Anda di halaman 1dari 44

Hipermetropia

+ presbiopia

Vanesa Rizki Vayari

712016057
Pendahuluan

– Intepretasi informasi pengelihatan yang tepat


bergantungan pada kemampuan mata memfokuskan
berkas cahaya yang datang ke retina.
– Pemahaman terhadap proses ini dan bagaimana hal
tersebut dipengaruhi oleh berbagai variasi normal atau
penyakit mata penting dalam keberhasilan pemakaian
alat-alat bantu optis
Tinjauan Pustaka
Media Refraksi

– Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas :
– Kornea,
– Aqueous humor (cairan mata),
– Lensa,
– Badan vitreous (badan kaca), dan
– Panjangnya bola mata.
Kornea

– Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding


dengan Kristal sebuah jam tangan kecil disisipkan kedalam sclera pada limbus,
– Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda :
1. Lapisan epitel
2. Lapisan bowman merupakan lapisan jernih aselular
3. Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea
4. Membrane descement yang merpakan lamina basalis endotel kornea
5. Endotel
Aqueous Humor (Cairan Mata)

– Aqueous humor diproduksi oleh corpus cilliaris.


– Aqueous humor menyediakan medium optikal yang jernih untuk transmisi sinar
pada jalur visual
Lensa

– Lensa adalah suatu struktur bikonvenks, avascular, tak


berwarna, dan hampir transparan sempurna
– Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium
yang dikenal sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun
atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari permukaan
corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa
– Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa
Badan Vitreous (Badan
Kaca)
– Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avascular
yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus
mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus
optikus
– Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola
mata yang sferis.
Panjang Bola Mata

– Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam


pembiasan.
– Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda.
– Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea
(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang
(lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar
normal tidak dapat terfokus pada mekula
Akomodasi

– Pada keadaan normal cahaya tidak terhingga akan


terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh
didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda
dapat difokuskan pada retina atau macula lutea
– Dikenal beberapa teori akomodasi seperti:
– Teori akomodasi Hemholtz  zonula Zinn kendor akibat
kontraksi otot siliar sirkuler, mengakibatkan lensa yang elastis
menjadi cembung dan diater menjadi kecil.
– Teori akomodasi Thsernig: dasarnya adalah bahwa nukleus
lensa tidak dapat berubah bentuk sedang yang dapat
berubah bentuk adalah bagian lensa superfisial atau
korteks lensa. Pada waktu akomodasi terjadi tegangan
pada zonula Zinn sehingga nukleus lensa terjepit dan
bagian lensa superfisial di depan nukleus akan
mencembung.
– Mata akan berakomodasi bila bayangan benda
difokuskan di belakang retina. Bila sinar jauh tidak
difokuskan pada retina seperti pada mata dengan
kelainan refraksi hipermetropia maka mata tersebut akan
berakomodasi terus menerus walaupun letak bendanya
jauh, dan pada keadaan ini diperlukan fungsi akomodasi
yang baik.
Fisiologi Mata

– Mata dapat dianggap sebagai kamera, dimana sistem refraksinya


menghasilkan bayangan kecil dan terbalik di retina  Rangsangan
ini diterima oleh sel batang dan kerucut di retina, yang diteruskan
melalui saraf optik (N II)  ke korteks serebri pusat penglihatan.
– Supaya bayangan tidak kabur, kelebihan cahaya diserap oleh lapisan
epitel pigmen di retina
– Bila intensitas cahaya terlalu tinggi maka pupil akan mengecil untuk
menguranginya
– Mata mempunyai kemampuan untuk memfokuskan benda dekat
melalui proses yang disebut akomodasi
Hipermetropia

– Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan


gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sina sejajar
jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang retina.
– Hipermetropia dapat disebabkan:
– Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan
refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu ateroposterior yang
pendek
– Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa
kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina
– Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang
pada sistem optic mata.
– Hipermetropia dikenal dalam bentuk:
– Hipermetropia manifes
– Hipermetropia absolut
– Hipermetropia fakultatif
– Hipermetrofia laten,
– Hipermetropi total,
– Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan
dekat dan jauh kabur, sakit kepala, silau dan kadang rasa juling
atau lihat ganda.
– Pasien hipermetropia sering disebut sebagai pasien rabut dekat
– Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan
mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus
berakomodasi untuk melihat agar terletak bayangan jatuh di
daerah macula lutea
Presbiopia

– Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses


penuaan pada semua orang disebut presbyopia.
– Seorang dengan mata emetrop akan mulai merasakan
ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda-
benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44 sampai
46 tahun.
– Gejala-gejala ini meningkat sampai usia 55 tahun, menjadi stabil,
tetapi menetap. Presbyopia dikoreksi dengan menggunakan lensa
plus untuk mengatasi daya focus automatis lensa yang hilang.
– Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :
– Kelemahan otot akomodasi
– Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
Laporan Kasus

– Nama Lengkap : Mardiah


– Tempat dan Tanggal Lahir : tidak diketahui
– Umur : 58
– Agama : Islam
– Pekerjaan : pedagang buah
– Alamat : 5 ulu
– Jenis Kelamin : Perempuan
– Pendidikan : SD
– Keluhan Utama :
– Sering merasa pusing, sejak pernah di rawat di RS dengan keluhan
sesak nafas.

– Keluhan Tambahan :
– Os mengeluhkan mata terasa kabur sejak kurang lebih 5 tahun
yang lalu serta
– Riwayat Penyakit Sekarang
– Rasa kabur muncul perlahan-lahan. Os mengatakan semakin lama pengelihatan
terasa semakin kabur. Kalau kepala sedang terasa pusing maka keluhan kabur
makin terasa berat. Os mengatakan bahwa selama ini ia sering menggunakan
kacamata baca, kaca mata baca digunakan sejak kurang lebih 2 tahun. Os
mengatakan bahwa ia merasa kesulitan membaca dengan huruf kecil serta mata
terasa pedas. Os mengatakan keluhan terasa agak kurang setelah menggunakan
kaca mata tersebut. Os menyangkal bahwa ia pernah memiliki riayat mata
merah pada kedua matanya. Pasien juga mengeluhkan terjadang mata terasa
silau dan pengelihatan terlihat ganda.
– Riwayat Penyakit Dahulu
– Os memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus sejak kurang lebih 10 tahun terakhir
dengan riwayat konsumsi obat tidak teratur.
– Os memiliki riwayat asma
– Riwayat hipertensi disangkal
– Riwayat alergi: os mengatakan sering mengalami bengkak, gatal disertai kemerahan
disaat mengkonsumsi obat tertentu, tetapi os tidak tahu nama obat tersebut.
– Os memiliki riwayat magh
– Riwayat Penyakit Keluarga
– Os mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang menggunakan kacamata sejak
kecil. Pada keluarga riwayat DM (+), riwayat asma (+).
– Status Generalis
– Keadaan Umum : Baik
– Kesadaran : Compos Mentis
– Tanda Vital :
– Tekanan Darah : 130/90 mmHg
– Nadi : 93x/menit
– Laju Napas : 24x/menit
– Suhu : 37,20C
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 2/100  PH (+) 20/80 2/80  PH (+) 20/60
2. Tekanan Intra Okuler Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi ortoforia ortoforia
Eksoftalmus - -
Enoftalmus - -
Ringkasan

– Os datang dengan keluhan kepala sering terasa pusing disertai


mata terasa kabur. Keluhan mata terasa kabur baru dirasakan sejak
kurang lebih 5 tahun yang lalu. Mata kabur muncul perlahan, dan
keluhan tidak disertai mata merah. Os menggunakan kaca mata
baca sejak kurang lebih 2 tahun.
– Vod: 20/100 Vos: 20/80
– Daftar Masalah:
– Mata terasa kabur hingga aktivitas terganggu
– Vod: 20/100 ph (+) 20/80 s + 2.00 20/20
– Vos: 20/80 ph (+) 20/60 s+2.00 20/20
– Add + 2.75
– PD: 62/60

– Kemungkinan Penyebab Masalah :


– Faktor usia (proses degeneratif)
– Diagnosis
– Hipermetropia ods + Presbiopia
RENCANA PENGELOLAAN

– Pemberian kaca mata bifokus :


– Dilakukan koreksi kacamata dengan menggunakan lensa
cembung dengan sferis positif untuk mengatasi
hipermetropia.
– Diberikan koreksi lensa plus
Pembahasan

– Seorang pasien bernama Ny. M berusia 58 tahun datang ke poli mata RS


Muhammadiyah Palembang dengan keluhan sering merasa pusing.
Keluhan pusing dirasakan sejak ia dirawat di RS dengan keluhan sesak
nafas. Keluhan juga disertai dengan pengelihatan kabur. Namun os
mangatakan pengelihatan kabur sudah dirasakan sejak kurang lebih 5
tahun yang lalu, terkadang os juga merasa keluhan disertai rasa silau,
dan kadang pengelihatan terlihat ganda. Os juga mengatakan bahwa ia
mengalami kesulitan dalam membaca huruf kecil serta mata terasa
pedas. Pengelihatan kabur muncul secara perlahan-lahan, lalu semakin
lama semakin terasa berat. Os mengatakan untuk mengurangi
keluhannya os menggunakan kaca mata baca.
– Berdasarkan keluhan Ny. M, kemungkinan merupakan
keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sina
sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang retina ditandai dengan gejala
pengelihatan kabur, sakit kepala, silau dan terkadang
pengelihatan ganda.
– Berdasarkan keluhan Ny. M, kemungkinan merupakan
keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sina
sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang retina ditandai dengan gejala
pengelihatan kabur, sakit kepala, silau dan terkadang
pengelihatan ganda.
– Rasa pusing yang dialami pasien kemungkinan terus
menerus harus berakomodasi
– Keluhan berupa kesulitan membaca huruf kecil diakibatkan
oleh hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan
dengan proses penuaan pada semua orang yang disebut
dengan presbiopia
– Pada pemeriksaan visus pasien didapatkan penurunan visus
yaitu vod 20/100 sedangan vos 20/80. Setelah dilakukan
pinhole dan koreksi kacamat di dapatkan:
– VOD 20/100 PH (+) 20/80 S +2.00 20/25
– VOS 20/80 PH (+) 20/60 S +2.00 20/25
– Add + 2.75 dengan Pupil Distant 62 dan 60.
– Untuk mengatasi gangguan pada pasien dapat diberikan
kacamata bifokus dimana diberikan lensa plus dengan
pemberian lensa untuk koreksi kelainan refraksi yang lain.

– Pada pasien presbyopia kacamata atau adisi diperlukan untuk


membaca dekat yang berkekuatan tertentu yaitu + 2.5 D untuk
usia 55 tahun, pada pasien berusia 58 tahun sehingga diberikan
kacamata adisi +2.75 D karena pasien masih belum dapat
membaca dengan jelas bila diberikan + 2.5 D.
– Pada pasien dengan hipermetropia diberikan kacamata sferis
positif terkuat
– Pada pasien dapat mencapai visus 20/20 dengan
menggunakan sferis +1.75 tetapi dengan diberikan sferis
+2.00 pasien juga dapat mencapai visus 20/20, maka
diberikan kacamata dengan sferis +2.00 agar memberikan
istirahat pada mata.
Kesimpulan

– Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan


gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sina sejajar jauh
tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di
belakang retina.

– Hipermetropia disebabkan bola mata pendek, atau sumbu


ateroposterior yang pendek, kelengkungan kornea atau lensa
kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina,
terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optic mata.
– Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya dibereikan
kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar yang
masih memberikan tajam penglihatan maksimal.

– Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan


proses penuaan pada semua orang disebut presbyopia.

– Presbyopia dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk


mengatasi daya focus automatis lensa yang hilang
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai