari harta kekayaan debitur;

Setiap bagian dari kekayaan debitur dapat dijual guna


pelunasan tagihan kreditur;

Hak tagihan kreditur hanya dijamin dengan harta benda


debitur saja, tidak dengan “persoon”debitur.
Pasal 1132 KUH. Perdata

“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama


bagi semua orang yang mengutangkan padanya;

pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi


menurut keseimbangan,

yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing,

kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-


alasan yang sah untuk didahulukan”.
asas paritas creditorium

Bahwa hak jaminan sebagaimana diatur


dalam Pasal 1131 diberikan kepada semua
kreditur;

Kedudukan para kreditur adalah sama (asas


paritas creditorium.
Kreditur Konkuren (Concurrente
Schuldeisers)

Kedudukan para kreditur berdasar Pasal 1132 adalah


sama,

Usia tagihan lebih dulu tidak memberikan hak untuk


mengambil pelunasan lebih dulu, atas hasil eksekusi
kekayaan debitur

Disebut dengan kreditur konkuren (concurrente


schuldeisers).
pond’s-pond’s gewijs

Hubungan perikatan antara kreditur dan


debitur hanya melahirkan hak perorangan
(persoonlijkheidsrechten), yang tidak
mengenal peringkat.

Wujud dari asas persamaan kedudukan


kreditur adalah bahwa hasil pendapatan
penjualan kekayaan debitur dibagi menurut
keseimbangan besar kecilnya tagihan para
kreditur (pond’s-pond’s).
RUMUS

TAGIHAN HASIL
PEMBAYARAN EKSEKUSI
JUMLAH TAGIHAN
HAK JAMINAN UMUM (HJU)

1. Lahir karena undang-undang,


2. Hak semua kreditur,
3. Kedudukan kreditur sama,
4. Membebani seluruh kekayaan debitur,
5. Pembagian secara keseimbangan.

(Pasal 1131 jo 1132 KUH Perdata)


Kelemahan HJU
1. Para kreditur harus berbagi dengan kreditur lain
(kreditur konkuren);
2. Kemungkinan tidak mendapatkan pelunasan secara
maksimal, atau tidak mendapatkan bagian karena
habis digunakan untuk membayar tagihan kreditur
preferen;
3. Tidak adanya benda yang secara khusus diikat sebagai
jaminan, sehingga debitur tetap memiliki kewenangan
untuk berbuat bebas atas harta kekayaannya;
4. Kreditur tidak memiliki hak kebendaan atas kekayaan
debitur;
5. Sangat dipengaruhi oleh iktikad baik debitur;
6. Pelaksanaan eksekusinya (kecuali dalam eksekusi
dibawah tangan) harus melalui gugatan ke pengadilan.
Pengecualian :
Ada alasan yang sah untuk didahulukan

Pasal 1132 menyebutkan “. . . kecuali apabila


diantara para berpiutang itu ada alasan yang sah
untuk didahulukan”.

Penyimpangan terhadap asas paritas creditorium :

“Hak untuk didahulukan diantara orang-orang


berpiutang terbit dari hak istimewa, dari gadai dan
dari hipotik” (Pasal 1133 KUH Perdata).
Kreditur Preferen
(Preferente Schulden)

1. Kreditur pemegang hak istimewa,


2. gadai dan
3. hipotik

mempunyai hak untuk mengambil pelunasan


lebih dahulu atas hasil eksekusi kekayaan debitur,
atau yang disebut dengan kreditur preferen
(Preferente Schulden)
Hak jaminan khusus (HJK)

Hak jaminan khusus dapat diartikan sebagai hak


yang memberikan kedudukan kepada kreditur
tertentu kedudukan yang lebih baik
dibandingkan dengan kreditur lainnya.

Pitlo menyebutkan bahwa hak jaminan adalah


suatu hak (een recht) yang memberikan
kepada kreditur kedudukan yang lebih baik dari
pada kreditur-kreditur lain.
kedudukan yang lebih baik

“kedudukan yang lebih baik” artinya hak


atau kedudukan kreditur lebih terjamin atau
dalam arti peluang terpenuhinya piutang lebih
besar dibandingkan kreditur yang lain atau
kreditur konkuren.

Tidak berarti pasti terjamin/terbayar


HAK JAMINAN KHUSUS

LAHIR DARI LAHIR DARI


UNDANG- PERJANJIAN
UNDANG
HAK HAK JAMINAN
JAMINAN PERORANGAN
PRIVELEGIE KEBENDAAN
Hak Istimewa (Privelegie)

Hak jaminan khusus yang lahir karena undang-


undang adalah yang disebut Hak Istimewa
(Privelegie).

Pasal 1134 KUH. Perdata :


“Suatu hak yang oleh undang-undang diberikan
kepada seorang berpiutang sehingga tingkatannya
lebih tinggi dari pada orang berpiutang lainnya,
semata-mata berdasarkan sifatnya piutang”.
Privelegie adalah hak kreditur untuk
mendapatkan pelunasan lebih dulu atas hasil
penjualan kekayaan debitur.

Berdasarkan sifat piutang.

