Anda di halaman 1dari 111

CEDERA

KEPALA

FKUB/RSSA Malang
2012
PENDAHULUAN
Cedera Kepala
 Masalah besar
 Penyebab kematian ke-3
 10-20% meninggal dijalan atau
setibanya di RS
 Derajat : 15% COB
15% COS
70% COR
PENDAHULUAN
Kwalitas penanganan tergantung
pada:
 Berat ringannya cedera kepala
 Usaha-usaha mencegah cedera otak
sekunder
 Ada tidaknya komplikasi intrakranial
 Kualitas pertolongan pertama
 Kecepatan mendapat terapi definitif
 Adanya cedera multipel
 Usia
PATOFISIOLOGI

TIK normal: 10cm/Hg


TIK > 15-20cm/Hg
-Patologis
-Diterapi
Doktrin Monro Kellie
PATOFISIOLOGI

Doktrin Monro Kellie


Volume intrakranial selalu konstan
Volume vena + Volume arteri + CSF +
Parenkim otak = Konstan

TI
K Herniasi

Titik
dekompensasi

Volume massa
PATOFISIOLOGI
Tanda-tanda peningkatan TIK

 Sakit kepala progresif atau menetap


 Muntah menetap atau proyektil
 Penurunan kesadaran
 Cushing response:
-Bradikardi
-Hipertensi
-Gangguan respirasi
 Herniasi:
-Uncal → pupil dilatasi ipsilateral
→ hemiparese kontralateral
-Central → rostrocaudal sign
Antoregulasi
KLASIFIKASI
Ada 5
1. Cedera kulit
Kontusio,abrasi,laserasi

2. Cedera tulang
Lokasi: Fr.kalvaria, Fr.basis kranii
Jenis : Linier, depresi, kominutif
Huhungan dengan luar: tertutup,
terbuka
KLASIFIKASI
3. Cedera parenkim dan selaput
otaknya
Cedera otak bila ada pingsan, amnesia,
muntah, pusing, sakit kepala

 Berdasarkan derajat ada 3 macam:


-Cedera otak ringan (GCS 14-15)
-Cedera otak sedang (GCS 9-13)
-Cedera otak berat (GCS 3-8)
 Berdasarkan patologinya
1. Cedera otak fokal
- kontusio serebri
- laserasi serebri
- laserasi duramater
- laserasi arachnoid
2. Cedera otak difus
- komosio serebri
- cedera axon difus (DAI)
- grade 1, grade 2, grade 3
 Berdasarkan patofisiloginya ada 2 macam:
1.Cedera otak primer
terjadinya sejak trauma
penyebab trauma langsung (mekanik)
macam:
- Kontusio serebri
- Laserasi serebri
- Laserasi duramater: >> pada fr basis
kranii
- Laserasi pia-arachnoid: → subdural
higroma
- Komosio serebri
- DAI
2.Cedera otak sekunder
▪ Penyebab sistematik
- Hipoksemia
- Hipotensi
- Hiperkapnea
- Hipokapnea
- Hipertermi
- Hiperglikemia
- Hipoglikemia
- Hiponatremia
 Penyebab intrakranial
- ↑ TIK
- Pergeseran otak
- Vasopasme
- Kejang
- Infeksi
KLASIFIKASI

4. Cedera pembuluh darah


-Ekstrakranial
1. Hematoma subperiosteal
2. Hematoma subgaleal
-Intrakranial
-HED,HSD,HIS,PIV,PSA
-ini sering disertai COP
-ini sering → ↑ TIK atau
pergeseran otak → COS
-Pembuluh darah di basis kranii
-Cedera karotid intrakranial → CCF
>> bersama fr.basis kranii
KLASIFIKASI
5. Cedera saraf kranial
Cedera:
-N.Olfaktorius
-N.Okulomotorius,trokhlearis dan
abdusens
-N.Trigeminus
-N.Fasialis dan vestibulo auditarius
-N.Glossofaringeus,vagus,acesories d
hipoglosus
PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Pra Rumah
Sakit
 Perhatikan A-B-C-D
 Hindari hal-hal yang meningkatkan
TIK seperti;head down, hipoksia,
hiperkarbia, muntah
 Kenali cedera sistemik,stabilisasi
sementara
 Posisi Px tidak sadar
- Posisi lateral wajah sedikit kebawah
- Posisi netral
PENATALAKSANAAN
 Pertahankan jalan nafas k/p intubasi
 Cedera spinal
- Pertahankan posisi netral
 Triase pra rumah sakit
- Untuk pemindahan dilapangan & RS
yang dituju
- ABC tidak stabil → Resusitasi, RS
terdekat
- ABC stabil + cedera otak → RS dengan
fasilitas CT-scan dan tindakan
bedah saraf
PENATALAKSANAAN
B. Penatalaksanaan Rumah Sakit
▪ perencanaan sebelum penderita
datang
▪ alat-alat resusitasi
▪ obat-obatan dan perlengkapan
proteksi dini harus disiapkan
dengan baik
Triase di rumah sakit
- Penilaian berdasarkan terapi
- Umumnya perlu 3 ruangan yaitu
1. Ruang poliklinik; penderita dengan vulnus
apertum dikepala tanpa cedera otak atau
fraktur
2. Ruang observasi; penderita cedera kepala
dengan ABC yang stabil(biasanya cedera
kepala ringan dan sedang)
3. Ruang resusitasi; penderita dengan
cedera kepala berat,multi trauma atau
cedera kepala dengan ABC yang tidak
stabil dan cedera kepala dengan tanda-
tanda herniasi
 Penatalaksanaan dini
- Penatalaksanaan didasarkan
pada
1. Primary survey
2. Resusitasi
3. Secondary survey
4. Terapi definitif
1. Primary survey meliputi
a) Airway dengan imobilisasi servikal
pada posisi netral
b) Breathing (pola dan adekuasi)
c) Circulation dan kontrol perdarahan
d) Disability, pemeriksaan neurologis
cepat: GCS, pemerikasaan pupil dan
pemeriksaan motorik (lateralisasi)
- dilakukan setelah ABC stabil
- pemeriksaan serial
e) Exposure/environment
2. Resusitasi
a) Pertahankan potensi airway
• maneuver chin lift dan jaw trust
• oro pharyngeal airway
• Intubasi endotrakheal dengan teknik
rapid sequence induction yaitu
dengan pemberian:
-Thiopental 3-5 mg/kg
-Succinylcholin 1-2 mg/kg
• Pasien dengan COB, gangguan
proteksi jalan nafas, cedera
maksilofacial yang berat, perlu
paralisis
b) Breathing dan oksigenasi
– Ventilisasi adekuat
– O2
– Masker (10-12 liter/mnt) pertahankan
saturasi oksigen ≥ 95%
– Kalau perlu ventilasi mekanik
Adanya gangguan breathing mula-mula
harus
dicari penyebab ekstrakranial, antara lain:

• Flail chest (fraktur kosta multipel dan


segmental)
• Hemothorak, pneumothorak, trauma
saluran napas bagian atas, cedera
servikal, intoksikasi dan syok
Jika ekstrakranialnya baik maka mungkin
penyebabnya intrakranial, antara lain:
 fase brain shock
 cedera batang otak
- Perlu intubasi dan ventilasi
mekanik dengan normo ventilasi
dengan mempertahankan PaCO2
35-40mm/Hg
- Hiperventilasi hanya pada COB +
herniasi sentral/penurunan GCS
yang cepat dan dilakukan secara
intermiten,PaCO2 dipertahankan
30mm/Hg
c) Circulation dan kontrol perdarahan
 Syok: 1-2 liter RL atau NaCl 0,9%
hangat (39°) secara cepat, dicari
penyebab syoknya
 Hentikan perdarahan ekstrakranial
segera dihentikan
 Setelah syok teratasi: infus NaCl
0,9% (308 mosm/liter)
 Neurogenik syok:
 dibatasi
 dopamine 2-10 mikrogram (Kg/menit)
 Perdarahan intrakranial saja tanpa
laserasi kulit kepala
 Tidak menyebabkan
 Kecuali pada bayi
 Adapun penyebab syok/hipotensi
yang harus dicari adalah:
Cedera tertutup
-) Cedera abdomen
-) Hemothorak
-) Tamponade jantung
-) Tension pneumothorak
-) Hematoma pelvis
-) Fraktur tulang panjang
-) Perdarahan subgaleal atau
ekstradural pada bayi
-) Ruptur aorta traumatik
-) Trauma medula spinalis dan
tamponade jantung
Cedera terbuka
-) Laserasi kulit kepala
-) Cedera maksilofasial
-) Fraktur terbuka
-) Cedera jaringan lunak

Cedera otak stadium terminal


-) telah terjadi herniasi sentral fase
medulla
oblongata
d) Disability
 Bila ada tanda herniasi unkus segera
berikan mannitol 20% 2-5cc/kgBB
atau hiperventilasi ringan (PaCO2 30-
35 mm/Hg)
 Bila diberiikan mannitol,pasien harus
segera di CT scan atau menuju ke
penanganan definitif dalam waktu
kurang dari 6 jam
3.Pemerikasaan tambaham
pada primary survey
Foto servikal lateral,foto thorak dan
pelvis
Pemeriksaan ECG,analisis gas darah
Pemasangan NGT dan kateter urine
bila tidak ada kontra indikasi
4.Secondary Survey
Penderita cedera kepala, 50% disertai
cedera sistemik, saat ini dilakukan:

• Pemeriksaan seluruh tubuh (head to toe


examination )
• Periksa semua lubang ditubuh
• Anamnesis
• Pemeriksaan neurologis yang lebih lengkap
• Reelevaluasi ABCD
• Pemeriksaan CT scan kepala atau foto polos
kepala sesuai indikasi
C Pemeriksaan neurologis
khusus
1.Riwayat
Penyebab trauma
Riwayat pernah pingsan dan berapa lama
Adanya interval lucid
Pupil(reflek cahaya dan diameter)
Status kardiorespirasi di tempat kajadian
Riwayat pemakaian obat-obatan atau
alkohol
Penyakit sebelumnya
2. Pemeriksaan sistem saraf
GCS
Respon pupil
Pola gangguan motorik
Inspeksi dan palpasi wajah dan kepala
Palpasi wajah dan kepala,adakah laserasi
atau fraktur depresi
Inspeksi dan palpasi sepanjang prosessus
spinosus tulang belakang
Pemeriksaan GCS
Dilakukan dengan memeriksa respon dari
3 area:
- Eye respon (respon buka mata)
- Verbal respon (respon bicara)
- Motor respon (respon gerakan lengan
& tungkai)
Skor terendah 3 & tertinggi 15, untuk
respon motorik dinilai yang terbaik diantara
kiri dan kanan.
Respon membuka mata (eye)
(4) Spontan
(3) Dengan suara
(2) Dengan nyeri
(1) Tidak ada reaksi

Respon bicara (verbal)


(5) Orientasi baik
(4) Disorientasi (mengacau/bingung)
(3) Keluar kata-kata yang tidak teratur
(2) Suara yang tidak berbentuk kata-kata
(1) Tidak ada suara
Respon motorik (motor)
(6) mengikuti perintah
(5) melokalisir nyeri
(4) menarik ekstremitas yang
dirangsang
(3) fleksi abnormal (deserebrasi)
(2) ekstensi abnormal (decerebrasi)
(1) tidak ada gerakan

Nilai GCS = (E+V+M)


