Anda di halaman 1dari 27

“PENERAPAN DASAR HUKUM KEBENCANAAN

DALAM PENANGGULAN RISIKO BENCANA”


P E N G E TA H U A N K E B E N C A N A A N

Diajukan untuk memenuhi syarat mata kuliah


Pengetahuan Kebencanaan Disusun Oleh :
Ayu Saputri
Teknik GEODESI
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI 4122.3.12.13.0004
2016
LATAR BELAKANG

 Banyaknya terjadi bencana yang memberikan

pembelajaran kepada masyarakat dunia untuk

meminimalisir serta mengantisipasi dengan pengetahuan


LATAR BELAKANG

 Kesadaran akan pentingnya upaya pengurangan risiko

bencana telah mulai muncul pada dekade 1990-1999 yang

dicanangkan sebagai Dekade Pengurangan Risiko Bencana

Internasional.
LATAR BELAKANG

 Masyarakat menduduki tempat penting dalam

pengurangan risiko bencana karena masyarakat adalah

subyek,obyek sekaligus sasaran utama dalam upaya

pengurangan risiko bencana.


RUMUSAN MASALAH
 Definisi Bencana

 Faktor Penyebab Bencana

 Dasar hukum kebencanaan

 Pengetahuan dalam menanggulangi bencana

 Sistem Penanggulangan Bencana Nasional


TUJUAN
 Memberikan pengetahuan tentang bencana

Menciptakan masyarakat peduli lingkungan

Menciptaan masyarakat yang mengerti tentang penanggulangan

bencana

Menciptakan masyarakat yang sigap bencana

Memberikan gambaran tentang sistem penanggulangan

bencana di tingkat nasional


APA ITU BENCANA?
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor

alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

( UU No. 24 tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) ).


FAKTOR² PENYEBAB BENCANA
1. Bahaya alam dan bahaya ulah manusia
2. Kerentanan yang tinggi dalam masyarakat,
3. Kapasistas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat

“United Nations International Strategy For Disaster Reduction (UN-ISDR)”


LANDASAN HUKUM DALAM
PENGURANGAN RISIKO BENCANA
1. Resolusi PBB

2. StrategiYokohama

2. Kerangka Aksi Hyogo

3. Undang-Undang RI nomor 24 tahun 2007


RESOLUSI PBB
- Sidang Majelis Umum PBB ke-2018 mengenai bantuan dalam situasi bencana
alam dan bencana lainnya (14 desember 1971).
- Ditindak lanjuti dengan resolusi nomor 46/182 tahun 1991 mengenai penguatan
korrdinasi bantuan kemanusiaan PBB dalam hal bencana(1991)
- Dewan Ekonomi dan Sosial PBB mengerluarkan Resolusi nomor 63 tahun 1999
mengenai pengurangan risiko bencana internasional (30 juli 1999)
- Majelis umum mengeluarkan Resolusi nomor 56/195 2001,yang menetapkan
hari pengurangan risiko bencana internasional(21desember 2001)
- PBB diharapkan untuk focus terhadap strategi internasional untuk pengurangan
risiko bencana (ISDR)
RESOLUSI PBB
Sasaran utama ISDR :

1. Mewujudkan ketahanan masyarakat terhadap dampak bencana alam, teknoloi


dan lingkungan

2. Mengubah pola perlindungan terhadap bencana menjadi manajemen risiko


bencana dengan melakukan penggabungan strategi pencegahan risiko ke dalam
kegiatan pembangunan berkelanjutan
RESOLUSI PBB
Tujuan ISDR :

1. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap bencana alam, teknologi,


lingkungan dan bencana sosial

2. Mewujudkan komitmen pemerintah dalam mengurangi risiko bencana

3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengurangan


risiko bencana

4. Mengurangi kerugian ekonomi dan sosial akibat bencana


STRATEGI YOKOHAMA
- Ditetapkan pada tahun 1994

- Panduan internasional dalam upaya pengurangan risiko bencana dan dampak


bencana

- Menitikberatkan pada upaya pengurangan risiko bencana

- Pendekatan terhadap masyarakat untuk memberikan informasi, motivasi serta


melibatkan dalam segala aspek pengurangan risiko bencana.
HYOGO FRAMEWORK FOR ACTION
- Konferensi Pengurangan Bencana Dunia (World Confrence on Disaster Reduction) (18-22
Januari 2005, Kobe, Hyogo Jepang)

- Mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Kmunitas
terhadap Bencana

- Menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan
risiko terhadap bahaya

