Anda di halaman 1dari 43

KEBIJAKAN NASIONAL

PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR
RPJMN I RPJMN II RPJMN III RPJMN IV
2005 -2009 2010 -2014 2015 -2019 2020 -2024

UPAYA KURATIF
VISI
MASYARAKAT
YG MANDIRI
UNTUK
HIDUP SEHAT
UPAYA PREVENTIF,
PROMOTIF
Arah pengembangan upaya pengendalian Diabetes Melitus sejalan dengan
arah pembangunan kesehatan, dari kuratif bergerak ke arah preventif,
promotif sesuai kondisi dan kebutuhan
UU No 36 Tahun 2009 pasal 158

UU No 36 Tahun 2009 pasal 159

UU No 36 Tahun 2009 pasal 160

UU No 36 Tahun 2009 pasal 161


Kondisi Maternal Penyakit Tidak Kecelakaan
Penyakit Menular
& Perinatal Menular
FAKTOR RISIKO
Penyakit Paru dan Obstruktif Kronik :
 1990 PPOK menempati urutan ke-6 sbg
penyebab utama kematian di dunia,
2005 telah menempati urutan ke-3.
(WHO)
 Penyebab Kematian yg disebabkan
penyakit saluran. pernafasan di
Indonesia berjumlah 109.700 orang
(menempati urutan ke-4 setelah China,
India & Amerika Serikat)
 Penyebab kematian karena penyakit
pernafasan PPOK, pneumonia & asma
termasuk kategori dua terbesar
(litbangkes, 2008)
2009
30,4 %

34,8 % orang dewasa merokok


KARAKTERISTIK HIPERTENSI DI INDONESIA
KARAKTERISTIK DIABETES DI INDONESIA

13
Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengendalian PTM
NO TARGET
1 Penurunan sekitar 25% seluruh kematian yang disebabkan oleh penyakit
kardiovaskular, kanker, Diabetes, penyakit paru kronik.
2 Penurunan sekitar 10% dari penggunaan alkohol yang berbahaya
3 Penurunan 10% angka prevalensi aktivitas fisik yang tidak memadai
4 Penurunan secara relatif 30% pada rata-rata populasi dalam asupan
garam/sodium
5 Penurunan 10% prevalensi penggunaan tembakau pada umur 15 tahun
ke atas
6 Penurunan angka prevalensi tekanan darah tinggi relatif sebesar 25%
7 Memberhentikan peningkatan diabetes dan kegemukan
8 50% orang mudah mendapatkan akses mendapat terapi obat dan
konseling meliputi kontrol glikemik untuk mencegah serangan jantung
dan stroke
9 80% populasi mendapatkan pelayanan teknologi dasar dan pengobatan
utama yang diperlukan dalam perawatan NCDs
SURVEILANS
Kebijakan berwawasan SEKTOR LAIN
Kesehatan UPAYA
PROMKES
KES

SIAGA
Peningkatan BERGAYA
Peran Serta HIDUP SEHAT FAKTOR
Penguatan RISIKO
PTM
Peran Masyarakat
Pemerintah
INSTITUSI PENDIDIKAN
PROFESI PKK DAN LAIN LAIN
PERSADIA
KLUB JANTUNG
MAJELIS TAKLIM/ SEHAT
KBIH
STRATEGI KOMPREHENSIF PENGENDALIAN PTM
• Berbasis survey PTM berkala (Riskesdas, Susenas, SDKI, survey
kematian, Survey Pasar dll)
• Berbasis Registri PTM (Hospital based)
SURVEILANS • Berbasis Fasilitas Kesehatan (SIMPUS, SIRS, Laboratorium)
PTM • Berbasis Litbangkes
• Evidence Based  Advokasi  Perencanan Pelaksanaan

• Promkes dan perlindungan ‘population at risk” PTM 


KTR, Kota Layak Anak, Keselamatan di Jalan, dll
• Regulasi Kesehatan  KTR, PERMENKES Garam-
gula-lemak
PROMOSI • Health in All Policy  Advokasi Pemda, Lintas Sektor,
KESEHATAN DPRD, dan Industri/Swasta(CSR)
• Penguatan Jejaring kerja-Kemitraan  “Triple ACs”
• Deteksi dan Tindak Lanjut Dini di Masyarakat
• Self Care Faktor Risiko PTM
• Respon cepat kegawatdaruratan PTM
BINA UPAYA • Yandas PTM terpadu di Puskesmas/Dokter
KESEHATAN Keluarga
• PAL , IVA + CBE
• Yan Rujukan PTM di Rumah Sakit
PTM
PTM PTM

PTM &

PTM
PTM
Permenkes No. 30 Tahun 2013
Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan
Lemak pada Pangan Olahan dan Siap Saji

Edukasi dan Pendidikan


Kesehatan Masyarakat
Pesan kesehatan :
tentang Diet dan Gizi
“Konsumsi Gula lebih dari 50 gr, Seimbang
Natrium lebih dari 2000 mg,
atau Lemak total lebih dari 67
gr per orang per hari berisiko Informasi
hipertensi, stroke, diabetes dan Pesan Nilai Gizi
Kesehatan
serangan jantung”
 SURVEILANS
 MASALAH MEROKOK
 GIZI
 AKTIFITAS FISIK
 MANAJEMEN PELAYANAN

28
ADVOKASI

 Mengintegrasikan pengendalian PTM ke dalam perencanaan


program kesehatan dengan memperhatikan aspek
determinan sosial kesehatan.
 Mengsosialisasikan bukti-bukti ilmiah yang menjelaskan
keterkaitan antara PTM dengan masalah pembangunan
lainnya seperti kemiskinan, pembangunan berkelanjutan dan
keamanan pangan.
 Meningkatkan kesadaran publik dan politik akan pentingnya
pengendalian PTM salah satunya melalui sosial marketing,
peran media, dan peliputan media secara bertanggung-
jawab.
 Menyediakan sumberdaya yang memadai secara
berkelanjutan untuk pengendalian PTM dengan alokasi
anggaran pemerintah yang memadai, pembiayaan yang
inovatif dan efektif, dan upaya terkait lainnya.
RENCANA AKSI NASIONAL
KEMITRAAN

 Memperkuat kebijakan dan perencanaan serta alokasi dana


terkait program multisektor untuk pengendalian PTM.
 Membentuk mekanisme kerjasama multi sektor yang efektif
untuk pengendalian PTM.
 Menciptakan kebijakan yang terintegrasi dan akuntabel untuk
implementasi kebijakan publik berwawasan kesehatan untuk
pengendalian PTM.
 Meningkatkan keterlibatan gerakan sosial dan
memberdayakan semua sektor terkait dalam upaya
menciptakan peran masyarakat secara luas dan sistematik
untuk mengatasi masalah PTM, serta faktor determinan
ekonomi dan lingkungan sosial terkait kesehatan yang
berkeadilan dan merata.
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN

 Memperkuat peran dan fungsi Unit Kerja Pengendalian


PTM di Pusat dan daerah melalui:
 Dukungan pakar, dan sumberdaya memadai,
 Kegiatan analisa kebutuhan
 Perencanaan dan pengembangan kebijakan
 Koordinasi multisektor
 Implementasi program dan evaluasi.
 Melaksanakan analisa kebutuhan secara berkala
termasuk health impact assessment untuk kebijakan
non kesehatan.
 Memperkuat kapasitas dan keterampilan tenaga
kesehatan
PENURUNAN PREVALENSI MEROKOK

 Mengatur 100% KTR di semua tempat kerja dalam ruangan,


angkutan umum, tempat umum dalam ruangan, dan yang
sesuai, tempat-tempat umum lainnya
 Memperingatkan masyarakat tentang bahaya merokok,
melalui kampanye media massa secara keras, luas, jelas,
terlihat dan terbaca
 Menerapkan larangan menyeluruh terhadap iklan rokok,
promosi dan sponsorship
 Menawarkan bantuan kepada orang-orang yang ingin
berhenti menggunakan rokok
 Mengatur isi dan emisi produk tembakau dan menuntut
produsen dan importir produk tembakau untuk
mengungkapkan informasi otoritas pemerintah tentang isi
dan emisi produk tembakau
PENGURANGAN PREVALENSI KONSUMSI ALKOHOL

 Mengadopsi dan mempercepat pelaksanaan strategi global untuk


mengurangi dalam menurunkan prevalensi konsumsi alkohol
 Mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan program nasional
dalam menurunkan prevalensi konsumsi alkohol yang cost effective
sesuai evidence based
 Meningkatkan cukai pada minuman beralkohol.
 Mengembangkan dan memberlakukan pembatasan yang
komprehensif dan larangan iklan dan promosi alkohol
 Membatasi tersedianya penjualan alkohol eceran
 Memperkuat kebijakan mengemudi dalam keadaan mabuk (drink-
driving) dan penanggulangannya.
 Mengontrol ketersediaan alkohol di pasar gelap
 Membangun layanan berbasis masyarakat dan fasilitas untuk
mengurangi dampak negatif dari minum dan intoksikasi alkohol
 Memperkuat sistem surveilans untuk memantau penggunaan alkohol
PROMOSI DIET SEHAT
DENGAN KONSUMSI TINGGI BUAH DAN SAYUR,
RENDAH LEMAK-GULA- GARAM

 Meningkatkan pelaksanaan Permenkes tentang Pencantuman


Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak seerta pesan
kesehatan pada pangan Olahan dan pangan siap saji
 Melaksanakan rekomendasi WHO dalam pemasaran makanan dan
minuman non-alkohol berkarbonisasi kepada anak-anak, termasuk
mekanisme pemantauan
 Menetapkan peraturan dan kebijakan fiskal yang mendorong
konsumsi buah dan sayur serta produk rendah kadar natrium, asam
lemak jenuh dan trans, dan gula
 Mempertimbangkan kebijakan ekonomi, termasuk pajak dan
subsidi, untuk meningkatkan keterjangkauan produk makanan sehat
dan untuk mencegah konsumsi pilihan makan kurang sehat
 Melaksanakan kampanye publik melalu media massa dan media
sosial tentang diet sehat
 Mempertimbangkan dimasukkannya diet sehat dalam kurikulum
sekolah dan perguruan tinggi
PROMOSI AKTIFITAS FISIK

 Mengadopsi dan menerapkan pedoman nasional tentang aktivitas


fisik untuk kesehatan
 Advokasi kepada perencana kota untuk merancang ruang publik
yang mendukung peningkatan aktivitas fisik
 Menetapkan undang-undang untuk memastikan pembangunan
perumahan baru menyediakan tempat yang aman untuk berjalan
dan bersepeda
 Melaksanakan pemasaran sosial untuk meningkatkan kesadaran
tentang manfaat aktivitas fisik
 Meningkatkan aktivitas fisik melalui kegiatan hidup sehari-hari,
serta melalui olahraga dan rekreasi
 Memasukan olah raga dan aktivitas fisik dalam kebijakan
pendidikan
PROMOSI PERILAKU SEHAT DAN
PENCEGAHAN PTM
 Menunjuk dan melatih fokal point di Kementerian Kesehatan
dan Kementerian Pendidikan untuk melakukan promosi
perilaku hidup sehat di sekolah
 Menetapkan promosi perilaku hidup sehat di sekolah dengan
pedoman pelaksanaan dan mekanisme pemantauan dan
evaluasi
 Melakukan lokakarya advokasi dan pelatihan untuk
mempromosikan perilaku sehat di sekolah-sekolah dan
tempat kerja
 Menetapkan promosi kesehatan di tempat kerja dan pedoman
pelaksanaan serta mekanisme pemantauan dan evaluasi
 Melarang penggunaan gula, garam dan lemak jenuh
berlebihan pada makanan yang dijual di kantin sekolah dan
tempat kerja
RENCANA KEGIATAN
PENGUATAN SISTEM KESEHATAN UNTUK
DIAGNOSIS DINI DAN TATA LAKSANA PTM
SERTA FAKTOR RISIKONYA

