Anda di halaman 1dari 18

STUDI KASUS

“Obat Publik”
Oleh :

1. Ni Made Suastini 114217585


2. Sirilus Deodatus Sawu 114217586
3. Mayke Tanis Joestiono 114217587
4. Tiffany 114217588
5. Tresia Lekal 114217589
6. Shelvy Anindya Devani 114217590
7. Elizabeth 114217591

PRAKTEK KERJA PROFESI (PKP) PEMERINTAHAN


PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS SURABAYA ANGKATAN 55
Jelaskan dengan singkat cara/metode
melakukan perhitungan obat

Metode Perhitungan Kebutuhan obat

Kebutuhan
obat

Metode Metode
Konsumsi morbiditas
Metode Konsumsi
Selama tahun 2016 (Januari – Desember) pemakaian paracetamol
tablet sebanyak 3.000.000 tablet untuk pemakaian selama 10
bulan. Pernah terjadi kekosongan selama 2 bulan. Sisa stok per 31
Desember 2016 adalah 150.000 tablet

Rumus
A = (B+C+D) – E
A = Rencana Pengadaan D. Waktu tunggu 3-6 bln
B = Pemakaian Rata-rata x 12 bulan E. Sisa Stok
C = Stok pengaman 10% - 20%
A
B
Pemakaian
rata-rata C
paracetamol Pemakaian
tablet paracetamol Stok
D
perbulan pada tahun 2016 pengaman
tahun 2016 (12 bulan) = Misal waktu E
300.000 20% x tunggu
3.000.000 (b+c+d) - E =
tablet x 12 = 3.600.000 diperkirakan (3.600.000
tablet / 10 =
tablet = Rencana pengadaan
300.000 tablet 3.600.000 4 bulan = 4 x tablet +
tablet 720.000 Paracetamol utuk tahun
tablet 300.000 720.000 tablet
tablet = + 1.200.000 2018
1.200.000 tablet + (b+c+d) - E = 5.520.000
5.520.000
tablet tablet) – tablet – 150.000 tablet =
150.000 tablet 5.370.000 tablet =
= 5.370.000
tablet
5.370.000 tablet = 5370
kaleng/botol @ 1000
tablet
Metode Morbiditas
Perhitungan masing-masing obat yang
diperlukan perpenyakit
Anak-Anak
Standar pengobatan dengan Amoksisilin adalah 10 mg/kg BB dalam
dosis terbagi 3 x sehari selama 14 hari. Jumlah episode 10.000 kasus.
Bila berat badan anak diasumsikan adalah 12½ kg. Jumlah maksimal
untuk satu episode adalah 12½ kg x 10 mg/kg BB x 3 x 14 hari = 5.250
mg.
Setiap botol mengandung= 60 mL/ 5 mL x 125 mg = 1.500 mg
Maka jumlah yang diperlukan = 5.250 mg/ 1.500 mg x 1 botol = 3½
botol.
Jumlah Amoksisilin sirup yang dibutuhkan untuk satu kasus = 3½ botol.
Jumlah Amoksisilin sirup yang dibutuhkan untuk 10.000 kasus = 10.000
x 3½ botol = 35.000 botol
Dewasa
Standar pengobatan dengan Amoksisilin adalah 500 mg dalam
dosis terbagi 3 x sehari selama 14 hari. Jumlah episode 12.000
kasus.
Jumlah yang dibutuhkan untuk satu kasus= 500 mg x 3 x 14
hari,
= 21.000 mg atau sama dengan 42 kaplet @500 mg
Untuk 12.000 kasus = 12.000 x 42 kaplet @500 mg = 504.000
kaplet
Jumlah kaplet per kemasan = 100 kaplet per kotak
Jumlah Amoksisilin yang dibutuhkan untuk 12.000 kasus.
= 504.000 kaplet /100 kaplet x 1 kotak = 5.040 kotak
Pengelompokan dan penjumlahan masing-masing obat
Amoksisilin kaplet 500 mg digunakan pada berbagai kasus penyakit.
Berdasarkan langkah pada butir a, diperoleh obat untuk:
• Stomatitis = 300.000 kaplet
• Sinusitis = 500.000 kaplet
• Pulpitis = 100.000 kaplet
• Periodontitis = 100.000 kaplet
• Leptospirosis = 50.000 kaplet
• Gangren Pulpa = 150.000 kaplet
• Faringitis Akut = 750.000 kaplet
• OMSK maligna = 504.000 kaplet
Total kebutuhan Amoksisilin 500 mg = 300.000 + 500.000 + 100.000 + 100.000 + 50.000
+ 150.000 + 750.000 + 504.000 = 2.454.000 kaplet
Jumlah kaplet per kemasan= 100 kaplet per kotak.
Jumlah kemasan = 2.454.000 kaplet/ 100 kaplet x 1 kotak =24.540 kotak
Berarti jumlah total kebutuhan Amoksisilin 500 mg untuk semua kasus tersebut adalah
24.540 kotak@100 kaplet.
Apa yang dilakukan petugas DINKES jika ditemukan
penyaluran obat keras dalam jumlah besar kepada toko
obat dan perorangan oleh PBF setelah dilakukan
pemeriksaan oleh Petugas Balai Besar POM Surabaya?
Pasal 15 ayat 1 penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan
Peraturan Pemerintah Republik hanya dapat dilakukan oleh :
Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 a. badan usaha yang telah memiliki izin sebagai penyalur dari
tentang Pengamanan Sediaan Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Farmasi dan Alat Kesehatan undangan yang berlaku untuk menyalurkan sediaan farmasi
yang berupa bahan obat, obat dan alat kesehatan

