CRS CKD HT Anemia
CRS CKD HT Anemia
presentan :
Destya Suci Nuraeni
Ghaida Nurshafa R
Retno Fauziah
Preseptor :
Fitriandi., dr., SpPD
SMF Ilmu Penyakit Dalam
RSUD AL ihsan bandung
2018
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny I
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sadangsari
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : SMP
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk RS : 26 Juli 2018
Tanggal Pemeriksaan : 28 Juli 2018
KELUHAN UTAMA
Lemas Badan
ANAMNESIS
BB : 68 kg
TB : 157 cm
KEPALA
Rambut: tidak kusam, hitam, tidak mudah rontok
wajah: pigmentasi (-), jaringan parut (-), edema (-)
Mata: simetris, palpebra edema (-/-), konjunctiva
anemis (+), sclera icteris (-), pupil bulat isokor,
refleks cahaya +/+
Hidung: simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga: deformitas (-), luka (-), benjolan (-),
otorrhea (-)
Mulut: bibir lembab, perdarahan gusi (-), lidah
bersih, frenulum linguae icteric (-), faring hiperemis
(-), arcus faring simetris dengan uvula di tengah,
Tonsil : T1/T1
LEHER
Edema (-)
JVP 5+1 cmH2O, tidak terdapat
hepatojugular reflux
KGB tidak teraba
Trakea tidak deviasi
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Cor
Inspeksi:
• Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi:
• Iktus kordis teraba pada ICS V Linea midclavicula sinistra
Perkusi:
• Batas jantung:
• kanan ICS V linea parasternalis dextra
• kiri ICS V linea midclavicula sinistra
• atas ICS II linea mid clavicularis sinistra
Auskultasi:
• Suara jantung S1 dan S2 normal regular
• Murmur (-), gallop (-)
Pulmo Anterior
Inspeksi:
• Gerak dan bentuk simetris
• Warna kulit normal
• Jejas/kemerahan/jar.parut/spider naevi (-), deformitas skeletal (-)
Palpasi:
• Gerakan napas teraba simetris
• VF (+), kanan = kiri
• Sela iga tidak melebar
Perkusi:
• Sonor pada kedua lapang paru
• Batas paru hepar ICS VI Linea MidClavicular Dextra peranjakan
sekitar 1 sela iga
Auskultasi:
• VBS (+), kanan = kiri
• VR (+), kanan = kiri
• Ronchi -/-, wheezing -/-
Pulmo Posterior
Inspeksi Auskultasi:
• Gerak dan bentuk simetris • VBS (+), kanan = kiri
• Warna kulit normal • VR (+), kanan = kiri
• Ronchi -/-
Palpasi: • wheezing -/-
• Gerakan napas teraba
simetris Flank
• VF (+), kanan = kiri • Nyeri ketok CVA +/+
Perkusi:
• Sonor pada kedua lapang
paru
• Nyeri ketok CVA (-)
ABDOMEN
Inspeksi:
Datar, lembut
Auskultasi:
Bunyi Usus (+)
Palpasi:
Lembut,Hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Perkusi:
Tympani pada 4 kuadran
Pekak samping (-), pekak pindah (-)
Ruang traube kosong
EKSTREMITAS
ATAS BAWAH
Edema -/- Edema -/-
Palmar erithema (-) Palmar erithema (-)
Sianosis (-) Sianosis (-)
Liver nail (-) Liver nail (-)
Hiperpigmentasi (-) Hiperpigmentasi (-)
Hangat Hangat
Pucat (+) Pucat (+)
Capillary refill < 2 detik Capillary refill < 2 detik
• Neurologi
a. Gerakan : Simetris, kekuatan otot
tungkai 5/5, lengan 5/5
b. Tonus : Baik
c. Reflek
Fisiologis : KPR +/+, ATR +/+, BTR +/+
Patologi : Babinski -/-, Chaddok -/-
, Oppenheim -/-, Gordon -/-
• Kulit
Tidak pucat, sianosis (-), hiperhidrosis (-
), petechie (-), purpura (-), ekimosis (-)
DIAGNOSIS BANDING
Laboratorium:
- Darah rutin (Hb, Ht, Trombosit, Leukosit)
- Fungsi ginjal
- Elektrolit
- Glukosa darah sewaktu, puasa, HbA1c
- Urinalisis dan albumin urin