= 15 (terbaik) dan 3 (terburuk)
3. Pemeriksaan CT scan
Idealnya dilakukan pada semua yang
dicurigai ada cedera otak, kecuali
asimptomatik dan dilakukan segera
setelah ABC stabil.
indikasinya sbb:
Semua pasien dengan GCS < 15
Bradikardi atau hipertensi
Muntah/sakit kelapa yang menetap
Kejang
Tanda-tanda neurologis fokal/lateralisasi
Fraktur (diketahui atau dicurigai)
Trauma tembus (dicurigai atau dicurigai)
Usia diatas 50 tahun
Penilaian pasca operasi
Cedera kepala disertai multitrauma
Penurunan GCS lebih dari satu poin
(ekstrakranial baik)
GCS tidak membaik dalam 2x24 jam
(ekstrakranial baik)
4.Pemeriksaan foto polos kepala
Indikasi
GCS < 15
Riwayat pingsan
Amnesia
Nyeri kepala menetap
Tanda neurologis fokal
Jejas pada kepala
Curiga trauma tembus
Tanda-tanda fraktur basis kranii
Deformitas pada tulang belakang
Klinis sulit diperiksa
(alkohol,intoksikasi,epilepsi dan anak-
anak)
GCS 15,asimptomatik tetapi tetapi
high risk karena ada benturan
langsung atau jatuh ke permukaan
yang keras,khususnya usia lebih
dari 50 th
Foto polos kepala perlu diperiksa,
karena:
Fraktur meningkatkan resiko perdarahan
intrakranial
Adanya fraktur terbuka,termasuk fraktur
basis kranii meningkat resiko infeksi
Adanya fraktur depresi meningkatkan resiko
epilepsi terutama bila merobek duramater
Fraktur dapat menunjukkan lokasi lesi
masa,khususnya bila akan dilakukan burhole
eksplorasi
Pneumosefalus menunjukkan adanya fraktur
basis kranii yang merobek duramater
D Penangannan definitif
- Penanganan harus menyeluruh,termasu
stabilisasi fraktur dan penanganan
cedera otak
- Dilakukan di RS dengan fasilitas tindaka
bedah saraf
-Sebelumnya ABC harus stabil
Kriteria MRS pada penderita cedera
kepala:
GCS < 15
Amnesia
Riwayat pingsan lebih dari 5 menit
Ada tanda Chushing response
(hipertensi,bradikardi,gangguan respirasi)
Sakit kepala sedang,berat atau muntah-
muntah yang menetap
Ada tanda-tanda neurologis
fokal(lateralisasi,parese nervus kranialis)
Riwayat kejang
Klinis sulit dinilai seperti mabuk/epilepsi
Ada kelainan medis lain seperti
koagulapati,DM
Fraktur kalvaria atau basis kranii
Trauma tembus/bacok
Tidak ada yang dapat mengawasi dirumah
Rumah jauh
Usia > 65 th atau anak-anak < 5 th
Ada cedera lain yang bermakna
Penderita dengan riwayat pingsan kurang dari 5 menit
dan tidak menunjukkan kriteria diatas selama
observasi 4 jam maka boleh dipulangkan dengan
“peringatan” petunjuk seperti kembali ke RS bila:

1. Keadaan mengantuk atau semakin sulit dibangunka

2. Muntah-muntah

3. Kejang

4. Keluar darah atau cairan dari hidung,dan atau


telinga
5. Sakit kepala sedang sampai berat

6. Kelemahan atau gangguan rasa pada


anggota gerak

7. Perubahan perilaku atau bingung

8. Gangguan penglihatan dan atau perubahan


pada mata (pergerakan atau pupil)