Yaitu kreditur dengan hak tagih sebagaimana


disebutkan secara limitatif dalam Pasal 1139
dan 1149 KUH. Perdata.
Isi privelegie :

1. “hak untuk mengambil pelunasan lebih dulu”


dari pada kreditur lainnya,
2. bukan merupakan jaminan kebendaan dan
bukan pula jaminan perorangan.
3. tidak memberikan kewenangan untuk menjual
sendiri benda atas mana ia mempunyai hak
didahulukan
4. tidak bersifat droit de suite.
5. hanya dapat dituntut sepanjang bendanya
masih menjadi milik debitur.
Privelegie Umum Dan Privelegie Khusus
Privelegie Khusus : adalah privelegie yang tertuju pada benda-benda
tertentu milik debitur (Ps. 1139 KUH Perdata).
1. biaya perkara yang semata-mata timbul karena penghukuman untuk
melelang (eksekusi) kekayaan debitur. Tagihan semacam ini diambil dulu
dari uang hasil eksekusi diatas tagihan preferen yang lain bahkan dari
Gadai dan Hipotik.
2. Uang sewa atas benda-benda tak bergerak, termasuk biaya perbaikan
yang menjadi kewajiban si penyewa serta segala hal yang berkaitan
dengan kewajiban si penyewa;
3. Harga pembelian benda-benda bergerak yang belum dibayar;
4. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang;
5. Upah tukang atas benda-benda bergerak;
6. Tagihan pemilik rumah penginapan;
7. Upah pengangkutan dan biaya-biaya tambahan;
8. Upah tukang atas benda tak bergerak seperti tukang kayu, batu dan lain-
lain;
9. Tagihan atas penggantian serta pembayaran yang harus dipikul oleh
pegawai yang memangku jabatan umum.
Privelegie Umum : adalah privelegie yang tertuju
pada semua benda-benda debitur (Pasal 1149 KUH.
Perdata) :
1. biaya-biaya perkara karena pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan, biaya-biaya ini
didahulukan dari pada Gadai dan Hipotik;
2. biaya penguburan;
3. biaya pengobatan sakit yang terakhir;
4. tagihan upah buruh atau pekerja;
5. tagihan atas penyerahan bahan makanan;
6. tagihan sekolah berasrama; dan
7. tagihan anak belum dewasa dan curandi atas wali
dan curator.
JAMINAN KHUSUS KRN PERJANJIAN :

Hak jaminan khusus yang lahir karena perjanjian


dapat dibedakan menjadi hak jaminan kebendaan
(zakelijkezekerheids-rechten) dan hak jaminan
perorangan (personlijkezekerheidsrechten).

Jaminan Kebendaan : ada benda tertentu diikat


sebagai jaminan

Jaminan Perorangan : ada orang tertentu


mengikatkan diri sebagai penjamin (borg)
HAK JAMINAN KEBENDAAN

Hak jaminan kebendaan adalah hak yang


memberikan kepada seorang kreditur kedudukan
yang lebih baik karena didahulukan dalam
pengambilan pelunasan daripada kreditur lain,
atas hasil penjualan suatu benda tertentu atau
sekelompok benda tertentu yang secara khusus
diperikatkan (J. Satrio).
Ciri hak jaminan kebendaan

1. Mempunyai hubungan langsung dengan bendanya;


2. Dapat dipertahankan maupun ditujukan kepada
siapa saja atau semua orang;
3. Mempunyai sifat droit de suite, artinya hak
tersebut mengikuti bendanya ditangan siapapun
berada;
4. Yang lebih tua mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi; dan
5. Dapat dipindah-tangankan atau dialihkan kepada
orang lain.
Sifat benda

Mempunyai nilai ekonomis.


Dapat dipindah-tangankan atau dialihkan.
BENTUK2 JAMINAN KEBENDAAN

Dalam KUH Perdata :


Gadai,
Hipotik.

Di luar KUH Perdata :


Fidusia,
Hak Tanggungan.
Hak Jaminan Perorangan (HJP)

Hak Jaminan Perorangan adalah :

Hak yang memberikan kepada kreditur


kedudukan yang lebih baik dari pada kreditur
yang lain karena adanya orang tertentu yang
sanggup membayar atau memenuhi prestasi
manakala debitur wanprestasi (J. Satrio).
Borgtocht atau Penanggungan

1. Menimbulkan hak langsung pada perorangan


tertentu;
2. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur
tertentu;
3. Ditujukan atas harta kekayaan debitur dan
penanggung pada umumnya.

Kreditur dalam perjanjian Borgtocht berkedudukan


sebagai pemegang dua hak jaminan umum (kreditur
konkuren), yaitu tertuju pada kekayaan debitur dan
kekayaan penjamin/penanggung (borg).
Hak Jaminan Yang Lain (HJL)

Dalam praktek dapat dijumpai adanya perjanjian


penjaminan hutang, akan tetapi tidak dapat
dikelompokkan sebagai jaminan kebendaan
maupun jaminan perorangan.

Objek jaminannya bukan barang yang mempunyai


nilai ekonomis dan tidak dapat diperjualbelikan,
seperti jaminan berupa : Sertifikat Hak Atas Tanah,
BPKB, SK Pegawai dan sebagainya.
Barang-barang di atas dijadikan jaminan bukan
karena nilai ekonomis yang melekat pada benda
jaminan.

Hanya sebagai upaya memberikan tekanan


psycologis pada debitur untuk segera membayar
hutang.