- Ferritin serum, TIBC, serum besi
Foto toraks
EKG
USG Ginjal
Pemeriksaan Penunjang
Tgl 25/07/2018 Tgl 26/07/2018
Hb : 4,1 g/dl Hb : 4,0 g/dl
Leukosit : 5920 sel/u Leukosit : 7800 sel/u
Eritrosit : 1,44 juta/mikroliter Eritrosit : 1,39 juta/mikroliter
Hematokrit : 12,2 % Hematokrit : 11,9 %
Trombosit : 149.000 Trombosit : 127.000
sel/mikrolitier sel/mikrolitier
Ureum : 39 mg/dl Ureum : 176 mg/dl
Kreatinin : 1,20 mg/dl Kreatinin : 8,32 mg/dl
GDS : 85
PT : 47
Tgl 29/07/2018
Hb : 8,4 g/dl
Leukosit : 5400 sel/u
Eritrosit : 3,07 juta/mikroliter
Hematokrit : 26,0 %
Trombosit : 115.000 sel/mikrolitier
EKG tgl 27/8/2018
Kesan :
Normal sinus rhythm
ST dan T-wave abnormal (lateral ischemia)
EKG tgl 30/8/2018
Kesan :
Normal sinus rhythm
DIAGOSIS KERJA
Tatalaksana umum
Tirah baring
Oksigen 2-4 L
Infus NaCl 0,9%
Pembatasan asupan protein dan fosfat
Edukasi kepada pasien tentang
penyakit, penyebab, gejala,
pengobatannya, dan komplikasi
Transfusi darah PRC
Lasix 10 mg 1 amp
Omeprazole
Captopril 3 x 12,5mg
Prognosis
P:
Infus NaCl 20gtt
Transfusi PCT 1 labu
Omeprazole 1x1
Ca Gluconase
Lasix 1 amp (post transfusi)
Follow up
S: os mengaku badan lemas dan nyeri kepala
30/7/2018
O:
KU: tampak sakit sedang
Kes: CM
TTV:
TD: 160/90 mmHg
PR: 62 x/min
S: 36,1° C
RR: 16 x/min
Abdomen acites (-), ekstremitas edema (-)
P:
Infus NaCl 20gtt
Transfusi PCT 2 labu
Omeprazole 1x1
Ca Gluconase
Lasix 1 amp (post transfusi)
Captopril 3 x 12,5mg
ANEMIA
Indonesia:
Anak prasekolah Anak : 30-40%
usia sekolah : 25-35%
Perempuan dewasa tidak hamil : 30-40%
Perempuan hamil : 50-70%
Laki-laki dewasa : 20-30%
Pekerja berpenghasilan rendah : 30-40%
Tabel 3.1 Kriteria Anemia Menurut WHO
Pendidikan kesehatan
Kesehatan lingkungan (pemakaian jambah,
perbaikan lingkungan kerja)
Penyuluhan gizi untuk mengkonsumsi makanan
yang membantu absorbsi besi
Pemberantasan dan pengendalian infeksi
cacing tambang
Suplementasi besi untuk penduduk yang
rentan
Fortifikasi bahan makanan dengan besi
Anemia Hemolitik Non Imun
Kadar hemoglobin kurang dari normal akibat kerusakan sel
Anemia eritrosit yang lebih cepat dari kemampuan sumsum tulang untuk
menggantikannya. Dapat terjadi karena: defek molekuler
Herediter
Acquired
Idiopatik
Faktor Risiko
Paparan
obat-obatan (kloramfenikol, fenilbutazon,
senyawa sulfur, emas, antikonvulsan)
bahan kimia
bahan toksik (radiasi, kemo)
Kehamilan
Infeksi virus/bakteri sebelumnya (EBV, Influenza,
Dengue, TB, CMV, HIV, Parvovirus, Hepatitis)
Fasciittis eosinofilik
Riwayat keluarga
Klasifikasi
Patofisiologi & Patogenesis
Hamil :
Esterogen +predisposisi genetik
Zat penghambat darah
Tidak ada perangsang hematopoiesis
Patofisiologi & Patogenesis
Darah Tepi :
Pansitopenia
Normokrom normositer
Granulosit & trombosit rendah
Limfositosis relatif
Leukosit muda / eritrosit muda bukan anemia aplastik
LED meningkat
Faal hemostasis : waktu perdarahan memanjang
Biopsi sumsum tulang : hiposelular
Tatalaksana
Terapi Konservatif
Ind : bukan berat; tdk ada donor; berat, >20th,
infeksi atau perdarahan(-), granulosit >200mm3
Terapi imunosupresif
Antithymocyte globulin (ATG)
ATGam 20mg/kg/hari (4 hari)
Thymoglobulin 3,5mg/kg/hari (5 hari)
Survival 10 tahun berkisar 70%. Pasien memiliki survival yang baik dan cukup stabil.
aktif.Mortalitas selama 5-10 tahun
sebesar15-25%.
