Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

MANAJEMEN ANESTESI PADA SECTIO


CAESAREA ATAS INDIKASI KALA II
LAMA + EKLAMPSIA + GAWAT JANIN

Pembimbing : dr. Salsiah Hasan, Sp.An

Nova Meri Damayanti (10 777 030)


LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. NH
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Usia : 23 Tahun
 Berat Badan : 65 kg
 Agama : Islam
 Alamat : Jalan dr. Wahidin
 Diagnosa Pra Anestesi : GIP0A0 + gravid aterm + kala II lama +
eklampsia + gawat janin
 Jenis Pembedahan : Sectio caesarea cito
 Tanggal Operasi : 02/08/ 2017
 Tempat Operasi : RSU Anutapura
 Jenis Anestesi : General anestesi
EVALUASI PRA ANESTESI
ANAMNESIS

 Keluhan utama : kejang

 RPS :
Pasien perempuan 23 tahun rujukan dari RS Al Khairaat Palu
dengan diagnosa G1P0A0 + gravid aterm + inpartu kala II lama +
eklampsia + gawat janin. Pasien mengatakan kejang sebanyak 2 kali
pukul 05.00 saat di RS Al Khairaat. Kejang baru pertama kali dialami
oleh pasien yang dialami kurang lebih selama 10 menit dan setelah
kejang pasien tidak sadar. Pukul 06.45 pasien tiba di IGD KB RSU
Anutapura Palu dalam keadaan sadar dan tiba-tiba pasien kembali
kejang sebanyak 2 kali selama 5-7 menit. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
 RPD :
 Riwayat menarke usia 13 tahun, haid teratur tiap bulan, lama
haid 7-8 hari, frekuensi mengganti pembalut 2-3 x/hari
 Riwayat kejang (-), alergi (-), asma (-), penyakit jantung (-),
hipertensi (-)
 Riwayat operasi (-), riwayat anestesi (-)

 Riwayat Obstetri
Tahun 2017 : hamil sekarang
 Riwayat ANC : kunjungan 3x
PEMERIKSAAN FISIK

 Status generalis
 Keadaan umum : sakit sedang
 Kesadaran : GCS E3V5M6
 Berat badan : 65 kg
 Status gizi : baik

 Tanda tanda vital


 TD 142/103 mmHg
 N 90 x/menit
 S 37ºC
 R 24 x/menit
 B1 (Breath) dan Evaluasi Jalan Napas:
Airway: clear, gurgling/snoring/crowing:(-/-/-), potrusi mandibular (-),
buka mulut 5 cm, jarak mento/hyoid 7 cm, jarak hyothyoid 6,5 cm, leher
pendek (-), gerak leher bebas, tenggorok T1-1 faring hiperemis tidak
ada, malampathy: kelas II, obesitas (-), massa (-), gigi geligi lengkap
(tidak ada gigi palsu), sulit ventilasi (-). Suara pernapasan: Vesikuler
(+/+), suara tambahan (-). Riwayat asma (-), alergi (-), batuk (-), sesak
(-), masalah lain pada sistem pernapasan (-).

 B2 (Blood):
Akral dingin, bunyi jantung SI dan SII murni regular. Masalah pada
sistem kardiovaskular (-)
 B3 (Brain):
Kesadaran GCS 14 (E4V5M6), Pupil: isokor Ø 3 mm/3mm, RC +/+,
RCL +/+. Defisit neurologis (-). Masalah pada sistem
neuro/muskuloskeletal (-).

 B4 (Bladder): BAK (+), volume: 60 cc/jam, warna: kuning jernih.


Masalah pada sistem renal/endokrin (-).

 B5 (bowel): Abdomen: tampak cembung, peristaltik (+) dbn, nyeri


tekan regio epigastrium, mual (-), muntah (-). Masalah pada sistem
hepatogastrointestinal (-).

 B6 Back & Bone: Oedem pretibial (+).


PEMERIKSAAN OBSTETRI

 INSPEKSI :
 Tampak cembung, striae gravidarum (+)

 PALPASI :
 Leopold I : 2 jari dibawah prosesus xyphoid

 Leopold II : punggung kiri

 Leopold III : presentasi kepala

 Leopold IV : sudah memasuki pintu atas panggul

 HIS :-
 Pergerakan Janin : Aktif
 Janin Tunggal :+
 Denyut Jantung Janin : 174 kali/menit

 PEMERIKSAAN DALAM (VAGINAL TOUCHER) : dinding vagina normal,


pembukaan 10 cm, ketuban (-), penurunan Hodge III
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Rutin

Parameter Hasil Satuan Range Normal


RBC 4.73 106/uL 4.00 - 6.00
Hemoglobin (Hb) 10.9 g/dL 12.0 - 16.0
Hematokrit (HCT) 35.0 % 37.0 - 47.0
PLT 336 103/uL 150- 400
WBC 26.1 103/u L 4.0 -10.0

Parameter Hasil Satuan Range Normal


GDS 122 Mg/dl 80-199

Fungsi ginjal
Parameter Hasil Satuan Range Normal

Urea 10 Mg/dl 15-43


Creatinin 0.61 Mg/dl 0.50-0.90
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Fungsi Hati
Parameter Hasil Satuan Range Normal
SGOT 22 U/I 0 - 35
SGPT 17 U/I 0 – 45
HbsAg Non reaktif

Urinalisis
Parameter Hasil Range Normal
Protein +++ Negatif
Blood +++ Negatif
Sedimen eritrosit 20-30 0-3
RESUME
Pasien perempuan 23 tahun rujukan dari RS Al Khairaat Palu dengan
diagnosa G1P0A0 + gravid aterm + inpartu kala II lama + eklampsia +
gawat janin. Pasien mengatakan kejang sebanyak 2 kali pukul 05.00 saat di
RS Al Khairaat. Kejang baru pertama kali dialami oleh pasien yang dialami
kurang lebih selama 10 menit dan setelah kejang pasien tidak sadar. Pukul
06.45 pasien tiba di IGD KB RSU Anutapura Palu dalam keadaan sadar dan
tiba-tiba pasien kembali kejang sebanyak 2 kali selama 5-7 menit. BAB dan
BAK tidak ada keluhan. DJJ 174 kali/menit
Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
 Airway : Paten
 Breathing : Respirasi 24 kali/menit

 Circulation : Nadi : 90 kali/menit, regular, kuat angkat,

TD: 142/103mmHg
 ASA : III E
 DIAGNOSIS KERJA :
GIP0A0 + gravid aterm + kala II lama + eklampsia + gawat janin

 TINDAKAN :
Sectio caesarea cito

 PERSIAPAN PRE OPERATIF


Di Ruangan
 KIE (+), surat persetujuan operasi (+), surat persetujuan tindakan
anestesi (+)
 4 gr MgSO4 10 cc in RL 500 cc 28 tpm

 Inj. Diazepam 1 ampul/IV


Di Kamar Operasi
 Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan
 Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya
 Alat-alat resusitasi (STATICS)
 Obat-obat anestesia yang diperlukan.
 Obat-obat resusitasi, misalnya; adrenalin, atropine, aminofilin, natrium
bikarbonat dan lain-lainnya.
 Menyiapkan pasien di meja operasi, memasang alat pantau tanda vital,
tiang infus, pulse oxymetri
 Evaluasi ulang status present pasien:
 Tekanan darah: 142/103 mmHg
 Nadi : 90 ×/menit
 Respirasi : 24 ×/menit
 Temperatur : 37 ºC
Komponen STATICS

S Scope Stetoscope untuk mendengarkan suara paru dan jantung.


Laringo-Scope: pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan
usia pasien. Lampu harus cukup terang.

T Tubes Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien.


A Airways Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-
faring (nasi-tracheal airway). Pipa ini menahan lidah saat pasien
tidak sadar untuk mengelakkan sumbatan jalan napas.

T Tapes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

I Introducer Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang
mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah
dimasukkan.

C Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia.


S Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
PLANNING

Laporan Anestesi Durante Operatif


 Anestesiologi : dr. Ajutor Donny Tandiarrang, Sp.An
 Jenis anestesi : General anestesi
 Teknik anestesi : Intubasi
 ETT : 7.0
 Obat : Sevoflurane 2 mec
 Lama anestesi : 09.00 -10.35 (1 jam 35 menit)
 Lama operasi : 09.10 - 10.25 (1 jam 15 menit)
 Ahli Bedah : dr. Heryani, Sp.OG / dr. Arif
 Infus : Tangan kiri
 Obat-obatan yang diberikan :
 Obat premedikasi : Fentanyl
 Obat induksi : Sevoflurane 2 mec
Propofol 100 mg
 Relaksasi otot : Atracurium 15 mg
 Maintenance anestesi :
 Inh. O2 4 lpm
 Obat durante operatif :
 Epedrin 10 mg
 Oxytocin 20 IU
 Metergin 0,2 mg
 Asam tranexamat 100 mg
 Ranitidine 50 mg
 Ondansentron 8 mg
 Prostigmin
TANDA VITAL SELAMA OPERASI

250

200

150
sistolik
nadi
100 diastolik

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Pemberian Cairan
 Cairan masuk:

 Pre operatif : Kristaloid RL 500 cc


 Durante operatif : Kristaloid RL 600 cc
Koloid Gelafusal 500 cc
 Total input cairan : 1600 cc

 Cairan keluar:
 Durante operatif : Urin ± 100 cc
Perdarahan ± 1000 cc
PERHITUNGAN CAIRAN

 Estimated Blood Volume (EBV) = 65 cc/kgBB x 65 kg = 4.225 cc


 Input yang diperlukan selama operasi
 Cairan Maintanance = 35 ml/kgBB/24 jam
= 35 ml x 65 kg
= 2275 ml/24 jam
= 95 ml/jam

 Cairan defisit pengganti puasa (PP):


Lama puasa × maintenance = 3 jam × 95 ml = 285 ml
Jadi kebutuhan pengganti puasa 285 ml selama 3 jam

 Cairan defisit urin dan darah


urin + darah = 100 ml + 1000 ml = 1100 ml
 Cairan masuk:
Kristaloid : Ringer Lactate 600 ml
Koloid : Gelafusal 500 ml
Total cairan masuk : 1100 ml

 Stress Operasi
Besar 8 ml × KgBB = 8 x 65 = 520 ml/jam

 Perhitungan cairan pengganti darah:


Jumlah perdarahan : ± 1000 ml
% perdarahan : 1000 x 100 % = 23%
4225
Kristaloid 3 x 1000 ml = 3000 ml
POST OPERATIF
 GCS : E4V5M6
 Tekanan darah : 111/61 mmHg
 Nadi : 102 kali/menit
 RR : 24 kali/menit
 Temperatur : 37 ºC
 VAS : 2/10
PEMBAHASAN
 Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria

 Eklampsia adalah pre-eklampsia yang disertai dengan kejang-kejang


dan/ atau koma

 Trias : hipertensi, proteinuria, dan edema yang menyeluruh

 Kejadian yang paling tinggi pada primigravida


Sebelum dilakukan operasi, pasien diperiksa terlebih dahulu, meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang untuk
menentukan status fisik (ASA), serta menententukan rencana jenis
anestesi yang akan dilakukan. Setelah dilakukan pemeriksaan
tentang keadaan umum, pasien tergolong dalam status fisik PS ASA
III E dan diputuskan untuk dilakukan anestesi umum dengan intubasi.
 Pada kasus ini, pasien diberikan premedikasi anestesi golongan narkotik
(opiod) yaitu fentanyl.

 Keuntungan penggunaan obat ini ialah memudahkan induksi, mengurangi


kebutuhan obat anestesi, menghasilkan analgesia pra dan pasca-bedah,
memudahkan melakukan pemberian pernapasan buatan, dapat
diantagonisir dengan naloxon.

 Morfin diberikan dengan dosis 0,1-2,2 mg/kgBB, petidin dengan dosis 1-2
mg/kgBB, sedangkan fentanyl dengan dosis 1-2 ug/kgBB diinjeksi pelan
karena dapat menyebabkan batuk.
 Pada kasus ini, pasien ini telah diberikan obat anti convulsan saat di IGD
yaitu golongan benzodiazepin diazepam 10 mg secara IV dan 4 gr
magnesium sulfat (MgSO4) secara IV.