Pedagang Besar
Farmasi (PBF)

Permenkes Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi
Pasal 18 ayat 3 Permenkes Nomor Pasal 32 ayat 1
PBF dan PBF cabang tidak 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pengawasan terhadap
dapat menyalurkan obat Pedagang Besar Farmasi PBF dan PBF Cabang
keras kepada toko obat sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini
dilaksanakan oleh Kepala
Badan
Pasal 31 ayat 1
Pasal 34 ayat 4 Pemerintah, pemerintah
Kepala Dinas Kesehatan daerah provinsi, dan
Provinsi berwenang pemerintah kabupaten/kota
memberi sanksi melakukan pembinaan
administratif berupa secara berjenjang terhadap
peringatan, penghentian segala kegiatan yang
sementara kergiatan PBF berhubungan dengan
dan/ atau PBF Cabang, dan peredaran obat atau bahan
pencabutan pengakuan obat
PBF Cabang
Apa yang dilakukan petugas DINKES jika ditemukan
penyimpanan beberapa sediaan injeksi yang tidak
memenuhi ketentuan yang seharusnya disimpan
pada refrigerator namun disimpan pada suhu
kamar?

 Menurut Permenkes No 34 tahun 2014 tentang PBF, pada pasal 13


disebutkan bahwa “PBF dan PBF cabang hanya dapat mengadakan,
menyimpan dan menyalurkan obat dan/atau bahan obat yang memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan oleh menteri .
 Pada kasus ini, PBF telah melanggar ketentuan mengenai penyimpanan
sediaan injeksi yang seharusnya disimpan pada refrigerator.
Lanjutan........

 Menurut pasal 33 (1) “Pelanggaran terhadap semua ketentuan dalam


Permenkes No 34 tahun 2014 dapat dikenai sanksi administratif yang
dapat berupa (2) : Peringatan, Penghentian sementara kegiatan (paling
lama 21 hari kerja & harus dilaporkan kepada Direktur Jendral),
Pencabutan pengakuan atau Pencabutan izin.
 Sebagai petugas dinas kesehatan, dapat melaporkan pelanggaran
tersebut kepada Kepala Dinas kesehatan provinsi, dimana Kepala Dinas
berhak memberikan sanksi administratif berupa peringatan dan
penghentian sementara kegiatan PBF , dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi wajib melaporkan pemberian sanksi administratif kepada
Direktur Jendral dengan tembusan kepala badan dan Kepala Balai POM
(pasal 34).
Apa yang dilakukan petugas DINKES jika
ditemukan beberapa faktur penjualan tidak
dilengkapi dengan surat pesanan?
Jawab :
Menurut Permenkes RI No. Pasal 21 ayat (2)
1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Penyaluran harus
Pedagang besar Farmasi. dilakukan berdasarkan
surat pesanan yang
ditandatangani Apoteker
Pengelola atau Penanggung
Pasal 15 ayat (1) jawab Apotek.
PBF da PBF cabang harus
melaksanakan pengadaan,
penyimpanan, dan PENYALURAN
obat/bahan obat sesuai dengan
CDOB yang ditetapkan oleh
menteri.
Faktur tanpa
Surat Pesanan Pencabutan Izin PBF

Pemeriksaan

Dilihat dokumentasi Perbaikan dilakukan dalam


di PBF mengenai jangka waktu 1 bulan, jika
Pengadaan kesalah masih terus berlanjut
Penyimpanan, dan mak akan dikenakan SP2 dan
Penyaluran SP3
Dilakukan
penyelidikan PERBAIKAN
lebih lanjut
Dilakukan Pemberian SP
penyelidikan kemana Cek SP pertinggal
di sarana 1
saja obat yang tanpa
kefarmasian
SP tersebut apakah sesuai atau
disalurkan. tidak dengan
faktur yang ada di
PBF
Apa yang dilakukan petugas DINKES jika jumlah
fisik beberapa obat berbeda dengan yang
tercantum pada komputer?

 PBF dapat dikenakan sanksi administratif. Sanksi administratif dapat


berupa peringatan, penghentian sementara kegiatan, pencabutan
pengakuan, atau pencabutan izin (Pasal 33 ayat (2)).
 Sanksi ini diberikan karena pada kasus ini PBF tidak dapat memenuhi
ketentuan perundang-undangan, yakni dalam menjamin
terselenggaranya penyaluran obat dan bahan obat dengan baik (Pasal 32
ayat (2)).

Ketentuan : PERMENKES RI No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar


Farmasi
Tindakan

 Berdasarkan dasar Undang-Undang yang ada maka PBF


tersebut dapat diberikan sanksi administratif berupa
peringatan terlebih dahulu lalu setelah itu jika tidak
mendapat respon yang baik maka dapat dilanjutkan
dengan penghentian kegiatan sementara.

Anda mungkin juga menyukai