J. Satrio menyebut sebagai hak jaminan yang


lain, artinya bukan hak jaminan kebendaan dan
bukan pula hak jaminan perorangan.

Hanya melahirkan hak retensi, bukan hak untuk


mengeksekusi.
GADAI
Pengertian (sederhana):
Jaminan atas benda bergerak yang
diwujudkan dalam bentuk
penyerahan benda sebagai jaminan
dari Pemberi Gadai kepada
Penerima Gadai.
Pasal 1150 KUH Perdata :

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang


berpiutang atas suatu benda bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau
oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan
daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut
dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan,
biaya-biaya mana harus didahulukan.
Gadai adalah:
1. hak seorang berpiutang/kreditur
2. atas suatu benda bergerak, yang
diserahkan kepadanya
3. oleh seorang berutang atau oleh seorang
lain atas namanya (pihak III)
4. memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan
dari barang tersebut secara didahulukan
daripada orang-orang berpiutang lainnya
Perkecualian:
1. biaya untuk melelang barang tersebut
dan (biaya lelang)
2. biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu
digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan. (biaya penyelamatan
barang)
PIHAK-PIHAK DALAM GADAI

A B
KREDITUR
PENERIMA DEBITUR
GADAI PEMBERI
PEMEGANG GADAI
GADAI
A B
KREDITUR
PENERIMA DEBITUR
GADAI
PEMEGANG
GADAI

C
PIHAK III
PEMBERI
GADAI
A B
KREDITUR DEBITUR
PENERIMA PEMBERI
GADAI GADAI

C
PIHAK III
PEMEGANG
GADAI
A B
KREDITUR DEBITUR
PENERIMA
GADAI

C D

PIHAK III PIHAK III


PEMEGANG PEMBERI
GADAI GADAI
OBJEK GADAI & PENYERAHANNYA
BENDA BERGERAK Penyerahan Nyata (1152
BERWUJUD ayat 1), spt : penyerahan
barang, penyerahan
simbolis, penyerahan kunci
gudang
BENDA BERGERAK TAK
BERWUJUD (HAK TAGIH)
Tagihan Atas Nama (Op- Pemberitahuan kepada
Naam) Debitur tagihan (1153)
Tagihan Atas Bawa (Aan- Penyerahan surat (1152 ayat
Tonder) 1)
Tagihan Atas Tunjuk (Aan- Penyerahan Surat dan
Order) Endossemen (1152 bis)
SYARAT SAHNYA GADAI
UMUM KHUSUS
Memenuhi syarat sahnya 1.Perjanjian pokok yang sah
perjanjian dalam Pasal 1320
KUH Perdata
1.Sepakat mereka yang 2.Harus ada perjanjian un-
mengikatkan dirinya tuk memberi hak gadai
(pandoverenkomst) (1151)
2.Kecakapan untuk membu- 3.Barang gadai harus dile-
at suatu perikatan paskan /berada di luar
3.Suatu hal tertentu kekuasaan dari si pemberi
4.Suatu sebab yang halal gadai (inbezitstelling) (1152
ayat 2)
SYARAT PEMBERI GADAI
Hal tidak berkuasanya si pemberi gadai untuk bertindak
bebas dengan barang gadainya, tidaklah dapat
dipertanggungjawabkan kepada si berpiutang yang telah
menerima barang tersebut dalam gadai, dengan tak
mengurangi hak si yang kehilangan atau kecurian barang
itu, untuk menuntutnya kembali (1152 ayat 4)
Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga,
maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada si
pembawa maka barangsiapa yang menguasainya
dianggap sebagai pemiliknya (1977 ayat 1)

1. Kewenangan bertindak bebas atas benda (Pemilik)


2. Ketidakwenangan pemberi gadai bukan tanggungjawab
kreditur
Pasal 1977 ayat (1)
Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga,
maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada si
pembawa maka barangsiapa yang menguasainya dianggap
sebagai pemiliknya (1977 ayat 1).

Siapa yang menguasai benda bergerak (tidak atas


nama/bukan piutang bawa) dianggap sebagai pemilik.
Ketentuan ini mempunyai 2 fungsi yaitu:

1. Fungsi materiil = setiap orang boleh beranggapan


bahwa orang yag menguasai barang bergerak sebagai
pemilik, dan apabila terjadi peralihan hak dilindungi
oleh undang-undang.
2. Fungsi prosessuil = dalam hal pembuktian hak,
bezitter cukup berpegang pada fakta bahwa dia yang
menguasai barang, orang lain yag harus membuktikan
haknya.
HAPUSNYA GADAI
Hak gadai hapus, apabila barangnya gadai keluar dari kekuasaan
si penerima gadai. Apabila, namun itu barang tersebut hilang dari
tangan penerima gadai ini atau dicuri daripadanya, maka
berhaklah ia menuntutnya kembali sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 1977 ayat ke dua, sedangkan apabila barang gadai
didapatnya kembali, hak gadai dianggap tidak pernah hilang (Ps.
1152 ayat 3).