 Pemberian MgSO4 adalah suatu SSP depresan dan vasodilator ringan.


Dengan relaksasi miometrium, ia juga menyebabkan peningkatan
uteroplacental blood flow. Transfer melalui plasenta menyebabkan bayi
menjadi lemah, penurunan tonus otot, depresi napas, dan apnoe.

 Pemberian diazepam bisa menimbulkan sedasi yang dalam dengan resiko


gangguan jalan napas. Bisa terjadi depresi foetal terutama pada bayi
prematur karena obat ini menembus barier plasenta sehingga
menyebabkan neonatal hipotonia, depresi napas dan hipotermia.
 Tahap selanjutnya setelah premedikasi adalah induksi yaitu pemberian obat
anestesi dari keadaan sadar atau sedasi sampai pada stadium operasi
(surgical stage). Induksi anestesi dapat dikerjakan secara intravena, inhalasi,
intramuskular atau rektal.

 Pada kasus ini digunakan induksi inhalasi menggunakan sevofluran 2 mec.

 Sevofluran (ultane) merupakan halogenisasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi
lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak
merangsang jalan nafas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi
disamping halotan. Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang
menyebabkan aritmia.
 Selain itu pasien juga diberikan propofol 100 mg. Larutan emulsi dengan
konsentrasi 1%, metabolisme sangat cepat terutama karena
biotransformasi. Dalam waktu 30 menit setelah pemberian didapatkan
kurang dari 20% propofol yang berada pada sirkulasi

 Propofol tidak mempunyai efek analgesik dan saat diinduksi pasien sering
mengeluh nyeri.

 Dosis propofol 2-2,5 mg/kgBB/IV


 Sebelum dilakukan intubasi endotrakeal diberikan pelumpuh otot terlebih
dahulu yakni bisa digunakan golongan depolarisasi atau non depolarisasi.

 Pada kasus ini diberikan pelumpuh otot golongan non depolarisasi yaitu
atracurium 15 mg. Non-depolarising agent bekerja antagonis terhadap
neurotransmitter asetilkolin melalui ikatan reseptor site pada motor-end-
plate.

 Keuntungan atracurium mulai kerja 2-3 menit dan lama kerja 15-35 menit,
pemulihan terjadi secara spontan atau dibantu dengan antikolinesterase.

 Dosis atracurium untuk intubasi adalah 0,5-06 mg/kgBB/IV sedangkan


dosis maintenance 0,1-0,2 mg/kgBB/IV.
Selama operasi juga perlu dimonitoring kebutuhan cairan, dimana perkiraan berat
badan pasien adalah 65 kg, maka Estimated Blood Volume (EBV) = 65 cc/kgBB x 65
kg = 4225 cc (EBV untuk laki-laki dewasa 70/kgBB, wanita 65/kgBB, anak-anak
80/kgBB dan neonatus 90/kgBB). Jumlah perdarahan yang terjadi durante operasi
adalah sekitar 1000 cc (23%) termasuk dalam kehilangan cairan dan darah
kategori kelas II. Sehingga memerlukan cairan pengganti berupa kristaloid dan
koloid.

Kebutuhan cairan maintenance pada pasien ini 95 cc/jam ditambah defisit puasa
selama 3 jam 285 cc, ditambah stress operasi (besar) 520 cc/jam, ditambah
perdarahan 1000 cc (1 cc darah diganti dengan 3 cc cairan kristaloid) sehingga total
cairan pengganti yang dibutuhkan durante operasi adalah 3000 cc.

Selama operasi pasien diberikan obat golongan alpha dan beta adrenergic agonis
yaitu epedrin 10 mg/IV untuk menaikkan tekanan darah intraoperatif, antiemetik
berupa ondansetron 8 mg/IV, H2 reseptor bloker ranitidine 50 mg/IV, analgetik
ketorolac 30 mg/IV dan anti perdarahan asam tranexamat 100 mg/IV, serta
uterotonika oxitosin 20 IU/IV untuk meningkatkan kontraksi uterus.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai