Anda di halaman 1dari 44

Perdarahan Post Partum

Dwi Rahayu

1
Definisi???
 HPP: kehilangan 500 cc darah atau lebih
setelah melahirkan pervaginam.
 HPP: kehilangan berat badan 1% atau lebih.
(1 cc darah sebanding dg 1 gr).
 HPP merup penyebab utama morbiditas dan
mortalitas maternal
 Penyebab sekitar 10% kematian maternal
nonaborsi
 8% kelahiran mengalami komplikasi HPP.

2
Jenis HPP
 Early HPP
 Secundary HPP

3
Early HPP/ HPP awal/ HPP primer
 Terjadi dini
 Sebelum 24 jam pasca melahirkan

4
Tanda HPP primer
 Sirkulasi
1. Perub TD dan nadi
2. Pelambatan pengisian kapiler
3. Pucat
4. Akral dingin
5. Lembab/diaforesis
6. Perdarahan pervaginam >>>
7. Hemoragi berat
8. Gejala syok

5
Tanda HPP primer
 Eliminasi: bisa tjd kesulitan berkemih
 Seksualitas:
1. Uterus teraba lunak
2. Sulit dipalpasi
3. Bekuan2 darah keluar pd saat masase
uterus
4. Kontraksi uterus kurang adekuat
5. Overdistensi uterus (gestasi multiple,
polihidramnion, makrosomia)
6
SEcundary HPP/ late HPP/ HPP tipe
lambat
 Terjadi setelah 24 postpartum sampai 28 hari
pascapartum.

7
Tanda late HPP
 Sirkulasi
1. Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-
tiba
2. Tampak pucat / anemis
3. Perub TD dan nadi

8
Tanda late HPP
 Nyeri / ketidaknyamanan
1. Nyeri tekan uterus (fragmen plasenta
tertahan)
2. Nyeri vagina/pelvis, punggung
 Keamanan: lokhea bau busuk
 Seksualitas: sub involusi

9
Pemeriksaan Diagnostik
1. Gol darah
2. Darah lengkap
3. Kultur
4. Urinalisis
5. Profil koagulasi
6. USG

10
Diagnosa Kep
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan
vaskuler >>>
2. Perub perfusi jaringan b/d hipovolemia
3. Resiko infeksi b/d trauma jaringan, Hb
turun, stasis cairan dlm tubuh
4. Nyeri b/d trauma jaringan

11
Perdarahan postpartum
 Gejala klinik:lemah,keringat
dingin,menggigil,sistolik <90
mmHG,nadi>100x/m,Hb <8 g%.
 Penyebab : atonia uteri, robekan jalan lahir,
retensio plasenta, tertinggalnya sebagian
plasenta, inversio uteri, endometritis

12
Atonia Uteri
• Atonia uteri (kegagalan kontraksi dalam
uterus)
• Uterus tidak berkontraksi dan
lembek,perdarahan segera setelah anak
lahir.
• Penyulit; syok,bekuan darah pada serviks
atau posisi terlentang akan menghambat
aliran darah keluar

13
Atonia uteri
 Penyebab:
1. Partus lama
2. Overdistensi rahim (gemeli, hidramnion,
makrosomia)
3. Multiparitas
4. Anestesi yg dalam
5. Anestesi lumbal
6. Salah penanganan kala III

14
Atonia uteri
 Tanda:
1. Perdarahan pervaginam
2. Konsistensi rahim lunak
3. Fundus uteri naik (jika ada hambatan
pengaliran darah keluar, terhalang oleh
bekuan darah atau selaput janin)
4. Adanya tanda syok

15
Penanganan Atonia uteri
 Perdarahan dalam kala III
1. Suntikkan pitocin IM
2. Kosongkan VU
3. Masase uterus
4. Segera lepaskan plasenta bila ada tanda2
pelepasan plasenta
5. Jika plasenta blm lepas, n perdarahan
belum berhenti plasenta sgr dilepaskan scr
manual
6. Infus dan tranfusi
16
Penanganan atonia uteri
 Perdarahan kala IV
1. Injeksi metergin IM
2. Tekan uterus utk mengeluarkan gumpalan
darah
3. Masase
4. Injeksi metergin IV + pitocin drip dalam D5
%
5. Masase lanjut