- Menekankan untuk menengarai cara² untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas
terhadap bencana
HYOGO FRAMEWORK FOR ACTION
Substansi dasar Hyogo :
1. Pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah yang harus didukung
2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan
dini
3. Pengetahuan, inovasi dan pendidikan sebagai dasar keselamatan diri dan ketahanan terhadap
bencana pada semua tingkat masyarakat
4. Mengurangi faktor² Penyebab risiko bencana
5. Membangun respons yang lebih efektif dalam masyarakat dalam memperkuat kesiapan
menghadapi bencana
UNDANG-UNDANG RI
NOMOR 24 TAHUN 2007
- Memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan termasuk perlindungan atas
bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila

- Ketentuan peraturan perundangan-undangan mengenai penanggulangan bencana yang ada


belum dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh serta tidak sesuai dengan
perkembangan

- keadaan masyarakat dan kebutuhan bangsa Indonesia sehingga menghambat upaya


penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu, maka dari itu pemerintah
merasa perlu untuk membentuk Undang-Undang tentang penanggulangan Bencana
TAHAPAN PENANGGULANGAN
BENCANA NASIONAL
TAHAPAN PENANGGULANGAN
BENCANA NASIONAL
• Tahap pra-bencana

• Tahap tanggap darurat

• Tahap pasca bencana


TAHAPAN PENANGGULANGAN
BENCANA NASIONAL
• Manajemen Risiko bencana

• Manajemen Kedaruratan

• Manajemen Pemulihan
SISTEM PENANGULANGAN
BENCANA NASIONAL
SISTEM PENANGULANGAN
BENCANA NASIONAL
UU PB no. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, Peraturan Presiden
no. 08 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Peraturan
Pemerintah (PP) no. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana, PP no. 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan
Bencana, dan PP no. 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional
dan Lembaga Asing non pemerintah dalam penanggulangan Bencana. Peraturan
Kepala (Perka) BNPB dan lain sebagainya.
SISTEM PENANGULANGAN
BENCANA NASIONAL
Pembentukan kelembagaan yang kuat dalam upaya penanggulangan bencana
ada yang bersifat formal dan non-formal. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) untuk nasional dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) untuk provinsi dan kabupaten/kota. Lembaga ini dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana mempunyai tugas dan fungsi
koordinasi, komando dan pelaksana. Untuk lembaga yang bersifat non-
formal adalah platform atau forum PRB/PB.
SISTEM PENANGULANGAN
BENCANA NASIONAL
Pemaduan penanggulangan bencana kedalam perencanaan pembangunan
(Nasional/Daerah) dapat dilakukan dengan mengitegrasikan aspek-aspek Rencana
Penanggulangan Bencana. Adapun jenis-jenis perencanaan dalam penanggulangan bencana,
sebagai berikut :

• Rencana penanggulangan bencana


• Rencana tanggap darurat
• Rencana Kontijensi
• Rencana Operasi
• Rencana pemulihan
SISTEM PENANGULANGAN
BENCANA NASIONAL
• Dana DIPA (APBN/APBD) adalah dana untuk mendukung kegiatan rutin dan
operasional lembaga/departemen terutama untuk kegiatan pengurangan risiko
bencana.

• DAK adalah danan untuk pemda Provinsi/Kabupaten/Kots ysng diwujudkan


dalam mata anggaran kebencanaan, disesuaikan dengan tingkat kerawanan dan
kemampuan daerah

• Dana Contongency adalah dana untuk penanganan kesiapsiagaan

• Dana bencana yang berpola Hibah


SISTEM PENANGULANGAN
BENCANA NASIONAL
• Pendidikan dan pelatihan

• Penelitian dan pengembangan IPTEK Kebencanaan

• Penerapan Teknologi Penanggulangan bencana


SISTEM PENANGULANGAN
BENCANA NASIONAL
Pelaksanaan penanggulangan bencana dengan melakukan serangkaian upaya myang
meliputi penetapan keijakan pembangunan pada tahapan sebelumnya, saat dan
sesudah terjadi bencana mencakup kegiatan-kegiatan mulai dari fase pencegahan
bencana, tanggap darurat, sampai pada fase rehabilitasi dan rekontruksi yang
dilakukan secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh.
PENUTUP
Banyaknya wilayah yang sangat rawan akan bencana di seluruh dunia terutama di

Indonesia merupakan “alarm” sebagai peringatan pentingnya peningkatan upaya

pengurangan risiko bencana merupakan landasan utama bagi negara-negara yang

rawan bencana dan termasuk Indonesia untuk bersama-sama melakukan upaya

penguranan risiko bencana yang terpadu dan terarah.

Anda mungkin juga menyukai