9. Nafas lebih cepat atau lebih pelan atau tidak


E.KONSULTASI, RUJUKAN DAN
TRANSPORT
Kriteria dirawat di RS dengan fasilitas bedah saraf :
1. GCS < 15
2. GCS 15 disertai gejala-gejala cedera otak
3. Curiga fraktur linier,depresi atau basis kran
4. Curiga cedera tembus
5. Epilepsi atau kejang
6. Defisit neurologis fokal
Indikasi CITO untuk dirujuk ke RS dengan
sarana tindakan bedah saraf
1. GCS < 9 (cedera otak berat)
2. Sefalgia,muntah,confusion (GCS 9-13) yang
menetap dalam 2 jam MRS
3. Penurunan GCS lebih dari 2 poin
4. Tanda neurologis fokal
5. Cedera tembus
6. Fraktur depresi
7. Fraktur terbuka
8. Hematoma intrakranial
Semua pasien cedera otak berat dan cedera otak
dengan tanda-tanda peningkatan TIK atau herniasi
adalah pasien yang memerlukan penanganan intensif
oleh karena itu pasien harus dirawat ke ruangan yang
mempunyai fasilitas untuk:

Intubasi,endotrakeal dan ventilator


Trakheostomi
Ada fasilitas untuk pemeriksaan saturasi
oksigen dan analisa gas darah
Dapat dilakukan observasi ketat setiap 15-30
menit
Mempunyai lembar observasi neurologis
seperti
GCS,pupil,motorik,tensi,nadi,suhu,respirasi,cai
ran masuk dan keluar
Jika ada fasilitas monitoring invasif dapat
ditambahkan untuk observasi CVP,ICP
dan CPP
Dapat dilakukan CT scan kepala dalam waktu
kurang dari 60 menit
Dapat dilakukan tindakan trepanasi dalam
waktu kurang dari 60 menit
Saat merujuk pasien dengan cedera
kepala,perlu
diberikan informasi tentang:
Nama dan umur pasien
Mekanisme dan waktu trauma
Status kardiorespirasi
Tekanan darah,nadi,respirasi dan saturasi O (b
ada)
GCS
Ukuran dan respon pupil(kana kiri)
Pola motorik
Perubahan-perubahan selam observasi
Cedera diluar otak
Hasil-hasil pemeriksaan tambahan
Penyakit medis sebelumnya
Dokter pengirim,lokasi dan nomor telpon
Transportasi
Selama tranportasi dapat terjadi keadaan-
keadaan seperti kejang, muntah, apnea, gelisah,
syok, herniasi otak dll, sehingga selama
transportasidari lapangan ke RS atau dari RS
yang satu ke RS yang lain perlu didampingi
tenaga yang sudah terlatih
(basic ambulance protocol / prehospital trauma
life support) dan perlu satu set alat-alat yang
mampu menangani ABC dan resusitasi otak
antara lain:
Set infus
NaCl 0,9%
Oksigen
Ambubag
Mayo (orofaringeal airway)
Penghisap
Alat suntik
Manitol
Diazepam
Adrenalin
CPZ
Akuabides
Kapas alkohol
Sarung tangan
Perban
Pembalut elastik
Plester
Set imobilisasi
Kalau mungkin set intubasi dan respirator
portabel
F. Penatalaksanaan peningkatan
tekanan intrakranial
1.Tindakan awal
Elevasi head of bed 30°
Pertahankan normovolemia, berikan cairan
isotonik, pertahankan keseimbangan
elektrolit
Pertahankan TPO lebih dari 70mmHg
Pertahankan oksigenasi dan ventilasi yang
optimal, PaCO2 sekitar 100 torr, PaCO2 35
torr dan saturasi oksigen >=95%
Pertahankan normotermia
Cegah kejang, sebaiknya digunakan
diphenylhidantoin (DPH) bila tidak ada DPH
berikan diazepam iv sampai kejang berhenti
Sedasi dan analgesik, berikan chlorpamasine
25 mg IM
Hindari anemia
2.Terapi hipertensi intrakranial
Indikasi:
Bila ICP > 15-20 mmHg
CT scan tampak penyempitan ventrikel III
dan sisterna dorsalis
Gejala klinis herniasi otak
Macam:
Drainase CSS: dilakukan bila dipasang ICP
monitoring
Mannitol: bolus mannitol 0,25-1 gr/kg (2-5
cc/kg/BB) dalam 10 menit.
Ada 2 indikasi mannitol:
-Resusitasi: -keadaan neurologis yang
cepat memburuk
-herniasi uncal
-Second order treatment pada peningkatan
TIK
bila drainase CSS gagal menurunkan TIK
Hiperventilasi
Hiperventilasi ringan-sedang (PaCO2 30-35
torr) di indikasi pada:
-Resusitasi (seperti halnya mannitol)
diberikan dalam waktu singkat
-Terapi peningkatan TIK,diberikan bila
mannitol gagal menurunkan TIK
Furosemid
Furosemid diberikan bersama mannitol
dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kgBB
Barbiturat
Barbiturat bermanfaat menurunkan TIK yang
refrakter terhadap prosedur lain
Hipotermia ringan (blanket hypothermi)
Steroid
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
steroid tidak bermanfaat baik dalam
mengendalikan TIK maupun terhadap hasil
terapi.
G. Ringkasan
Penatalaksanaan cedera kepala
meliputi:
1. Airway, proteksi servikal
2. Breathing - oksigenasi
3. Terapi syok - kontrol perdarahan
4. Pertahankan normovolemik
5. Lakukan pemeriksaan neurologis
lengkap sedini mungkin dan tetapkan
diagnosis
6. Cegah cedera otak sekunder
7. Nilai dan terapi cedera nonserebral
8. Foto kepala atau CT scan bila status
cardiorespirasi stabil
9. Penanganan di RS dengan fasilitas bedah
saraf sedini mungkin setelah ABC stabil
10.Periksa status neurologis berulang-ulang
11.Tindakan intubasi merupakan prosedur
standar yang dilakukan pada semua
cedera otak berat,kecuali ada kontra
indikasi
12.Setiap RS harus mempunyai protokol
penanganan setempat dan ada pedoman
pasien yang harus dirujuk
13.Sarana ambulans harus memenuhi syarat
14.Tenaga medis IRD atau UGD harus
mengikuti pelatihan ATLS dan BTLS untuk
paramedik serta PH-TLS dan basic
ambulans protocol untuk kru ambulans
15.Penanganan cedera otak berat hampir
pasti memerlukan tindakan bedah saraf
(minimal ICPM) dan cedera otak sedang
yang menetap besar kemungkinan
memerlukan tindakan bedah saraf
DIAGNOSIS DAN
PENANGANAN TUMOR
OTAK
EPIDEMIOLOGI
 Insiden Tumor Otak 4 – 13 /
100.000 populasi per tahun
 2 % dari kematian disebabkan
oleh kanker
 20 % tumor anak
KLASIFIKASI
KARSINOGENESIS
RAND HEREDI FAKTOR
OM TER Eksternal
-Bahan kimia
MUTAS -Proses
I GEN Industri
-Radiasi
Imbalans
Protoonkogen -Gel. Elektro
& Tumor magnetik
supresor gen
NEOPL
KLINIS
 Sifat: Sub akut dan progresif
 Dibedakan menjadi:
– Tanda peningkatan TIK
• Efek tumor/ edema
• Efek hidrosefalus
– DNF
• Karena destruksi
• Karena kompresi oleh tumor / edema
– Kejang
– Gejala mirip TIA / Stroke
TANDA PENINGKATAN
TIK
1. Sakit kepala
2. Muntah
3. Papil edema
4. Diplopia
5. Perubahan kesadaran / status mental
6. Trias ‘CUSHING’
7. Herniasi
DEFISIT NEUROLOGIS
FOKAL
 Hemiparesis / hemihipestesi
 Disfasia / afasia
 Ataxia
 Kejang fokal
 Visual field defek
 Parese N. craniales
 Upward gaze palsy
 Nistagmus
KEJANG / EPILEPSI
 Fokal / general
 >> pada tumor tumbuh lambat
 1/3 penderita tumor
supratentorial
 Dewasa kejang I : 10 – 20%
karena tumor
DIAGNOSIS
 Klinis
 Foto skull
– Kalsifikasi, erosi, hyperostosis
 CT Scan + kontras
– > 90% kasus
 MRI
– Tumor kecil fossa posterior
– Tumor hypofise
– Lowgrade astrositoma
– Tumor brainstem
DIAGNOSIS BANDING
 >> dapat diatasi dengan CT / MRI
•SDH kronis
•Hydrosefalus
•AVM
•Penyakit Alzheimer
•Multiple sklerosis
•Pseudo tumor serebri
DIAGNOSIS BANDING
 >> dapat diatasi dengan diagnosis
jaringan / operasi
•Infark yang menyerap kontras
•Abses serebri
•Granuloma
•Demyelenating plague
TERAPI

A. Terapi edema
1. Kortikosteroid
2. Mannitol
B. Terapi bedah
C. Radioterapi
D. Kemoterapi
E. Stereotaksis
DEXAMETHASON
 Menurunkan edema
 Menurunkan DNF dan TIK setelah 24-48
jam terapi
 4 X 5mg  ditingkatkan maksimum 4 X
25mg
 Setelah terapi definitif  tappering
pelan
 Berbagai tumor ganas ( metastase 
steroid dependent )
MANNITOL
 Menurunkan TIK dengan cepat
 Hanya pada peningkatan TIK dan
herniasi
 Infus cepat 1 gr/Kg dalam 10 – 15 mnt,
kemudian rumatan 0,25-0,5 gr/Kg dlm 4-
6 jam
 Berguna untuk waktu singkat sampai
terapi definitif
(efek rebound)
TERAPI BEDAH

Tujuan:
 Kuratif
 Paliatif
 Memperbaiki defisit neurologis
 Konfirmasi histopatologis
 Tindakan lifesaving
MACAM OPERASI

 Reseksi tumor
 Biopsi
 Lobektomi
 VP shunt / Eksternal Ventrikel
Drainase
RADIOTERAPI
 Indikasi rutin pasca operasi:
1. Glioma gr III, IV
2. Medulloblastoma, ependymoma, tumor
pineal gland
3. Meningioma maligna, limfoma maligna
4. Cerebral metastase
5. Adenoma hipofise non hormonal aktif
6. Glioma N. optikus
7. Craniofaringioma
8. Deep seated inoperabel tumor / malignansi
yang di diagnosis dgn stereotaksis biopsi
RADIOTERAPI
 Indikasi rutin bila inoperabel /
reseksi parsial
1. Glioma gr I – II
2. Adenoma hipofise
3. Incompletely resected meningioma
4. Brain tumor pada anak
5. Sarcoma
KEMOTERAPI
 Dipertimbangkan pada:
1. Glioma Gr III – IV
2. Anaplastik oligodroglioma
3. Anaplastik ependimoma
4. Medulloblastoma
5. Germ cell tumor
6. CNS limfoma primer
STEREOTAXIS
Modalitas ini digunakan pada :

1. Aspirasi kiste/ stereotaxis biopsy


2. Stereotaxis craniotomi
3. Interstitial hipertermia
4. Interstitial kemoterapi
5. Interstitial radiobrachi terapi
6. Interstitial viral terapi
7. Stereotaxis radiosurgery (gamma knife
surgery/ lineac radiosurgery)
PROGNOSIS
Tergantung klinis. Terapi yang diberikan
dan diagnosa patologis.
contoh dengan terapi yang adekuat :

* Astrositoma
Grade I Median survival 8-10 tahun
Grade II Median survival 7-8 tahun
Grade III Median survival 2 tahun
Grade IV Median Survival < 1
tahun

* Meningioma : five year survival (FYS)


96,3%
* Craniofaringioma : FYS 30-85%
* Limfoma CNS : median survival
 Gambar COB dgn ETT
Gambar SDH
SDH
Lacerasi cerebri
SDH dan EDH
Fraktur Basis

Anda mungkin juga menyukai