Barang gadai keluar secara suka rela : gadai hapus

Barang gadai keluar karena hilang/dicuri : kreditur pemegang


gadai berhak menuntut pengembalian barang itu dari orang yang
menguasainya. Asas droit de suite.
Ps. 1977 ayat (2)
Namun demikian, siapa yang kehilangan atau kecurian
sesuatu barang, didalam jangka waktu tiga tahun,
terhitung sejak hari hilangnya atau dicurinya barang itu,
dapatlah ia menuntutnya kembali barangnya yang hilang
atau dicuri itu sebagai miliknya, dari siapa yang dalam
tangannya ia ketemukan barangnya, dengan tak
mengurangi hak si yang tersebut belakangan ini untuk
minta ganti rugi kepada orang dari siapa ia memperoleh
barangnya, lagi pula dengan tak mengurangi ketentuan
dalam Pasal 582 (Ps. 1977 ayat 2).

1. Orang yang kehilangan/kecurian barangnya dapat


menuntut pengembalian barang dari orang yang
menguasai barang tersebut.
2. Orang yang tadinya menguasai barang dapat menuntut
ganti kerugian kepada orang yang telah menyerahkan
barang tersebut.
Ps. 582

Barangsiapa menuntut kembalinya sesuatu kebendaan yang


telah dicuri atau dihilangkan, tak diwajibkan memberi
pergantian kepada si yang memegangnya, untuk uang yang
telah dibayakannya guna membelinya, kecuali kebendaan
itu dibelinya di pasar tahunan atau pasar lainnya,
dilelangan umum, atau dari seorang pedagang yang terkenal
sebagai seorang yang biasanya memperdagangkan barang-
barang sejenis itu (Ps. 582).

1. Orang yang menuntut pengembalian barang yang


hilang/dicuri tidak wajib membayar ganti kerugian
kepada orang yang menguasai barang tersebut.
2. Kecuali apabila barang itu dibeli di pasar, pelelangan,
atau pedagang yang terkenal, dapat dituntut
memberikan ganti kerugian.
HAK-HAK KEDITUR PENERIMA GADAI (1)
Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si
berpiutang adalah berhak jika si berutang atau si pemberi
gadai bercidera janji, setelah tenggang waktu yang ditentukan
lampau, atau jika tidak telah ditentukan suatu teggang waktu,
setelah dilakukannya suatu peringatan untuk membayar,
menyuruh menjual barang gadainya di muka umum
menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta atas syarat-
syarat yang lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambil
peluasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari
pendapatan penjualan tersebut. (1155 ayat 1).

Menjual atas kekuasaan sendiri (parate eksekusi) melalui


lelang.
HAK-HAK KEDITUR PENERIMA GADAI
Jika barang gadainya terdiri atas barang-barang perdagangan
atau efek-efek yang dapat diperdagangkan di pasar atau di
bursa, maka penjualannya dapat dilakukan di tempat-tempat
tersebut, asal dengan perantaraan dua orang makelar yang
ahli dalam perdagangan barang-barang itu. (1155 ayat 2).

1. Apabila barang gadai berupa barang perdagangan dapat


dijual di pasar.
2. Apabila barang gadai berupa surat-surat berharga dapat
dijual melalui bursa. Syaratnya melalui perantaraan dua
orang makelar yang ahli dalam penjualan surat-surat
berharga.
HAK-HAK KEDITUR PENERIMA GADAI (2,3)
Bagaimanapun, apabila si berutang atau si pemberi gadai
bercidera janji, si berpiutang dapat menuntut di muka
Hakim supaya barang gadainya dijual menurut cara yang
ditentukan oleh Hakim untuk melunasi utang beserta
bunga dan biaya, ataupun Hakim, atas tuntutan si
berpiutang, dapat mengabulkan bahwa barang gadainya
akan tetap pada si berpiutang untuk suatu jumlah yang
akan ditetapkan dalam putusan hingga sebesar utangnya
beserta bunga dan biaya. (1156 ayat 1).

1. Menuntut penjualan barang gadai tanpa melalui lelang.


2. Menuntut untuk membeli barang gadai dengan harga
yang ditentukan oleh Hakim.
HAK-HAK KEDITUR PENERIMA GADAI (4)

Jika suatu piutang digadaikan, sedangkan piutang ini


menghasilkan bunga, maka si berpiutang boleh
memperhitungkannya dengan bunga yang harus dibayar
kepadanya. (1158 ayat 1).

Memperhitungkan bunga dari piutang yang digadaikan


dengan bunga pinjaman pokok.
HAK-HAK KEDITUR PENERIMA GADAI (5)
Selama si pemegang gadai tidak menyalahgunakan barang,
yang diberikan dalam gadai, maka si berutang tidaklah
berkuasa menuntut pengembaliannya, sebelum ia
membayar sepenuhnya baik uang pokok maupun bunga dan
biaya uangnya, yang untuk menjamin barang gadainya yang
telah diberikan, beserta pula segala biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkan barang gadainya. (1159
ayat 1).

Hak Retensi : yaitu hak untuk menahan barang gadai


sampai debitur membayar semua kewajiannya, meliputi :
pokok pinjaman, bunga, biaya tagihan dan biaya
penyelamatan barang.
HAK-HAK KEDITUR PENERIMA GADAI (6)
Jika diantara si berutang dan si berpiutang ada pula suatu
utang ke dua, yang dibuatnya sesudah saat pemberi gadai,
dan dapat ditagih sebelum pembayaran utang pertama atau
pada hari pembayaran itu sendiri, maka si berpiutang
tidaklah diwajibkan melepaskan barang gadainya sebelum
kepadanya dilunasi sepenuhnya kedua utang tersebut, sekali
pun tidak telah diperjanjikan untuk mengikatkan barang
gadainya bagi pembayaran utang keduanya. (1159 ayat 2).

Hak Retensi : termasuk hak untuk menahan barang gadai


sampai debitur membayar utang yang kedua.
KEWAJIBAN PENERIMA GADAI 1
Tentang hal penjualan barang gadai dalam hal-hal
termaksud dalam pasal ini dan dalam pasal yang lalu, si
berpiutang diwajibkan memberitahu si pemberi gadai
selambat-lambatnya pada hari yang berikutnya apabila ada
suatu perhubungan pos harian ataupun suatu
perhubungan telegrap, atau jika tidak demikian halnya,
dengan pos yang berangkat pertama. (1156 ayat 2).

Memberitahukan perihal penjualannya kepada Debitur /


Pemberi Gadai.
KEWAJIBAN PENERIMA GADAI 2
Si berpiutang adalah bertanggung jawab untuk hilangnya
atau kemerosotan barangnya sekedar itu telah terjadi
karena kelalaiannya. (1157 ayat 1).

1. Merawat barang gadai.


2. Bertanggung jawab atas hilang atau berkurangnya nilai
barang gadai yang timbul karena kelalaiannya dalam
merawat barang gadai.
KEWAJIBAN DEBITUR PEMBERI GADAI
1. Membayar utang pokok, bunga dan biaya.
2. Membayar biaya penyelamatan barang gadai.
LARANGAN DALAM GADAI
Apabila si beruang atau si pemberi gadai tidak
memenuhi kewajiban-kewajibannya. Maka tak
diperkenankanlah si berpiutang memiliki barang yang
di gadaikan. (1154 ayat 1)
Segala janji yang bertentangan dengan ini adalah batal.
(1154 ayat 2)

1. Janji milik dilarang.


2. Pelanggaran terhadap larangan ini berakibat batal
demi hukum
SIFAT GADAI
1. Assessoir.
2. Tak dapat dibagi-bagi.
3. Droit de preferent
4. Droit de suite.
5. Separatis.
BAG II
FIDUSIA
FIDUSIA

PENGERTIAN :

FIDUSIA BERASAL DARI KATA FIDES YANG


BERARTI KEPERCAYAAN.

LENGKAPNYA ADALAH FIDUCIAIRE


EIGENDOMSOVERDRACHT = PENYERAHAN HAK
MILIK SECARA KEPERCAYAAN
KEPERCAYAAN

PEMBERI FIDUSIA PERCAYA BAHWA


PENYERAHAN HAK MILIK TERSEBUT SEMATA
SEBAGAI JAMINAN, DAN HAK TERSEBUT AKAN
KEMBALI APABILA DEBITUR PEMB. FID TELAH
MELUNASI UTANGNYA.

KRED. PEN. FIDUSIA JUGA PERCAYA BAHWA


DEB. TDK AKAN MENYALAHGUNAKAN
PENGUASAANNYA.
ZAMAN ROMAWI

Jaman Romawi belum mengenal pranata Hukum


Jaminan seperti sekarang.

DLM HK ROMAWI DIKENAL DUA BENTUK FIDUSIA :

1. FIDUCIA CUM CREDITORE DAN


2. FIDUCIA CUM AMICO.
FCC : debitur menyerahkan barang dalam
kepemilikan kreditur (sebagai jaminan) dengan
kewajiban mengembalikan barang apabila debitur
telah membayar kewajiban utangnya (kewajiban
moral).

FCA : Seseorang menyerahkan suatu barang dan


kewenangannya kepada orang lain untuk diurus.

Kelemahan FCC : adanya penyerahan barang


sekaligus hak miliknya (sebagai jaminan),
kedudukan kreditur sangat kuat dan pmbtsn kew
kreditur hanya bdsr kekuatan moral bukan
kekuatan hukum.
Hukum Jaminan Adat

Hukum Adat mengenal jaminan berupa gadai (jual


gadai) atau cekelan atau pemegangan, disini yang
ada adalah transaksi jual yang bersifat sementara.

Penjual gadai dapat menebus benda gadai, dan


apabila sampai waktu yang ditent. tidak ditebus,
pemegang gadai dapat memiliki benda gadai
tersebut.

Dlm hukum Romawi dan hukum Adat belum


membedakan benda menjadi benda bergerak dan
tidak bergerak, sehingga penjaminannya sama.
PERBANDINGAN
Hukum Romawi Hukum Adat

1. Bentuk Tertulis 1. Tidak Tertulis

2. Penguasaan 2. Penguasaan

3. Pemanfaatan 3. Pemanfaatan

4. Landasan moral 4. Landasan moral

5. Dapat memiliki 5. Dapat memiliki


PERKEMB. HUKUM DI EROPA
Code Civil Perancis, BW Belanda, BW Indonesia :

1. Pembedaan benda menjadi benda bergerak dan


benda tidak bergerak (Gadai dan Hipotik).
2. Kreditur hanya sebagai pemegang jaminan, tidak
dapat memanfaatkan kegunaan benda jaminan.
3. Kreditur dilarang secara otomatis memiliki benda
jaminan apabila debitur wanprestasi.
4. Kreditur wajib mengembalikan benda jaminan apbl
debitur telah membayar utangnya.
5. Hak kred. untuk menjual benjam hanya dpt dlkk
setelah deb wanprestasi.
6. Penjualan benjam hrs dlkk dimuka umum (lelang).
7. Kred. wajib mengembalikan uang sisa hasil penjualan
benjam setelah diambil untuk pembayaran utang deb.
PERBANDINGAN

Gadai Hipotik
1. Benda Bergerak 1. Tidak Bergerak
2. Penguasaan Benda 2. Tanpa Penguasaan
3. Bentuk Bebas benda
3. Akta Notaris dan
pendaftaran
Dengan munculnya gadai dan hipotik, maka fidusia
dalam hukum Romawi menjadi tidak populer lagi atau
ditinggalkan.

Timbulnya krisis dibidang pertanian di negara2 Eropa


pada abad 19, menghambat perusahaan2 pertanian
dalam memperoleh kredit.

Adanya kelemahan dalam jaminan GADAI

Dibutuhkan lembaga jaminan baru selain : Gadai dan


Hipotik.

Muncul konstruksi hukum Jual Beli Dengan Hak


Membeli Kembali, yang diikuti dengan Pinjam
Pakai (sebagai jaminan).
Bierbrouwerij Arrest 29-01-1929
Perkara antara P. Bos dan Bierbrouwerij, bahwa
Bierbrouwerij meminjamkan uang sejumlah f. 6000
kepada Bos, pemilik warung kopi di Sneek; dengan
jaminan berupa hipotek keempat atas tanah dan
bangunan sbg tempat usaha Bos,

Bos juga menjual inventaris warungnya kepada Bier


dg hak membeli kembali dg syarat bhw inventaris
tetap dikuasai oleh Bos sbg peminjam pakai.

Bos dijatuhi putusan Kepailitan, sehingga seluruh


kekayaannya disita oleh Kurator Kepailitan.
Keputusan Rechtbank

Membatalkan pjj jual beli dg hak membeli kembali;


dg alasan bhw pr pihak hanya pura2 mengadakan
pjj jual beli dg hak membeli kembali,

Yg sesungguhnya adl pjj pemberian jaminan dlm


btk gadai.

Akan ttp gadai tsb adl tdk sah krn barangnya tetap
berada dlm kekuasaan pemberi gadai, shg bertent
dg larangan Ps. 1198 (2) BW Bld atau Ps 1152 (2)
BW Ind.
Keputusan GERECHTSHOF

Membatalkan keputusan Rechtbank.

Mengadili sendiri dan memutuskan bhw


perjanjian jual beli dengan hak membeli
kembali tersebut adalah sah.
Keputusan HOGE RAAD

Pertimbangan :

1. bahwa para pihak bermaksud mengadakan


perjanjian jaminan atas pinjaman sebesar f. 6000
sebagai jaminan kebendaan (disamping hipotik
keempat).

2. bahwa maksud para pihak adalah menyerahkan


inventaris Bos sebagai jaminan dan hal ini
merupakan sebab (causa) perjanjian.

3. bahwa causa yang demikian adalah halal


Pertimbangan :

1. Bahwa pjj yang dmkn tdk bertent dg ketent


mengenai gadai, juga tdk bertent dg asas paritas
creditorium. Tdk bertent dg gadai krn pr pihak tidak
bermaksud membuat pjj gadai dan tdk bertent
dengan asas paritas creditorium karena asas itu
hanya berlaku thd kekayaan debitur.
2. Bahwa disini juga tdk ditemui suatu penyelundupan
undang-undang.
3. Bahwa pjj ini tdk bertent dg kesusilaan, krn uu
memberikan kebebasan sepanjang hal tsb masih
dianggap wajar.
PUTUSAN HR
Bahwa yang dimaksud oleh para pihak adalah
perjanjian penyerahan hak milik sebagai jaminan dan
hal ini merupakan titel yang sah.

Inti put HR di atas adl adanya pengakuan tentang


sahnya perjanjian penyerahan hak milik sbg jaminan
(disamping Gadai dan Hipotik), sehingga dianggap
sbg tonggak lahirnya Fidusia berdasar
Yurisprudensi.

Oleh para sarjana jaminan tersebut diberi nama


Fiduciaire eigendomsoverdracht (Fidusia).
Fidusia menurut Yurisprudensi

1. Bentuk penjanjian bebas : lisan, tertulis (dibawah


tangan atau otentik).
2. Tidak ada pendaftaran fidusia.
3. Obyeknya benda bergerak, barang inventaris dg
pinjam pakai dan brng dagangan dg konsinyasi
(consignatie) atau penitipan.
4. Penyerahan benda fidusia dilakukan secara
constitutum possessorium.
Kelemahan :

1. Tidak menjamin kepastian hukum bagi para pihak dan


pihak ke III.
2. Tidak ada sarana eksekusi yang kuat.
3. Dapat disalahgunakan oleh Debitur pemberi Fidusia.
Skema FIDUSIA:
Perjanjian pokok
Penyerahan hak milik (constitutum poss)
Penyerahan pinjam pakai.