17
Penanganan atonia uteri
 Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia
 Lakukan pemasangan infus dan pemberian
uterotonika dan kompresi bimanual.
 Berikan transfusi darah bila perlu
 Lakukan uji beku darah untuk kofirmasi
 Bila masih terjadi perdarahan, lakukan :
1. Kompresi bimanual eksternal; menekan uterus
melalui dinding abdomen dgn saling mendekatkan
kedua belah telapak tangan yg melingkupi
uterus.Pantau aliran darah yg keluar.Bila
perdarahan berkurang,kompresi diteruskan hingga
kontraksi baik atau rujuk. Bila gagal coba kompresi
bimanual internal

18
Atonia uteri
2. Kompresi bimanual internal
 Uterus ditekan diantara telapak tangan pd
dinding abdomen dan tinju tangan dalam
vagina untuk menjepit pembuluh darah di
dlm miometrium sebagai pengganti
mekanisme kontraksi. Perhatikan
perdarahan yg terjadi, jika kurang tunggu
hingga kontraksi baik. Jika gagal, lakukan
kompresi aorta abdominalis

19
Atonia uteri
3. Kompresi aorta abdominalis
 Raba arteri femoralis dgn ujung jari tangan
kiri,pertahankan posisi tsb.Genggam tangan kanan
kemudian tekankan pada daerah umbilikus,tegak
lurus dgn sumbu badan hingga mencapai kolumna
vertebralis. Penekanan yg tepat akan
menghentikan atau sangat mengurangi denyut
arteri femoralis.Lihat hasil kompresi dgn
memperhatikan perdarahan yg keluar
Pada RS rujukan : lakukan ligasi arteri uterina dan
ovarika atau histerektomi.

20
Robekan jalan lahir
• Darah segar yang mengalir segera setelah
bayi lahir, uterus berkontraksi keras dan
plasenta lengkap
• Curiga laserasi jika: palsenta sudah lahir,
kontraksi uterus baik, tp perdarahan>>>
• Penyulit; pucat, lemah dan menggigil

21
Laserasi jalan lahir bisa terjadi pada:
1. Vagina
2. Vulva
3. Servix
4. uterus

22
Laserasi pada vagina
 Biasanya merup lanjutan dari ribekan
perineum
 Bila sampai masuk lig latum, maka harus
dilaparotomi

23
Laserasi pd vulva
 Vulva hematom, t/u pada labia mayora
 Luka dekat introitus vagina/klitoris
 Luka pada perineum (ada 3 tingkat)
1. tk 1: Mengenai mukosa vagina dan kulit
perineum
2. Tk 2: mengenai dinding blkng vagina dan
jar ikat yg menghub otot diafragma
urogenital
3. Tk 3: mengenai spincter ani eksternus juga
24
Laserasi servix
 Robekan pd servix perlu dijahit

25
Robekan pada uterus (ruptur uteri)
 Berbahaya
 Insiden : 1: 92-294 persalinan

26
Pembagian ruptur uteri
1. Berdasar keadaan patologi
2. Berdasar saat terjadinya
3. Berdasar cara terjadinya

27
Jenis ruptur uteri berdasar kead
patologi
1. Ruptur uteri inkomplet
 Robekan hanya kena dinding uterus saja
 Peritoneum visceral masih intak, shg tidak
ada hub antara cavum uteri dan abdomen
2. Ruptur uteri komplet
 Peritoneum robek

28
berdasar saat terjadinya
 Saat hamil
 Saat persalinan

29
Berdasar cara terjadinya
1. Ruptur uteri spontan (pd uterus yg utuh)
 Etiologi: obstruksi (persalinan tidak maju) misal: CPD, tumor
jalan lahir, makrosomia, kelainan letak, hidrocepalus.
 Gx. Klinik:
1. Sebelum: gelisah, nyeri di perut bawah, RR dan Nadi
meningkat, lingkaran bandl
2. Saat: syok, Nadi meningkat, anemis, fluxus +, anak mudah
dipalpasi, meteorismus, DJJ -, VT (fluxus dan kadang dapat
diraba bag uterus yg robek)

30
Berdasar cara terjadinya
2. Ruptur uteri traumatika (violenta)
 Ruptur uteri yg tjd akibat tindakan. Misal:
forcep, vakum dsb
3. Ruptur uteri pd parut uterus
 Pada bekas SC, miomektomi
 Gejala:
1. Spt ruptur uteri spontan
2. Bisa tjd scr pelan2, bag uterus yg cacat
menipis dan akhirnya robek.
31
Penanganan ruptur uteri
 Pencegahan
 Penanganan post ruptur
1. Perbaiki KU ibu
2. Laparotomi
 Histerektomi
 Histerorapi / menjahit luka, syarat:
 Infeksi (-)
 Luka uterus bagus

32
Penanganan umum Robekan jalan lahir
 Perbaiki keadaan umum terlebih dahulu, jika
terjadi syok atasi syok.
 Eksplorasi jalan lahir jika perlu dalam narkose
agar lebih mudah
 Lakukan jahitan hemostasis jika terdapat
robekan jalan lahir
 Berikan antibiotika profilaksis

33
Retensio Plasenta
• Plasenta belum lahir setelah 30
menit,perdarahan segera, uterus berkontraksi
dan keras
• Penyulit, talipusat putus akibat traksi
berlebihan,inversio uteri akibat
tarikan,perdarahan lanjutan

34
Etiologi retensio plasenta
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
 Jika blm lepas sama sekali, perdarahan (-)
 Lepas sebagian, perdarahan >>>
2. Plasenta lepas, blm dilahirkan
 Karena: usaha melahirkan (-), salah
penanganan kala III

35
Inversio uteri
 Bagian atas uterus memasuki cavum uterus,
shg fundus uteri sblh dalam menonjol ke
cavum uteri

 Penyulit;neurogenik syok,pucat dan gelisah

36
Pembagian inversio uteri
1. FU menonjol ke cavum uteri, tp blm keluar
dari ruang tsb
2. Korpus uteri terbalik, sudah masuk ke
vagina
3. Uterus dan vagina, semuanya terbalik, u/
sebagian besar terletak di luar vagina

37
Gejala inversio uteri
 Nyeri hebat
 syok

38
Etiologi inversio uteri
1. Atonia uteri
2. Perasat crede
3. Tarikan tali pusat dg plasenta yg belum
lepas dr dinding uterus.

39
Diagnosa inversio uteri
1. Perdarahan
2. Syok
3. Fundus uteri tidak ditemukan pd tempat yg
lazim pda kala III/setelah persalinan
4. VT: gambaran spt tumor lunak di servix
uteri atau dalam vagina

40
prognosis
 Keadaan gawat: dg angka kematian 15-70%

41
Pencegahan/penanganan inversio uteri
1. Pimpin persalinan dg benar
2. Jangan tarik plasenta, jk belum lepas
3. Jika ada tanda syok, berikan cairan dan
tranfusi
4. reposisi

42
endometritis
 Endometritis atau sisa fragmen plasenta
 Sub involusi uterus,nyeri tekan perut bawah
dan pada uterus, perdarahan, lokia
mukopurulen dan berbau bila disertai infeksi.

43
Endometritis
 Berikan antibiotika yg adekuat jika perlu
double dan dosis tinggi
 Pemberian uterotonika seperti metergin 3x1
untuk 5-7 hari
 Jika ada sisa plasenta lakukan kuretase
dalam perlindungan uterotonika

44

Anda mungkin juga menyukai