Prognosis pada AIHAsekunder tergantung penyakit
yang mendasari
Anemia Hemolitik Autoimun TipeHangat Anemia Hemolitik Autoimun TipeDingin
Kortikosteroid : 1 - 1.5 mg/kgBB/hari. Dalam 2 Menghindarai udara dingin yang
minggu sebagian besar akan menunjukkan respon dapat memicu hemolisis.
klinis baik. Prednison dan splenektomi tidak banyakmembantu
Splenektomi. Bila terapi steroid tidak adekuat atau Chlorarnbucil2-4 mgthari
tidak bisa dilakukan tapering dosis selama 3 bulan, Plasmafaresis untuk mengurangi antibodi IgM secara
makaperlu dipertimbangkan splenektomi. teoritis bisa mengurangi hemolisis, namun secara
Imunosupresi. Azathioprin 50-200 praktik hal ini sukardilakukan.
mglhari (80
mg/m2), siklofosfamid 50- 150 mghari (60 mg/m2).
Terapi lain: Danazol 600-800
mg/hari. Biasanya danazol dipakai
bersama-sama steroid. Bila terjadi perbaikan,
steroid diturunkan atau dihentikan dan dosis
danazol diturunkan menjadi 200-400 mg/hari.
Terapi transfusi: terapi transfusi bukan merupakan
kontraindikasi mutlak. Pada kondisi
yang mengancam jiwa (misal Hb < 3 gldl)
transhsi dapat diberikan, sambal
menunggu steroid
dan immunoglobulin untukberefek.
Anemia Hemolitik Imun DiinduksiObat Anemia Hemolitik Autoimun karenaTransfusi
Gambaran klinis: riwayat pemakaian obat tertentu Eeaksi transfusi akut yang disebabkan karena
positip. Pasien yang timbulhemolisis ketidaksesuaian ABO eritrosit (sebagai contoh transfusi
melalui PRC golongan A pada penderita golongan darah 0 yang
mekanismehapten atau autoantibodi memiliki antibody IgM anti -A pada serum) yang akan
biasanya bermanifestasi sebagai memicu aktifasi komplemen dan terjadi hemolisis
hemolisi ringan sampai sedang. intravaskular yang akan menimbulkan DIC dan infark
Bila kompleks ternary yang berperan maka hemolisis ginjal. Dalam beberapa menit pasien akan sesak napas,
akan terjadi secara berat, mendadak dan disertai demam,nyeri pinggang, menggigil, mual, muntah, dan
gagal ginjal. Bila pasien syok.
sudah pernah terpapar
obat tersebut, maka
hemolisis sudah dapatterjadi
pada pemaparan dengan
dosis tunggal.
Laboratorium: anemia, retikulosis, MCV tinggi, tes
Coomb positip. Lekopenia, trombositopenia,
hemoglobinemia, hemoglobinuria sering terjadi
pada hemolisis yangdiperantarai kompleksternary.
Terapi: Dengan menghentikan pemakaian obat yang
menjadi pemicu, hemolisis dapat dikurangi.
Kortikosteroid dan transfusi darah dapat diberikan
pada kondisi berat
Chronic Kidney Disease
Definisi
Teori Kasus
= 65,56 ml/menit/1,73 m𝟐
Kriteria penyakit ginjal kronik
1. Kerusakan ginjla yg terjadi > 3 bulan, berupa
kelainan struktural atau fungsional, dengan atau
tanpa penurunan LFG, dengan manfes : kelainan
patologis, kelainan komposisi darah/urin, imaging
test.
