Anda di halaman 1dari 28

GRAVIMETRI

Pengertian Gravimetri :

Adalah penentuan jumlah zat (analat) yang didasarkan pada proses


penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan.

Hasil reaksi yang akan ditimbang bisa berupa :


1) sisa bahan
2) suatu gas
3) suatu endapan,
Pengelompokan Metode Gravimetri :

Langsung
Cara Evolusi
(penguapan) Tidak
Langsung
Cara
Gravimetri Cara
Langsung
Pengendapan

Cara
Elektrogravimetri
Elektrolisis
I. Cara Evolusi :
Bahan yang akan dianalisa direaksikan sehingga menghasilkan suatu gas.

 Caranya adalah dengan memanaskan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu
pereaksi.
 Pada cara ini analat ditimbang sebelum dan sesudah direaksikan.
 Berat gas diperoleh dari selisih berat analat sebelum dan sesudah reaksi.

Langsung :
Gas yang terjadi diserap oleh suatu bahan yang khusus kemudian bahan penyerap itu
ditimbang. Berat gas diperoleh adalah selisih sebelum dan sesudah penyerapan.

Contoh :

1) Penentuan Kadar Air : Uap air yang terjadi dilewatkan pada tabung yang berisi bahan
higroskopis yang tidak menyerap gas-gas lain, berat tabung dengan isi sebelum dan
sesudah penyerapan menunjukkan jumlah air.

2) Penentuan Karbonat: Karbonat tidak dapat terurai jika dipanaskan, maka karbonat
direaksikan misalnya dengan penambahan HCl akan menghasilkan CO2. CO2 yang
terjadi dilewatkan pada tabung yang berisi bahan yang menyerap CO2. Berat tabung
dengan isi sebelum dan sesudah penyerapan merupakan berat CO2.
Tidak langsung,

 Pada cara ini analat ditimbang sebelum dan sesudah direaksikan.


 Berat gas diperoleh dari selisih berat analat sebelum dan sesudah reaksi.

Contoh :

1) Penentuan kadar air dalam suatu bahan: dalam hal ini bahan yang
ersangkutan dipanaskan pada suhu tertentu untuk jangka waktu tertentu
sehingga air menguap dan beratnya diperoleh sebagai selisih berat bahan
sebelum dan sesudah pemanasan.

2) Penentuan karbonat: karena pemanasan karbonat terurai dan mengeluarkan


gas CO2. Berat gas juga ditentukan dengan menimbang bahan sebelum dan
sesudah pemanasan.
Penentuan Kadar Air

 Bahan yang analisa sering mengandung air yang jumlahnya tidak menentu.
 Pada penentuan bahan perlu dilakukan penentuan kadar air.
 Agar kandungan komponen-komponen yang akan ditentukan dapat dinyatakan
sebagai % bahan kering dan akan konstan nilainya.

Pada penentuan kadar air kesalahan yang mungkin terjadi adalah:

Kesalahan positif
(kadar air yang diperoleh terlalu tinggi atau lebih besar dari harga sebenarnya).
Hal ini disebabkan oleh adanya bahan lain yang mudah menguap dan ikut
menguap bersama-sama denga air sewaktu dipanaskan.

Kesalahan negatif
(kadar air yang diperoleh terlalu rendah atau lebih kecil dari harga sebenarnya). Hal
ini disebabkan karena bahan yang akan dianalisa mengalami reaksi dengan bahan-
bahan dalam udara, misalnya terjadi oksidasi dari lemak atau minyak yang
mengandung ikatan tak jenuh,
 Dalam praktek penentuan kadar air sering tidak dapat diketahui reaksi-reaksi
samping apa yang terjadi .
 Hal ini dapat ditenggulangi dengan penentuan kadar air cara langsung.
 Tetapi cara ini cukup sulit dalam pelaksanaannya.
 Maka para ahli melakukan pembakuan (standarisasi) cara penentuan kadar air.

Pembakuan tersebut meliputi :

1) suhu pemanasan
2) lama pemanasan
3) jumlah gram bahan yang dipanaskan
4) bentuk bahan (harus dihaluskan)
5) botol timbang yang dipakai harus dari gelas
6) ukuran botol yang digunakan
7) dan lain sebagainya.
Macam-macam Kandungan Air
Air terikat dalam bahan dengan berbagai kondisi yaitu, terikat secara fisik dan
terikat secara kimia.

