Anda di halaman 1dari 38

Pemeriksaan

Saraf Cranial
dan
Pemeriksaan
Refleks
Fisiologis
Rahayu Purnama Wardhani

1620221158
Nervus cranialis

– Nervus cranialis I -> nervus olfaktorius


– Nervus cranialis II -> nervus optikus
– Nervus cranialis III -> nervus okulomotorius
– Nervus cranialis IV -> Nervus trokhlearis
– Nervus cranilais V -> Nervus trigeminus
– Nervus cranialis VI -> nervus abdusen
– Nervus cranialis VII -> nervus fasialis
– Nervus cranialis VIII -> nervus auditorius (versibulocochlearis)
– Nervus cranialis IX -> Nervus glosofaringeus
– Nervus cranialis X -> nervus vagus
– Nervus cranialis XI -> nervus asesorius
– Nervus cranialis XII -> nervus hipoglosus
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).

Tujuan pemeriksaan : untuk mendeteksi adanya


gangguan menghidu, selain itu untuk mengetahui
apakah gangguan tersebut disebabkan oleh
gangguan saraf atau penyakit hidung lokal.
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

6 SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).

Cara pemeriksaan.

Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk


mencium bau-bauan tertentu yang tidak merangsang .
Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan
menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan.
Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan
atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.

Contoh bahan yang sebaiknya dipakai adalah : teh, kopi,


tembakau, sabun, jeruk.
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).

 Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.


 Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam
 Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.
 Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium bau yang tidak
sesuai misalnya kopi tercium sebagai bau bawang goreng.
Jika parosmia dicirikan oleh modalitas olfaktorik yang tidak
menyenangkan, tapi bau yang memuakan seperti bacin , pesing dsb,
maka digunakan istilah lain yaitu kakosmia.
 Baik dalam hal parosmia maupun kakosmia adanya perangsangan
olfaktorik merupakan suatu kenyataan, hanya pengenalan nya saja tidak
sesuai, tetapi bila tercium suatu modalitas olfaktorik tanpa adanya
perangsangan maka kesadaran akan suatu jenis bau ini adalah halusinasi,
yaitu halusinasi olfaktorik.
8
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus) dan menentukan
apakah kelainan pada penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler lokal
atau oleh kelainan saraf.
Untuk mempelajari lapang pandang.
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

10

SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

 Cara pemeriksaan.

1. pemeriksaan penglihatan ( visus )


Ketajaman penglihatan diperiksa dengan :

 melakukan pemeriksaan dengan menggunakan kartu


Snellen. Pasien diminta untuk melihat huruf huruf sehingga
tiap huruf dilihat pada jarak tertentu.
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

11

– SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

– menggunakan jari jari yang digerakkan harus dapat dilihat dalam jarak 60
meter.
contoh visus = 2/60 pasien hanya dapat melihat pergerakan jari pada
jarak 2 meter

– Untuk gerakan tangan harus tampak pada jarak 300 meter. Jika
kemampuannya hanya sampai membedakan adanya gerakan , maka
visusnya ialah 1/300. Contoh Visus = 3/300 pasien hanya dapat melihat
pergerakan tangan pada jarak 3 meter.

– Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap dan terang maka
visus nya 1/~, bila dengan sinar lampu masih belum dapat melihat maka
dikatakan visus pasien tersebut adalah nol. Bila hendak melakukan
pemeriksaan pada mata kanan maka mata kiri harus ditutup dengan
telapak tangan kanan dan sebaliknya.
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

13

– Pemeriksaan lapang pandang.

Metode Konfrontasi dari Donder (paling mudah ).


Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri kurang
lebih jarak 1 meter dengan pemeriksa, Jika kita
hendak memeriksa mata kanan maka mata kiri
pasien harus ditutup, misalnya dengan tangannya
pemeriksa harus menutup mata kanannya.
Kemudian pasien disuruh melihat terus pada
mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu
melihat ke mata kanan pasien.
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

14

– pemeriksaan lapang pandang.


Setelah pemeriksa menggerakkan jari tangannya dibidang
pertengahan antara pemeriksa dan pasien dan gerakan
dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai
melihat gerakan jari – jari pemeriksa , ia harus
memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan
pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya. Bila sekiranya
ada gangguan lapangan penglihatan ( visual field ) maka
pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan
tersebut.Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua
jurusan dan masing masing mata harus diperiksa.
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).
15

pemeriksaan lapang pandang.

 SKOTOMA : ada bagian bagian visual field yang buta dimana pasien tidak
dapat melihatnya.

 Skotoma positif : tanpa diperiksa pasien sudah merasa adanya skotoma.

 Skotoma negatif: dengan diperiksa pasien baru merasa adanya skotoma.

 Macam macam gangguan ”visual field” antara lain.


 hemianopsia ( temporal; nasal ; bitemporalis ; binasal ).
 homonymous hemianopsia.
 homonymous quadrantanopsia.
 total blindness dsb
16
17
18
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
19

Fungsi N III,IV,VI saling berkaitan dan diperiksa bersama


sama .
Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan
mengangkat kelopak mata. Serabut otonom N III mengatur
otot pupil.

Cara pemeriksaan.
Terdiri dari:
– pemeriksaan gerakan bola mata.
– pemeriksaan kelopak mata.
– pemeriksaan pupil.
20 SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

1.Pemeriksaan gerakan bola mata.


– Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan bola mata diluar
kemauan pasien).
– Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa
yang digerakkan kesegala jurusan. Lihat apakah ada
hambatan pada pergerakan matanya. Hambatan yang
terjadi dapat pada satu atau dua bola mata.
– Pasien diminta untuk menggerakan sendiri bola matanya.

2.Pemeriksaan kelopak mata:


– Membandingkan celah mata/fissura palpebralis kiri dan
kanan. Ptosis adalah kelopak mata yang menutup.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
23

3. Pemeriksaan pupil
– Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.
– Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau anisokor ).
– Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.

Pemeriksaan refleks pupil:


refleks cahaya.
– Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil.
– Normal , akibat adanya cahaya maka pupil akan mengecil ( miosis ).
– Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan apakah ada pelebaran
kembali yang tidak terjadi dengan segera.
– Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan
pada satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
24

refleks akomodasi.
– caranya : pasien diminta untuk melihat telunjuk pemeriksa
pada jarak yang cukup jauh, kemudian dengan tiba – tiba
dekatkanlah pada pasien lalu perhatikan reflek konvergensi
pasien dimana dalam keadaan normal kedua bola mata
akan berputar kedalam atau nasal.
– Reflek akomodasi yang positif pada orang normal tampak
dengan miosis pupil.

refleks ciliospinal.
– rangsangan nyeri pada kulit kuduk akan memberi midriasis (
melebar ) dari pupil homolateral.
– keadaan ini disebut normal.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
25

refleks okulosensorik.

rangsangan nyeri pada bola mata/daerah sekitarnya,


normal akan memberikan miosis atau midriasis yang
segera disusul miosis.
refleks terhadap obat-obatan.
Atropine dan skopolamine akan memberikan pelebaran
pupil/midriasis.
Pilocarpine dan acetylcholine akan memberikan miosis.
SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).
26

Cara pemeriksaan.
– Pemeriksaan motorik.
– pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian meraba
m . masseter dan m. Temporalis. Normalnya kiri dan kanan
kekuatan, besar dan tonus nya sama .
– pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan apakah
ada deviasi rahang bawah, jika ada kelumpuhan maka dagu
akan terdorong kesisi lesi. Sebagai pegangan diambil gigi seri
atas dan bawah yang harus simetris.Bila terdapat parese
disebelah kanan , rahang bawah tidak dapat digerakkan
kesamping kiri. Cara lain pasien diminta mempertahankan
rahang bawahnya kesamping dan kita beri tekanan untuk
mengembalikan rahang bawah keposisi tengah.
27
SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).

Cara pemeriksaan.
Pemeriksaan sensorik.
Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri dan
suhu, kemudian lakukan pemeriksaan pada dahi, pipi dan
rahang bawah.
Pemeriksaan refleks.
a. Refleks kornea ( asal dari sensorik Nervus V).

Kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan


menutup matanya atau
 menanyakan apakah pasien dapat merasakan.
32

PEMERIKSAAN REFLEKS.

– Refleks adalah respon involunter terhadap suatu stimulus


– Refleks ini dapat dibangkitkan pada orang yang sehat
– Syarat : relaksasi, cepat, stimulus harus adekuat
– Refleks fisiologis yang dibangkitkan untuk pemeriksaan klinis
meliputi refleks superficial dan refleks tendon atau
periosteum. Pada penderita penyakit syaraf tertentu dapat
dibandingkan refleks patologis atau juga refleks primitif. Dari
penilaian terhadap refleks fisiologis dan patologis ini kita
dapat memperkirakan letak / jenis lesi.
33

Reflek superfisial
 Refleks dinding perut :
Stimulus : Goresan dinding perut daerah epigastrik,
supraumbilical, infra Umbilical dari lateral ke medial.

Respons : kontraksi dinding perut


34

Reflek superfisial
Refleks cremaster :
Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari
atas ke bawah

 Respons : elevasi testis Ipsilateral


35

Reflek fisiologis
Refleks biseps ( B P R ) :
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m. biseps brachii, posisi lengan setengah
ditekuk pada sendi siku.

Respons : fleksi lengan pada sendi siku


Afferent : n. musculucutaneus ( c 5-6 )
Efferenst : idem

Refleks triceps ( T P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respons : extensi lengan bawah disendi siku
Afferent : n. radialis ( C 6-7-8 )
Efferent : idem
36

Reflek fisiologis
Refleks periosto radialis :
Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi
lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
karena kontraksi m. brachioradialis
Afferent : n. radialis ( C 5-6 )
Efferenst : idem

Refleks periosto ulnaris :


Stimulus : ketukan pada periosteum procesus styloigeus ulnea, posisi lengan setengah fleksi dan
antara pronasi – supinasi.
Respons : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator quadratus
Afferent : n. ulnaris ( C B-T1 )
Efferent : idem
37

Reflek fisiologis
Refleks patella ( K P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.
quadriceps Femoris.
Efferent : n. femoralis ( L 2-3-4 )
Afferent : idem

Refleks achilles ( A P R )
Stimulus : ketukan pada tendon achilles
Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.
gastrocnemius
Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Afferent : idem
38

Reflek fisiologis
- Klonus lutut :
Stimulus : pegang dan dorong os patella ke arah
distal
Respons : kontraksi reflektorik m. quadriceps femoris
selama stimulus berlangsung.

- Klonus kaki :
Stimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal, posisi
tungkai fleksi di sendi lutut.
Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus
berlangsung.
Interpretasi reflek fisiologis
– (-) areflek
– (+) hiporeflek
– (++) reflek normal
– (+++) hiperreflek
– (++++) klonus

Anda mungkin juga menyukai

  • Disfonia akibat polip pita suara
    Disfonia akibat polip pita suara
    Dokumen12 halaman
    Disfonia akibat polip pita suara
    nira
    Belum ada peringkat
  • Siti Nurul
    Siti Nurul
    Dokumen2 halaman
    Siti Nurul
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • HSKDNKX
    HSKDNKX
    Dokumen4 halaman
    HSKDNKX
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • Screenshot 2022-07-04 at 22.55.22
    Screenshot 2022-07-04 at 22.55.22
    Dokumen1 halaman
    Screenshot 2022-07-04 at 22.55.22
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • Uawkdgj
    Uawkdgj
    Dokumen29 halaman
    Uawkdgj
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • DNSJ
    DNSJ
    Dokumen6 halaman
    DNSJ
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen28 halaman
    Bab 2
    ami_slank
    Belum ada peringkat
  • Xsmawsm
    Xsmawsm
    Dokumen21 halaman
    Xsmawsm
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • Jygunbv
    Jygunbv
    Dokumen36 halaman
    Jygunbv
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • NDJQKWHKDJ
    NDJQKWHKDJ
    Dokumen3 halaman
    NDJQKWHKDJ
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • Akhdakj
    Akhdakj
    Dokumen9 halaman
    Akhdakj
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • ,N, M
    ,N, M
    Dokumen29 halaman
    ,N, M
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • (25 Mei) HPP
    (25 Mei) HPP
    Dokumen9 halaman
    (25 Mei) HPP
    SilvanaPutri
    Belum ada peringkat
  • DNSJ
    DNSJ
    Dokumen6 halaman
    DNSJ
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • JMBMH
    JMBMH
    Dokumen26 halaman
    JMBMH
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • untuk Dokumen Partograf
    untuk Dokumen Partograf
    Dokumen16 halaman
    untuk Dokumen Partograf
    Riska Arisman
    Belum ada peringkat
  • Lapjag Minhos Kel1 SH
    Lapjag Minhos Kel1 SH
    Dokumen3 halaman
    Lapjag Minhos Kel1 SH
    astrihatta
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok 2 Angelfish
    Tugas Kelompok 2 Angelfish
    Dokumen10 halaman
    Tugas Kelompok 2 Angelfish
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • Jgyj
    Jgyj
    Dokumen15 halaman
    Jgyj
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok 2 Angelfish
    Tugas Kelompok 2 Angelfish
    Dokumen10 halaman
    Tugas Kelompok 2 Angelfish
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • HTF
    HTF
    Dokumen10 halaman
    HTF
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat
  • Lapjag Minhos Kel1 SH
    Lapjag Minhos Kel1 SH
    Dokumen3 halaman
    Lapjag Minhos Kel1 SH
    astrihatta
    Belum ada peringkat
  • WDBJ
    WDBJ
    Dokumen38 halaman
    WDBJ
    rahayupurnamaw
    Belum ada peringkat