Anda di halaman 1dari 30

Kelompok :

Anggota :
1. Andree Lucius Halim
2. Bunardi Jaya
3. Sindi Ariska
4. Verren
• Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

19 Agustus 1945 direncanakan akan di adakan rapat


raksasa di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta)
dengan tujuan agar para pemimpin bangsa Indonesia
dapat berbicara langsung di hadapan rakyat Indonesia.
Penyelenggaraannya dipelopori oleh kalangan muda.
Maka, pada 19 Agustus 1945 diperkirakan sekitar 200-
300 ribu rakyat berkumpul di Lapangan Ikada.
Tetapi, ada beberapa hambatan seperti :
a. 16 Agustus 1945, Jepang menyatakan melarang
pelaksanaan rapat-rapat.
b. Asanya pro dan kontra atas pernyataan tersebut di
atas.
c. Pada saat rapat, Lapangan Ikada dijaga ketat dalam
radius satu kilometer oleh pasukan tank dan tentara
jepang yang dilengkapi dengan bayonet.
“..... Sebenarnya Pemerintah Republik Indonesia telah memberikan
perintah untuk membatalkan rapat ini. Tetapi karena saudara-
saudara memaksa, maka saya datang ke sini lengkap dengan
menteri-menteri. Saya sekarang berbicara sebagai saudaramu,
Bung Karno. Saya minta saudara-saudara tinggal tenang dan
mengerti akan pimpinan yang diberikan oleh Pemerintah Republik
Indonesia. Kalau memang saudara percaya kepada Pemerintah
Republik Indonesia yang akan mempertahankan Proklamasi
Kemerdekaan ini, walaupun kami akan robek karenanya, Maka
berikanlah kepercayaan itu kepada kami, dengan tunduk kepada
perintah-perintah kami dan disipliner. Sesudah perintah kami ini,
marilah kita sekarang pulang dengan tenang dan tentram .....”

Setelah mendapat sedikit pidato dari Bung Karno, rakyat


berangsur-angsur pulang dengan tertib.
Rapat di lapangan Ikada merupakan gambaran tekad bangsa
Indonesia untuk tetap mempertahankan kemerdekaan bangsa
dan negara dari segala bentuk penjajahan dan kekuasaan bangsa
asing.
• Tindakan Heroik Di Berbagai Negara.
Di seluruh daerah kekuasaan Republik indonesia terjadi
perebutan kekuasaan, baik dilakukan dengan cara kekerasan
maupun dilakukan dengan jalan perundingan. Semua itu
dilakukan untuk merebut daerah-daerah yang dikuasai oleh
pasukan Jepang, sekaligus merebut persenjataannya. Daerah-
daerah yang bergejolak itu adalah sebagai berikut.

Di Surabaya
Selama bulan September 1945, terjadi perebutan senjata di
arsenal (gudang mesiu) Don Bosco dan perebutan Markas
pertahanan di Jawa Timur. Selain itu juga dilakukan perebutan
atas pengkalan Angkatan Laut di Ujung beserta Markas
Tentara Jepeng dan pabrik-pabrik yang besar di seluruh kota.
Dan pada tanggal 22 September 1945,telah terjadi insiden
bendera di hotel Yamato. Karena orang-orang Belanda bakas
tawanan jepang menduduki hotel yamato itu dengan bantuan
pasukan sekutu yang ditterjunkan di Gunung Sari. Keadaan itu
memancing kemarahan pemuda indonesia. Hotel itupun
langsung diserbu oleh para pemuda setelah permintaan Residen
Soedirman untuk menurunkan bendera ditolak oleh Belanda.
Para pemuda lalu memanjat atap hotel dan merobek warna biru
pada bendera Belanda, jadi yang tertinggal hanya warna merah
putihnya saja.
 Di Yogyakarta
Perebutan kekuasaan di Yogyakarta di lakukan secara serentak
dimulai tanggal 26 September 1945. Dimulai pukul 10.00 pagi,
semua pegawai instansi yang dikuasai Jepang, kompak
melakukan mogok kerja. Mereka memaksa Jepang
menyerahkan semua kantor yang dikuasainya pada Pemerintah
Republik Indonesia. Usaha mereka berhasil, karena pada tanggal
27 September 1945, KNI Daerah Yogyakarta mengumumkan
bahwa kekuasaan di daerah itu telah berada di tangan
pemerintah Republik Indonesia.
 Di Semarang
Pada tanggal 14 Oktober 1945, pemuda Indonesia melakukan
pemindahan 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Cipiring
ke Semarang. Namun sayang, dalam perjalan menuju Semarang,
sebagian dari tawanan berhasil melarikan diri dan minta
perlindungan pada Batalion Kido.
Tentu saja para pemuda tidak mau tawanannya kabur
begitu saja, mereka berusaha merebut tawanannya kembali
bahkan mereka juga mengambil kantor pemerintahan
Jepang di Indonesia. Namun, keesokanharinya pasukan
Jepang melakukan penyerangan ke Semarang. Terjadilah
pertempuran lima hari di Semarang. Banyaknya korban
yang jatuh dalam pertempuran itu diperkirakan sebanyak
990 orang dari kedua belah pihak.
 Di Sulawesi Selatan
Dengan anggapan kalau tindakan Sam Ratulangi sebagai gubernur
Sulawesi Selatan terlalu berhati-hati. Para pemuda pun
mengorganisasi diri untuk merebut gedung-gedung yang dianggap
penting seperti studio radio, tangsi militer, dan pos polisi.
Kelompok yang dibuat para pemuda itu diberi nama kelompok
Barisan Berani Mati. Pada tanggal 28 Oktober 1945, mereka
bergerak menuju sasaran dan langsung melakukan pendudukan.
Perjuangan yang diakukan oleh para pemuda dan rakyat Sulawesi
Selatan ini bertujuan untuk menegakkan dan membela proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Gerakan itu terus menjalar hingga ke
daerah Gorontalo dan Minahasa.

 Di Kalimantan
Terjadi gerakan mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di
beberapa kota di Kalimantan. Terbukti dengan munculnya
demonstrasi pengibaran bendera Merah Putih dan
diselenggarakannya rapat-rapat. Pada tanggal 18 November 1945,
berkumpul kira-kira 8.000 orang di depan kompleks NICA di Kota
Balikpapansambil membawa bendera Merah Putih.
Di Sumbawa
Bulan Desember 1945, para pemuda berusaha merebut
senjata dari pasukan Jepang sehingga terjadi bentrokan
dengan tentara Jepang di daerah Gempe dan Sape.
 Di Bali
Para pemuda di Bali telah membentuk berbagai
organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik
Indonesia (PRI) pada akhir Agustus 1945. Mereka
berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia
melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari
pasukan Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945
mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut
kekuasaan dari tangan Jepang, tapi sayang gerakan ini
gagal.
 Di Biak
Rakyat Irian (Papua Barat) di berbagai kota di seperti Jayapura,
Sorong, Serui, dan Biak member sambutan hangat dan mendukung
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 Maret 1948,
terjadi pertempuran antara rakyat Biak dengan tentara NICA.
Peristiwa ini diawali dari penyerangan tangsi militer Belanda di
Sosido dan Biak yang dilakukan oleh rakyat. Para pemuda yang
dipimpin Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di
seluruh Biak. Serangan itu gagal dan dua orang pemimpinnya
dihukum mati, sedangkan yang lainnya dihukum seumur hidup
 Di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat
membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian
Jepang melarang berdirinya organisasi tersebut. Pimpinan pemuda
menolak dan timbulah pertempuran. Para pemuda mengambil alih
kantor-kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya dan
mengibarkan Bendera Merah-Putih.
Di Sumatera Selatan
Tepat pada tanggal 8 Oktober 1945, terjadi
perebutan kekuasaan di Sumatera Selatan. Residen
Sumatera Selatan, dr. A.K. Gani bersama seluruh
pegawai Gunseibu melaksanakan upacara
pengibaran bendera Merah Putih. Setelah
melakukan upacara itu, semua pegawai negeri
kembali ke kantornya dan mengibarkan sang saka
Merah Putih di kantornya masing-masing.
Perebutan kekuasaan d Palembang berjalan tanpa
insiden, karena orang-orang Jepang sudah
menghindar ketika terjadinya demonstrasi,

Anda mungkin juga menyukai