, Apt) 1
Bab I. Sejarah dan perkembangan
Farmakognosi
2
Farmakognosi bahasa Yunani Pharmakon (obat) dan
Gnosis (ilmu/pengetahuan)
Seledri (silikon)
Tomat (lycopene)
Faktanya:
Ilmu farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertegahan abad ke-19 tetapi
penggunaannya masih terbatas (sampai uraian makroskopis dan mikroskopis)
9
Simplisia Semi sintesis Sintesis
Sintesis Asam
Metil
Salix Salicin As. asetil
salisilat
alba (1828) Salisilat salisilat
(1844)
(1838) (1853)
Sintesis curcumin
Sintesis dan
dan derivatnya, Uji
Curcuma longa Curcumin (1870) Penetapan struktur
antiinflamasi uji
(1910)
inhibisi (1990)
11
Obat Asli Indonesia (Annisa, S.Farm., Apt) 12
Piper retrofractum Vahl. Cabe Jawa
Curcuma Xanthorrhiza Roxb. Temulawak
Curcuma domestica Val. Kunyit
Guazuma ulmifolia Lamk. Jati Belanda
Andrographis paniculata Nees. Sambiloto
Zingiber officinale Rosc. Jahe
Morinda citrifolia L. Mengkudu
Eugenia polyantha Wight. Tanaman Salam
Psidium guajava L. Jambu
Obat Asli Indonesia (Annisa, S.Farm., Apt) 13
Farmasis
1. Harapannya adalah Obat
Memperbaiki Bahan Alam dapat digunakan
status gizi
masy sebagai:
1. Promotif (meningkatkan
2. Sarana kesehatan),
6. Sarana
pelestarian 2. Preventif (mencegah
keindahan
alam penyakit),
3. Kuratif (penyembuhan),
4. Rehabilitatif
TOGA (mengembalikan keadaan
menjadi sehat pasca
5. mengalami sakit)
3. Sarana
Memotivasi
penyebaran
gerakan
penghijuaun
koperasi
4.
Pemerataan
pendapatan
masy
TUJUAN PENGEMBANGAN
OBAT TRADISIONAL/HERBAL
Diterimanya dalam sistem pelayanan kesehatan
Berkembangnya industri obat tradisional /herbal, juga
peluang ekspor
Dapat bersaing di pasaran termasuk pasar global
Berkembangnya agro industri tanaman obat
Obat Asli
Indonesia Terkait pengolahan,
regulasi, dan
pengembangan dasar
obat herbal
18
Dasar Hukum
• UU RI No 23 TH 1992 ttg KESEHATAN (psl 41 ay 1 )
• PP RI No 72 TH 1998 ttg PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALKES (psl 9 ay 1)
• PP 17 / 2001 tentang Tarif Atas Penerapan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
berlaku di Badan POM
• PERMENKES 246/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional
• Kep Ka Badan POM No.HK.00.05.4.1384 th.2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana
Pendaftaran OT
• Permenkes no 246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha IOT dan pendaftaran OT
• Kepmenkes no 659/Menkes/SK/X/1991 tentang cara pembuatan obat tradisional
yang baik
• Permenkes RI no 760/Menkes/Per/IX/1992 tentang Fitofarmaka
• Kepmenkes 661/Menkes/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional
• Keputusan Kepala Badan POM RI No : HK.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang
ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia.
• Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor: HK.00.05.4.1380 tentang pedoman cara
pembuatan obat tradisional yang baik.
• Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor: HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang
kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka.
Pengertian Farmakognosi 20
Pengertian Simplisia
Simplisia (obat gubal) adalah …
Bahan alamiah yang berasal dari bahan nabati, hewani, atau mineral yg
digunakan sebagai obat yang belum mengalami perubahan apapun kecuali
dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan
Bahan mineral berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
21
Perbedaan antara Obat konvensional vs Obat Herbal
Tugas:
Sebutkan contoh produk
Fitofarmaka lainnya!
Obat Asli Indonesia (Annisa, S.Farm., Apt) 27
5. Tahap Pengembangan Sediaan (Formulasi)
Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan, dan estetika untuk pemakaian pada manusia
untuk diteruskan ke uji klinik yaitu teknologi farmasi tahap awal, pembakuan (standarisasi), dan parameter standar mutu.
Uji Klinik Fase I Uji Klinik Fase II . Uji Klinik Fase III Uji klinik Fase IV
Pengujian pada Pengujian pada orang Pengujian pada pasien yang Pengujian saat post marketing surveillance,
sukarelawan sehat untuk sakit yang sesungguhnya sesungguhnya dalam jumlah yang pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
mengetahui keamanan zat dalam jumlah yang sedikit lebih besar, (random control dan efektivitas dan efek yang merugikan setelah
aktif pada manusia dan untuk mengetahui double blind, intinya pengujian obat dilepas ke pasar dan dipakai oleh banyak
untuk mengetahui efektivitas zat aktif pada pasien acak dan tanpa ada pasien, pengujian ini dilakukan setelah
rentang dosis aman serta tersebut. (lebih fokus perlakuan khusus) untuk melihat mendapat ijin edar sementara. pengujian ini
profil farmakokinetiknya. pada khasiat/efek efektivitas dan kemungkinan dilakukan apabila tidak ditemukan efek yang
(lebih fokus pada farmakologi obat) timbulnya efek yang tidak merugikan yang cukup serius saat uji klinik fase I
keamanan obat) diinginkan. sampai fase III. Selama uji klinik fase IV harus
terus dipantau dan dimonitoring mengenai
(sampel 20-50 org) (Sampel 100-200 org) (sampel ≥ 500 orang) efek obat