 Mengintegrasikan intervensi PTM berbiaya efektif ke dalam paket


pelayanan kesehatan dasar ( Revitalisasi Puskesmas dalam pelayanan
PTM).
 Mengembangkan kebijakan, pedoman dan protokol standar yang
terintegrasi, berbasis bukti untuk deteksi dini, manajemen dan
pengobatan melalui pendekatan pelayanan kesehatan dasar
 Memasukkan obat-obatan esensial dan teknologi khusus yang efisien
dan efektif khususnya untuk DM dalam daftar obat-obatan esensial
nasional dan teknologi medis
 Meningkatkan efisiensi dalam pengadaan dan akses terhadap obat-
obatan esensial DM ( Glibenklamide, Metformin dan Glipizide ) dan
teknologinya
 Mempromosikan pengadaan dan penggunaan obat generik untuk
pencegahan dan pengobatan DM dengan jaminan kualitas produk
generik yang terdaftar
 Memastikan ketersediaan teknologi life saving dan obat-obatan
penting untuk tatalaksana DM dalam kondisi emergency.
LANJUTAN
RENCANA KEGIATAN
PENGUATAN SISTEM KESEHATAN UNTUK
DIAGNOSIS DINI DAN TATA LAKSANA PTM
SERTA FAKTOR RISIKONYA
 Memperkuat sistem rujukan dalam pengelolaan pasien PTM
termasuk fasilitas kesehatan dan tenaga yang diperlukan
 Meningkatkan kapasitas pelayanan untuk pengobatan
pecandu alkohol
 Meningkatkan dan memfasilitasi akses masyarakat terhadap
upaya monitoring faktor risiko sebagai langkah pencegahan,
deteksi dan tindak lanjut dini
 Meningkatkan dan memfasilitasi akses pasien PTM terhadap
upaya pengobatan dan rehabilitasi
 Memfasilitasi akses (pengobatan dan rehabilitasi) pasien PTM
akibat pekerjaan, seperti kanker dan penyakit pernapasan
kronik, melalui kompensasi sesuai hukum internasional dan
nasional dan peraturan tentang penyakit akibat kerja
PENGUATAN TENAGA KESEHATAN

 Mendistribusikan tenaga kesehatan yang diperlukan untuk


mengatasi beban PTM saat ini serta rencana kebutuhan masa
depan terkait penuaan penduduk
 Mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan, dan
meningkatkan pengetahuan keterampilan serta memotivasi
tenaga kesehatan yang ada untuk menanggulangi PTM,
termasuk kondisi co-morbiditas pada umumnya
 Memasukkan pencegahan dan pengendalian PTM dalam
pelatihan semua tenaga kesehatan, profesi dan non-profesi
(teknis, kejuruan), dengan penekanan pada perawatan primer
 Mengembangkan karir tenaga kesehatan melalui penguatan
pelatihan pascasarjana, dengan fokus khusus pada PTM, di
berbagai professional.
 Menyediakan kompensasi dan insentif bagi pekerja kesehatan
di daerah terpencil dan kemajuan karir bagi staf non-
profesional
PENDEKATAN BERBASIS MASYARAKAT

 Mengembangkan dan menyebarkan pedoman untuk


monitoring dan evaluasi kegiatan berbasis masyarakat dalam
pencegahan dan pengendalian PTM
 Mengembangkan deteksi dan tindak lanjut dini serta
perawatan diri secara mandiri, melalui inovasi teknologi
informasi
 Menggunakan pendekatan partisipatif sepanjang kehidupan
berbasis masyarakat dalam merancang, melaksanakan,
memantau dan mengevaluasi program pengendalian PTM
 Mengembangkan pedoman deteksi dan tindak lanjut dini
serta perawatan diri secara mandiri pencegahan dan
pengendalian PTM dengan berbagai pemangku kepentingan
 Mendorong pembentukan koalisi dan membangun
masyarakat, kelompok pasien dan membangun kapasitas
SURVEILANS PTM

 Surveilans Berbasis kegiatan Posbindu PTM


 Surveilans faktor risiko DM terintegrasi dengan Diabetes Melitus
lainnya (obesitas, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, stres dll)
di Puskesmas
 Survey Kesehatan Berkala (Riskesnas)
 Registri DM terintegrasi dengan PTM Lainnya di fasilitas pelayanan
kesehatan
 Registri penyebab kematian (Dalam tahap pengembangan)
 Memperkuat sistem registrasi vital dan penyebab kematian.
 Mengintegrasikan surveilens faktor risiko PTM sebagai bagian dari
survey kesehatan nasional.
 Diseminasi hasil-hasil surveilens PTM secara luas kepada semua
stakeholder terkait

Anda mungkin juga menyukai