Air yang terikat secara fisik

Meliputi:
1) Air terlarut
2) Air Oklusi :
3) Ait adsorfsi :

 Untuk menghilangklan air ya ng terikat secara fisik diperlukan panas rendah


untuk menguapkannya.
 Umumnya suhu 100 -105oC mencukupi
 Kadang-kadang malah cukup membiarkan bahana yang bersangkutan terkena
udara bebas/anginT.
 Tapi ada kalanya suhu lebih tinggi lagi. Jumlah air yang terikat tak tertentu.
Air yang terikat secara kimia

Meliputi :
1) Air Kristal (Air Hidratasi)
Contoh : CuSO4 5H2O . ; BaCl2 2H2O

2) Air Konstitusi
Contoh :
Ca(OH)2  CaO + H2O
2NaHCO3  Na2CO3 + CO2 + H2O

 Air yang terikat secara kimia jumlahnya tertentu


 Menurut suatu perbandingan berat yang tergantung darimacam bahan.
 Energi yang mengikat air relatif besar.
 Maka diperlukan energi lebih banyak, atau suhu yang lebih tinggi untuk
menghilangkannya.

Cari : SNI Penentuan Kadar Air


II. Cara Pengendapan
 Pada cara ini analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga
terbentuk senyawa yang mengendap.
 Endapan ini ditimbang dan dari berat endapan dapat dihitung
banyaknya analat.

Tahapan Analisa:
 Sampel ditimbang dengan teliti
 Penambahan pelarut yang sesuai
 Penambahan pereaksi pengendap
 Endapan: disaring, dicuci, dikeringkan dan ditimbang

Persyaratan endapan:
1. Zat yg ditentukan harus dapat diendapkan secara terhitung
(99%)
2. Endapan yg terbentuk hrs cukup murni dan dapat diperoleh
dlm bentuk yg cocok untuk pengolahan selanjutnya.
3. Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari
pori-pori alat penyering.
Contoh 1 :

Tentukan kadar NaCl dalam sampel ikan asin seberat = c gram.

Jawab :

NaCl direaksikan dengan AgNO3 akan terbentuk endapan AgCl dengan reaksi
sebagai berikut :

NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3

Selanjutnya endapan AgCl disaring, dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang.


Misalnya hasil timbangannya adalah = a gram.

𝐵𝑀 𝐴𝑔𝐶𝑙 58,5
Berat NaCl = 𝑥𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐴𝑔𝐶𝑙 = 𝑥 𝑎 𝑔𝑟𝑎𝑚 = b gram
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝐶𝐿 143,5

𝑏
Kadar NaCl = 𝑋100% .
𝑐

= Faktor Gravimetri
𝑩𝑴 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒄𝒂𝒓𝒊 = Faktor Gravimetri
𝑩𝑴 𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒏

Faktor Gravimetri :

Perbandingan berat molekul yang ingin


diketahui terhadap berat molekul zat yang
ditimbang.

Tugas :
Menentukan faktor Gravimetri
Contoh 2 :

Pada analisis Mg dalam suatu sampel batu fosfat seberat 2,5248 gram . Magnesium
diendapkan sebagai MgNH4PO46H2O , setelah dipijarkan berubah menjadi Mg2P2O7
(Magnesium Piro Phosphat) yang mempunyai berat 0,1245 gram.

Apabila massa atom : Mg = 24,31, N =14, P = 55, O = 16. Hitunglah kadar Mg


dalam sampel tersebut, nyatakan dalam persen.

Jawab :
Mg → Mg2P2O7

𝐵𝑀 2 𝑀𝑔
Mg = 𝐵 𝑀 𝑀𝑔2𝑃2𝑂7 𝑋 0,1245 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,02237 gram

0,02237
% Mg = 2,5248
𝑋 100% = 0,88%
Persyaratan Endapan Gravimetri

Agar hasil analisa dapat dianggap baik dan benar perlu diperhatikan
proses pengendapannya meliputi :

1) Kesempurnaan Endapan
2) Kemurnian Endapan
3) Susunan Endapan

Kesempurnaan Endapan

a) Mempunyai kelarutan yang kecil


b) Memberikan ion pengendap yang berlebih
c) Suhu yang rendah
d) Kepolaran dikurangi
Metode Pengendapan dan Jenis Jenis Endapan

Endapan Yang Kasar.

 Yaitu endapan yang butirannya tidak kecil dan tidak halus, melainkan besar.
 Endapan yang terbentuk tidak boleh menutupi saringan dan tidak boleh
lolos di saringan.
 Bila endapan menutupi pori maka cairan sukar melewatinga sehingga
proses penyaringan menjadi lama.
 Jika endapan ada yang lolos pada saringan maka endapan tidak kuantitatif
lagi karena kurang.

Endapan Yang Bulky

Yaitu endapan dengan volume atau berat yang besar, tetapi berasal dari analat
yang sedikit.
Contoh :

Mg MgNH4PO4 Mg2P2O7
1gr 4,4 gr

NaMg(UO2)3(C2H3O2)9,6H2O NaMg(UO2)3(C2H3O2)9
61,6gr
Endapan Spesifik

 Pereaksi yang digunakan hanya dapat mengendapkan komponen yang


yang dianalisa.
 Sehingga sebelum pengendapan tidak perlu didahului dengan proses
pemisahan komponen.
 Dengan demikian analisa menjadi lebih singkat.
 Karena disetiap tahapan pekerjaan merupakan sumber kesalahan sendiri

Kesimpulan :

Untuk mendapatkan endapan yang sempurna harus memenuhi syarat-syarat berikut :

1) Kelarutan kecil sekali


2) Kemurnian tinggi
3) Mempunyai susunan yang tetap
4) Kristalnya besar-besar
5) Endapan yang bulky
6) Endapan yang spesifik
Pengotoran Endapan

I. Pengotoran Karena Pengendapan Sesungguhnya (True Precipitation)

a) Pengendapan bersama (simultaneous precipitation)


b) Pengendapan susulan (post precipitation)

II. Pengotoran karena terbawa (Coprecipitation)

a) Kotoran isomorf
b) Kotoran terlarut
c) Kotoran teradsorpsi

Usaha –usaha untuk menguranfgi kotoran :

 Sebelum pengendapan
 Selama pengendapan
 Sesudah penegndapan
Metode Gravimetri Cara Elektrogravimetri
(Elektrodeposisi/Elektrolisa)
zat yang dianalisa ditempatkan di
dalam sel elektrolisa. Setelah dilakukan
elektrolisa, logam yang mengendap
pada katoda ditimbang
.
Beberapa Ketentuan Elektrogravimetri :

 Merupakan salah satu metode penentuan secara kuantitatif.


 Secara sederhana komponen yang dianalisis diendapkan pada
suatu elektrode yang telah diketahui beratnya dan setelah terjadi
pengendapan yang sempurna ditimbang kembali elektrode dan
endapannya.
 Secara ideal endapan harus melekat kuat pada elektrode, rapat
dan halus sehingga apabila dicuci, dikeringkan dan ditimbang
tidak menyebabkan kehilangan berat.
 Endapan yang terbentuk haruslah berbutir halus, seragam dan
nampak seperi logam.
 Apabila endapan berbentuk sponge, serbuk dan gumpalan yang
tidak melekat baik apda elektrode maka mempunyai kemurnian
yang kurang.
 Faktor utama yang mempengaruhi sifat fisis endapan adalah rapat
arus, temperatur, ada tidaknya zat pengompleks.
Bagan Alat Elektrogravimetri
Prinsip kerja alat elektrogravimetri :

 Voltase dari sumber arus baterai yang diperlukan untuk


elektroda diukur dengan voltmeter dengan bantuan
tahanan geser.

 Katoda berupa gulungan kawat platina, sedangkan anoda


berupa kawat platina berbentuk spiral.

 Anoda diletakkan tepat di tengan-tengah gulungan platina


katoda untuk memperoleh medan medan listrik yang
merata dan menghasilkan endapan logam yang seragam
Aplikasi Elektrogravimetri

 Pemakaian elektrogravimetri yang paling sering adalah


untuk pemisahan dan analisis Cu.

Reaksi yang terjadi:

Katoda: Cu2+ + 2e Cu E°= 0,337 V


Anoda: H2O ½ O2+ 2H++ 2e Eo = 1,23 Volt

 Reaksi total: Cu2++ H2O Cu + ½ O2+ 2H+

 Seringkali tegangan diberikan lebih tinggi (2,3V), agar


arus listrik cukup kuat untuk mempercepat elektrolisa.
Pemisahan Logam-logam secara elektrolisis :

 Pemisahan dua logam secara elektrolisis dapat dilakukan


apabila keduanya mempunyai perbedaan potensial
pengendapan 0,25 V.

 Dalam prakteknya dapat mencapai 0,4 V sehingga Cu dapat


dipisahkan dari Zn, Ni, Co dan Pb. Selain itu dapat
memisahkan Ag dari Cu.

 Apabila harga potensial standarnya hanya berbeda sedikit


maka sukar dipisahkan.

 Jika logam berada pada senyawa kompleks maka potensial


peruraiannya akan naik demikian juga potensial
kelebihannya(over voltage)
Untuk menganalisis ion-ion Cu2+ dalam larutan tersebut
dapat dengan 2 cara :

1) Cara lambat tanpa pengadukan : Analisis dilakukan


selama 1 malam dengan tegangan 2, -2,5 Volt dan arus
0,3 A.

2) Cara cepat dengan pengadukan :


Elektrolisis dilakukan dalam waktu 15-20 menit dengan
tegangan 3-4 Volt dan arus 0,4- 2 A.
Untuk mengetahui sudah habis atau belum jumlah Cu2+
dalam larutan dilakukan dengan mengetes larutan
dengan larutan K4[Fe{CN}6]. Jika larutan masih coklat
warnanya berarti masih ada Cu2+.
Proses Elektrolisis Cu :
 Material yang mengandung Cu harus diubah dulu ke dalam bentuk
garamnya kemudian dilarutkan dengan asam sulfat atau asam
nitrat.
 Pada elektrolisis ini kadar asam tidak boleh terlalu tinggi karena
dapat menyebabkan endapan yang terjadi sukar melekat.
 Agar endapan mengkilat kadang-kadang ditetesi dengan HCl.
 Ion nitrat bekerja sebagai depolarisator pada katoda.
 Nitrat yang digunakan harus bebas nitrit karena adanya nitrit
dapat menyulitkan melekatnya endapan pada katoda.
 Untuk menghilangkan nitrit ke dalam larutan ditambahkan ureum
atau asam sulfamat.
 Kotoran-kotoran yang melekat pada elektroda harus dibersihkan
karena dapat menyebabkan endapan kusam.
 Arus yang terlalu besar dapat menyebabkan endapan kasar.
Macam-macam Elektrolosis :
I. Elektrolisis pada potensial terpasang (Eapp) tetap
Potensial terendah yang harus diberikan agar terjadi elektrolisis dikenal
sebagai potensial peruraian (Ed). Agar elektrolisis berjalan secara
kontinyu dan terus menerus (karena i makin kecil), maka diperlukan
potensial luar terpasang (Eapp) yang besarnya lebih besar dari Ed.

Besarnya Eapp adalah :

Eapp = (Ekatoda – Eover voltage katoda) – (Eanoda– Eover voltage anoda)


– IR (Arus x Tahanan)

II. Elektrolisis pada arus tetap

Sesuai hubungan I = E/R, maka untuk menjaga agar jumlah arus selalu
tercukupi (besarnya i dijaga agar tidak turun), maka potensial luar harus selalu
ditambah.

R = Tegangan (volt)
III. Elektrolisis pada potensial katoda yang tetap

Sebagaimana Rumusan Nerns

Ekatoda = E°katoda – log [x]

Sebagai contoh untuk elektrolisis larutan Cu2+ 10-2 M

Ek = 0,34 Volt – log (10-2) = 2,34 Volt

Apabila kemudian konsentrasi Cu2+ dalam larutan tinggal


10-6 M maka besarnya potensial katoda menjadi

Ek = 0,34 – log 10-6 = 6,34 Volt

ion-ion lain yang mempunyai potensial lebih besar dari 2,34 telah diendapkan lebih
dahulu. Sedangkan ion-ion yang mempunyai potensial kurang dari 6,3 4 Volt akan
belum terendapkan
Elektrolisis Garam Ni :

 Biasanya dibuat garam kompleks dengan NH4OH.

[(Ni(NH3)6]2+ Ni2++ 6NH3

 Jika berupa larutan garam NiSO4 atau NiCl selain


ditambahkan NH4OH ditambahkan juga amonium sulfat.

 Kuat arus yang digunakan adalah 4 A, potensial yang


digunakan 3-4 V selama 10 menit.
Elektrolisis Garam Ag :

 Garam Ag sebaiknya dibuat garam kompleks misalnya


menjadi kompleks sianida.

 Arus yang dipakai 0,2-0,5 A, potensial 3,7-4,0 V pada suhu


kamar.

 Pada pemisahan Ag dan Cu, maka sampel harus dilarutkan


terlebih dahulu dengan asam nitrat berlebih kemudian
larutan diuapkan sampai asam nitrat hilang/kering.

 Larutkan bahan kering tsb dengan KCN encer kemudian


dielektrolisis dengan potensial 1,5 V.

Anda mungkin juga menyukai