LAPSUS Management Anestesi Pada SC Ai Eklampsi
LAPSUS Management Anestesi Pada SC Ai Eklampsi
RPS :
Pasien perempuan 23 tahun rujukan dari RS Al Khairaat Palu
dengan diagnosa G1P0A0 + gravid aterm + inpartu kala II lama +
eklampsia + gawat janin. Pasien mengatakan kejang sebanyak 2 kali
pukul 05.00 saat di RS Al Khairaat. Kejang baru pertama kali dialami
oleh pasien yang dialami kurang lebih selama 10 menit dan setelah
kejang pasien tidak sadar. Pukul 06.45 pasien tiba di IGD KB RSU
Anutapura Palu dalam keadaan sadar dan tiba-tiba pasien kembali
kejang sebanyak 2 kali selama 5-7 menit. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
RPD :
Riwayat menarke usia 13 tahun, haid teratur tiap bulan, lama
haid 7-8 hari, frekuensi mengganti pembalut 2-3 x/hari
Riwayat kejang (-), alergi (-), asma (-), penyakit jantung (-),
hipertensi (-)
Riwayat operasi (-), riwayat anestesi (-)
Riwayat Obstetri
Tahun 2017 : hamil sekarang
Riwayat ANC : kunjungan 3x
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : GCS E3V5M6
Berat badan : 65 kg
Status gizi : baik
B2 (Blood):
Akral dingin, bunyi jantung SI dan SII murni regular. Masalah pada
sistem kardiovaskular (-)
B3 (Brain):
Kesadaran GCS 14 (E4V5M6), Pupil: isokor Ø 3 mm/3mm, RC +/+,
RCL +/+. Defisit neurologis (-). Masalah pada sistem
neuro/muskuloskeletal (-).
INSPEKSI :
Tampak cembung, striae gravidarum (+)
PALPASI :
Leopold I : 2 jari dibawah prosesus xyphoid
HIS :-
Pergerakan Janin : Aktif
Janin Tunggal :+
Denyut Jantung Janin : 174 kali/menit
Fungsi ginjal
Parameter Hasil Satuan Range Normal
Urinalisis
Parameter Hasil Range Normal
Protein +++ Negatif
Blood +++ Negatif
Sedimen eritrosit 20-30 0-3
RESUME
Pasien perempuan 23 tahun rujukan dari RS Al Khairaat Palu dengan
diagnosa G1P0A0 + gravid aterm + inpartu kala II lama + eklampsia +
gawat janin. Pasien mengatakan kejang sebanyak 2 kali pukul 05.00 saat di
RS Al Khairaat. Kejang baru pertama kali dialami oleh pasien yang dialami
kurang lebih selama 10 menit dan setelah kejang pasien tidak sadar. Pukul
06.45 pasien tiba di IGD KB RSU Anutapura Palu dalam keadaan sadar dan
tiba-tiba pasien kembali kejang sebanyak 2 kali selama 5-7 menit. BAB dan
BAK tidak ada keluhan. DJJ 174 kali/menit
Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
Airway : Paten
Breathing : Respirasi 24 kali/menit
TD: 142/103mmHg
ASA : III E
DIAGNOSIS KERJA :
GIP0A0 + gravid aterm + kala II lama + eklampsia + gawat janin
TINDAKAN :
Sectio caesarea cito
T Tapes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I Introducer Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang
mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah
dimasukkan.
250
200
150
sistolik
nadi
100 diastolik
50
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Pemberian Cairan
Cairan masuk:
Cairan keluar:
Durante operatif : Urin ± 100 cc
Perdarahan ± 1000 cc
PERHITUNGAN CAIRAN
Stress Operasi
Besar 8 ml × KgBB = 8 x 65 = 520 ml/jam
Morfin diberikan dengan dosis 0,1-2,2 mg/kgBB, petidin dengan dosis 1-2
mg/kgBB, sedangkan fentanyl dengan dosis 1-2 ug/kgBB diinjeksi pelan
karena dapat menyebabkan batuk.
Pada kasus ini, pasien ini telah diberikan obat anti convulsan saat di IGD
yaitu golongan benzodiazepin diazepam 10 mg secara IV dan 4 gr
magnesium sulfat (MgSO4) secara IV.
Sevofluran (ultane) merupakan halogenisasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi
lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak
merangsang jalan nafas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi
disamping halotan. Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang
menyebabkan aritmia.
Selain itu pasien juga diberikan propofol 100 mg. Larutan emulsi dengan
konsentrasi 1%, metabolisme sangat cepat terutama karena
biotransformasi. Dalam waktu 30 menit setelah pemberian didapatkan
kurang dari 20% propofol yang berada pada sirkulasi
Propofol tidak mempunyai efek analgesik dan saat diinduksi pasien sering
mengeluh nyeri.
Pada kasus ini diberikan pelumpuh otot golongan non depolarisasi yaitu
atracurium 15 mg. Non-depolarising agent bekerja antagonis terhadap
neurotransmitter asetilkolin melalui ikatan reseptor site pada motor-end-
plate.
Keuntungan atracurium mulai kerja 2-3 menit dan lama kerja 15-35 menit,
pemulihan terjadi secara spontan atau dibantu dengan antikolinesterase.
Kebutuhan cairan maintenance pada pasien ini 95 cc/jam ditambah defisit puasa
selama 3 jam 285 cc, ditambah stress operasi (besar) 520 cc/jam, ditambah
perdarahan 1000 cc (1 cc darah diganti dengan 3 cc cairan kristaloid) sehingga total
cairan pengganti yang dibutuhkan durante operasi adalah 3000 cc.
Selama operasi pasien diberikan obat golongan alpha dan beta adrenergic agonis
yaitu epedrin 10 mg/IV untuk menaikkan tekanan darah intraoperatif, antiemetik
berupa ondansetron 8 mg/IV, H2 reseptor bloker ranitidine 50 mg/IV, analgetik
ketorolac 30 mg/IV dan anti perdarahan asam tranexamat 100 mg/IV, serta
uterotonika oxitosin 20 IU/IV untuk meningkatkan kontraksi uterus.
TERIMA
KASIH