D K
Pem Fid Pen Fid
Fidusia menurut UU No. 42 Thn 99

1. Bentuk perjanjian formil, dibuat dengan akta


notaris (Akta Jaminan Fidusia).
2. Harus memenuhi asas spesialitas.
3. Harus memenuhi asas publisitas, dengan
didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia.
4. Pendaf dicatat dlm Buku Daftar Fidusia.
5. Diterbitkan Sertifikat Jaminan Fidusia dengan irah2
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”
Contoh Akta Fidusia dari BRI (OLD)

Sesuai dengan persetujuan kredit/pinjaman


uang yang kami adakan dg Sdr……….. maka
dg ini kami serahkan hak milik dalam
kepercayaan atas barang2 yang terperinci
dibawah ini; penyerahan ditempat barang itu
terletak.
Selanjutnya kami menerangkan, bahwa kami
menerima kembali barang2 tsb dan
melakukan penyimpanan brng2 itu sbg kuasa
dari Sdr.
Contoh Akta Fidusia dari BNI (OLD)46

Berhubung dg persetudjuan membuka


kredit kami dengan BNI 46 tertanggal …
dengan ini kami menjerahkan hak milik
atas dasar kepercayaan (fiduciaire eigen
domsoverdracht) … barang2 kami
seperti termuat dalam daftar terlampir.
Selanjutnya dengan ini kami sebagai
kuasa BNI 46 menerima barang tersebut
guna disimpan untuk dan atas nama
BNI 1946.
UU No. 42 Th 99 tentang Fidusia
Ketentuan Umum BAB I Pasal 1.

1. Fidusia adl pengalihan hak kepemilikan suatu benda


atas dasar kepercayaan dengan ketent bhw benda
yang hak kepemilikannya dialihkan tsb tetap dalam
penguasaan pemilik benda.
2. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda
bergerak baik yang berwujud atupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yg tdk dpt dibebani hak tanggungan . . .
yang tetap berada dlm penguasaan Pemberi Fid,
sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yg
memberikan kedudukan yg diutamakan kpd
Penerima Fid thd kreditur lainnya.
Penyerahan dalam Akta Fidusia

Maka para penghadap Pihak Pertama dengan bertindak


selaku Pemberi Fidusia menerangkan dengan ini
memberikan jaminan fidusia kepada Penerima Fidusia
untuk dan atas nama siapa dan penghadap Pihak Kedua
dengan bertindak selaku Penerima Fidusia menerangkan
dengan ini menerima jaminan fidusia dari Pemberi
Fidusia, sampai dengan nilai jaminan sebesar Rp.
…………
PEMBEBANAN FIDUSIA
Jaminan Fidusia mrpk pjj ikutan dari suatu pjj pokok
yang menimbulkan kwjb bg pr phk utk memenuhi suatu
prestasi (Ps. 4).
Pembebanan Benda dg Jam Fid dibuat dg akta notaris
dlm bhs Ind dan mrpk Akta Jaminan Fidusia (Ps. 5
ayat 1).
Akta Jam Fidusia (AJF) sekurang2nya memuat :
1. identitas pemberi dan penerima fidusia;
2. data perjanjian pokok;
3. uraian benda;
4. nilai penjaminan;
5. nilai benda yang menjadi obyek fidusia (Ps. 6).
Utang yang pelunasannya dijamin dengan fidusia
dapat berupa :

1. utang yang telah ada;


2. utang yang akan timbul dikemudian hari yang
telah diperjanjikan daalm jumlah tertentu;
3. utang yang pada saat eksekusi dapat ditent.
jumlahnya (Ps. 7).

Jaminan Fidusia dapat diberikan kepada lebih dari


satu Penerima Fid (kredit konsorsium, penj ps) (Ps.
8).
Jaminan Fidusia dapat diberikan terhadap satu atau
lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang,
baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan
maupun yang diperoleh kemudian (Ps. 9 ayat 1).

Kecuali diperjanjikan lain :

a. Jaminan Fidusia meliputi hasil dari Benda yang


menjadi objek Jaminan Fidusia.
b. Jaminan Fidusia meliputi klaim asuransi, dalam
hal Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia
diasuransikan (Ps. 10).
Pendaftaran Jaminan Fidusia
1. Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib
didaftarkan (Ps. 11 ayat 1).
2. Pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan pada
Kantor Pendaf Fidusia (Ps. 12 ayat 1).
3. Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan
oleh Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya
dengan melampirkan pernyataan Jaminan Fidusia
(Ps. 13 ayat 1).
4. KPF mencatat pendaftaran JF dalam Buku Daftar
Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran.
KPF menerbitkan dan menyerahkan kepada
Penerima Fidusia Sertifikat Jaminan Fidusia pada
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran (Ps. 14 ayat 1).

SJF merupakan salinan Buku Daftar Fidusia (Ps. 14


ayat 2).

Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama


dengan tanggal dicatatnya Jaminan Fidusia dalam
Buku Daftar Fidusia (Ps. 14 ayat 3).

Dalam SJF dicantumkan kata2 “Demi Keadilan


Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” (Ps. 15 ayat
1).
SJF mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Ps. 15 ayat 2).

Pemberi Fidusia dilarang melakukan fidusia


ulang terhadap benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia yang sudah terdaftar (Ps. 17).

Segala keterangan mengenai Benda yang menjadi


obyek Jaminan Fidusia . . . terbuka untuk umum
(Ps. 18). (asas publisitas).
Sifat Jaminan Fidusia

1. Perjanjian accessoir (Ps. 4, 19 ayat 1, 25).


2. Jaminan kebendaan .
3. Mengikuti bendanya (droit de suite Ps. 20),
4. Droit de preverent (Ps. 27).
5. Kreditur Penerima Fidusia sebagai Kreditur
Separatis (Ps. 27 ayat 3).
Hapusnya Jaminan Fidusia

Jaminan Fidusia hapus karena sbb :

1. Hapusnya utang,
2. Pelepasan hak atas Jaminan Fidusia,
3. Musnahnya Benda (Ps. 25 ayat 1).

Roya (Ps. 26 ayat 1 dan 2).


Eksekusi Jaminan Fidusia

1. Pelaksanaan titel eksekutorial dalam Sertifikat


Jaminan Fidusia (Ps. 15 ayat 2).
2. Hak Penerima Fidusia untuk menjual atas
kekuasaan sendiri atau parate eksekusi (Ps. 15
ayat 3).
3. Penjualan di bawah tangan, dasar kesepakatan
dan harga lebih tinggi (Ps. 29 ay 1).
BAG III
HAK TANGGUNGAN
HAK TANGGUNGAN
UU No 4/1996
HAK TANGGUNGAN UU No 4/96
Hak Tanggungan adalah :

hak jaminan yang dibebankan pada hak atas


tanah (UUPA),

berikut atau tidak berikut benda2 lain yang


merupakan satu kesatuan dengan tanah,

untuk pelunasan utang tertentu,

memberikan kedudukan yang diutamakan


terhadap kreditur lain (Ps. 1 angka 1).
Subjek Hak Tanggungan (Ps. 8)
Pemberi Hak Tanggungan : perseorangan atau badan
hukum yang mempunyai kewenangan melakukan
perbuatan hukum terhadap obyek Hak Tanggungan (1).

Kewenangan itu harus ada pada saat pendaftaran Hak


Tanggungan (2).

WNI : (Hak Milik, HGB, HGU, Hak Pakai).

Orang asing : (Obyek Hak Pakai).

Penerima/Pemegang Hak Tanggungan :


perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan
sebagai pihak yang berpiutang (Ps. 9).
Obyek Hak Tanggungan

Syarat : mempunyai nilai ekonomis, terdaftar dan dapat


dipindahtangankan.

Macam : Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna


Bangunan (Ps. 4 ayat 1)., dan Hak Pakai atas tanah
negara ( ay 2).

Berikut atau tidak berikut benda2 lain yang merupakan


satu kesatuan dengan tanah (4).

Satu Obyek HT dapat dipasang lebih dari satu HT (Ps. 5).


Sifat Jaminan Hak Tanggungan

1. Accessoir : Ps. 1 angka 1 jo. Ps. 16 jo. Ps. 18 ayat


1.
2. Tidak dapat dibagi-bagi (Ps. 2 ayat 1, kecuali
diperjanjikan secara khusus (ay 2).
3. Droit de suite (Ps. 7).
4. Droit de preferent (Ps. 5 ayat 2).
5. Asas spesialitas (Ps. 11 ayat 1) dan asas publisitas
(Ps. 13 ayat 1).
6. Kreditur separatis (Ps. 21).
Pemberian Hak Tanggungan

Didahului dengan janji (Ps. 10 ayat 1).


Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
oleh dan dihadapan PPAT (ayat 2).

Isi APHT, wajib :


a. identitas para pihak,
b. domosili,
c. utang yang dijamin,
d. nilai tanggungan,
e. uraian ttg obyek Hak Tangg (Ps. 11 ay 1).

Janji-janji Hak Tanggungan (2).


Janji milik dilarang (Ps. 12).
Pendaftaran Hak Tanggungan

1. APHT wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan


(Ps. 13 ayat 1).
2. PPAT wajib mengirimkan APHT berikut warkah lain
selambat2nya 7 hr kerja (2).
3. Pembuatan Buku Tanah Hak Tangg, pencatatan
dlm Buku Tanah Hak atas Tanah dan Sertifikat
Tanah (ayat 3).
4. Tanggal buku tanah HT adl hari ketujuh stlh
penerimaan lengkap surat2 unt pendaft, sbg tgl
lahirnya Hak Tanggungan (4,5).
Kantor Pertanahan menerbitkan Sertifikat Hak
Tanggungan (Ps. 14 ayat 1).

Sertifikat HT memuat irah2 “Demi Keadilan


Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”,

SHT mempunyai kekuatan eksekutorial (ayat 3).

SKMHT wajib dibuat dengan akta notaris atau PPAT


(Ps. 15 ayat 1).
Hapusnya Hak Tanggungan

1. Hapusnya utang yang dijamin,


2. Pelepasan oleh pemegang Hak Tanggungan,
3. Pembersihan Hak Tanggungan,
4. Hapusnya hak atas tanah objek Hak Tanggungan.

Hak menuntut pembersihan dari beban Hak


Tanggungan hanya dapat dilakukan oleh pembeli objek
Hak Tanggungan dalam suatu pelelangan.

Roya (Ps. 22).


Eksekusi Hak Tanggungan

1. Hak menjual atas kekuasaan sendiri atau


parate eksekusi (Ps. 6).

2. Titel eksekutorial dalam Sertifikat Hak


Tanggungan (Ps. 14 ayat 2).

3. Penjualan dibawah tangan (Ps. 20 ay 2).

Anda mungkin juga menyukai