2. LFG< 60 ml/menit selama 3 bulan, dengan atau
tanpa kerusakan ginjal
epidemiologi
•Glomerulonefritis 46,39%
•Diabetes melitus 18,65%
•Obstruksi dan infeksi 12,85%
•Hipertensi 8,46%
•Sebab lain 13,65%
Hipertensi
Diabetes melitus
Glomerulonefritis
Uropati obstruktif
SLE
Ameloidosis
Penyakit ginjal polikistik
Penggunaan obat-obatan (NSAID, antibiotika,
siklosporin, takrolimus)
klasifikasi
Aktifasi
Hiprfiltrasi
RAAS
Maladaptasi ( kapiler
rusak)
Gambaran Klinis
Gambaran Laboratoris
Gambaran Radiologis
• LFG 30%
mulai terjadi keluhan seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan
berkurang, penurunan berat badan
LFG< 30%
Tanda ureamia nyata : anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan
metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah, mudah terkena
infeksi (saluran cerna, saluran nafas, saluran kemih), gangguan
keseimbangan air (hipovolemia), gangguan kesembangan elektrolit (
natrium dan kalium).
LFG <15%
Timbul gejala yang berat dan komplikasi perlu terapi pengganti ginjal
a. Gambaran Klinis
Gejala
Faktor-faktor komorbid :
Gangguan keseimbangan cairan
Hipertensi yang tidak terkontrol
Infeksi traktus urinarius
Obstruksi traktus urinarius
Obat-obatan nefrotoksik
Bahan radiokontras
Peningkatan aktivitas penyakit dasar
3. Terapi memperlambat perburukan
(progression) fungi ginjal
Faktor utama terjadi perburukan fungsi
ginjal : hiperfiltrasi glomerulus
• Cegah uremic sydrome
• Cegah hiperfosfatemia
• Mengurangi hipertensi
intraglomerulus
Osteodistrofi
renal
Hiperfosfatemia
Terjadi pada 80-90% pasien CKD
Etiologi : defisiensi eritropoietin, defisiensi
besi, kehilangan darah (mis. perdarahan
saluran cerna, hematuri), hemolisis,
defisiensi asam folat, penekanan
sumsum tulang oleh substansi uremik,
proses inflamasi akut maupun kronik
Evaluasi saat kadar Hb ≤ 10 gr% atau Ht
≤ 30% : kadar serum iron, TIBC, ferritin
serum, sumber perdarahan, morfologi
eritrosit, kemungkinan adanya hemolisis.
Terapi : pemberian EPO, pemberian
transfusi
Sasaran Hb : 11-12 gr/dL
Tatalaksana :
1. Atasi Hiperfosfatemia
a. Pembatasan asupan fosfat
- rekomendasi : tinggi kalori, rendah protein,
rendah garam
- diet fosfat 600-800 mg/hari
b. Pemberian calcium mimetic agent
- hambat reseptor Ca pada kelenjar
paratiroid
- sevelamer hidrokhlorida
c. Pemberian pengikat fosfat
- hambat absorpsi fosfat di GI tract,
- garam kalsium : kalsium karbonat (CaCO3) dan
calcium acetat, aluminium hidroksida, garam
magnesium.
2. Pemberian hormon kalsitriol (1,25(OH)2D3)
- untuk mengatasi osteodistrofi renal
- efek samping :
- meningkatkan absorpsi fosfat dan kalsium
di GI tract penumpukan garam kalsium
karbonat di jaringan kalsifikasi
metastatik
- penekanan berlebihan terhadap kelenjar
paratiroid
- pemakaian pada pasien dengan kadar
fosfat darah normal dan kadar hormon
paratiroid (PTH) > 2,5 kali normal
Pembatasan cairan dan elektrolit
- untuk mencegah edema dan komplikasi
kardiovaskular
- cairan : 500-800 ml + jumlah volume urin
- pembatasan kalium (anjuran : 3,5-5,5 mEq/lt)
cegah hiperkalemia, dapat menyebabkan aritmia
jantung
- pembatasan natrium (anjuran : sesuaikan
dengan tingginya TD dan derajat edema yang
terjadi) mengendalikan hipertensi dan edema
Prognosis
• Umur Umur < 40 tahun mempunyai masa hidup lebih
panjang, mencapai 20 tahun. Sebaliknya umur lanjut > 55
tahun kemungkinan terdapat komplikasi sistem kardiovaskuler
• Saat rujukan Rujukan terlambat memberi kesempatan
timbul gambaran klinik berat seperti koma, perikarditis, yang
sulit dikendalikan dengan tindakan HD
• Etiologi lupus, amiloid, diabetes melitus, dapat
mempengaruhi masa hidup.
• Hipertensi
• Penyakit sistem kardiovaskular Penyakit sistem
kardiovaskular (infark, iskemia, aritmia) merupakan faktor
risiko tindakan HD.
• kepatuhan
Terima Kasih