Anda di halaman 1dari 49

Oleh: Karel Respati (2011730144)

Pembimbing: Dr. Fitri Agustina Hupsa, SP. F

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA


HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA LEHER
RSIJ TIMUR PONDOK KOPI
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA
HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA LEHER
RSIJ TIMUR PONDOK KOPI
2018
Toksikologi berasal dari kata Yunani, toxicos dan
logos

Toksikologi : Studi mengenai perilaku dan efek yang


merugikan dari suatu zat terhadap
organisme/makhluk hidup

Toksikologi Forensik : Penerapan toksikologi untuk


membantu investigasi medikolegal dalam kasus
kematian, keracunan maupun penggunaan obat-
obatan. Dalam hal ini, toksikologi mencakup pula
disiplin ilmu lain seperti kimia analitik, farmakologi,
biokimia dan kimia kedokteran.
 Berdasarkan Sumber
Tumbuhan, hewan, mineral
 Berdasarkan Tempat
Alam bebas, rumah tangga, pertanian,
laboratorium, makanan, obat
Racun dapat menimbulkan efek melalui:
 Lokal : Racun yang merusak kulit, terutama
berasal dari asam atau basa kuat
atau zat kimia lain.
 Sistemik : pada keracunan morfin, bisa terjadi
asfiksia, edema paru, depresi SSP,
bahkan kematian
◦ Lokal-Sistemik : bersifat kongestif terhadap
mukosa dan erosif terhadap tunika
muscularis GIT.
 Cara Masuk
 Usia
 Kondisi Tubuh
 Kebiasaan
 Fase Eskposisi : kontak suatu organisme dengan xenobiotika. zat
aktif melarut, terdispersi molekular di tempat
kontaknya. Sehingga zat aktif berada dalam keadaan
siap terabsorpsi menuju sistem sistemik.

 Fase Toksikinetik: bersama aliran darah atau limfe didistribusikan ke


seluruh tubuh dan ke tempat kerja toksik (reseptor).
Pada saat yang bersamaan sebagian molekul
xenobitika akan termetabolisme, atau
tereksresi bersama urin melalui ginjal, melalui
empedu menuju saluran cerna, atau sistem eksresi
lainnya.

 Fase Toksidinamik :interaksi antara tokson dengan reseptor (tempat


kerja toksik) dan juga proses-proses yang
terkait dimana pada akhirnya muncul efek
toksik/farmakologik.
Rantai proses pada fase kerja toksik dalam organiseme secara biologik
 Reaksi fase I
Mengubah melokol xenobiotika menjadi
metabolit yang lebih polar, melibatkan reaksi
oksidasi, reduksi, dan hidrolisis
 Reaksi tipe II
Jika tidak terjadi eleminasi pada fase I
Disebut juga reaksi konjugasi
Berfungsi untuk:
1. Analisa tentang adanya racun
2. Analisa tentang adanya logam berat yang
berbahaya
3. Analisa tentang adanya peptisida
4. Analisa tentang adanya obat-obatan
- Sifat Arsen : Arsen merupakan logam berat dengan
valensi 3 atau 5, dan berwarna metal
(steel-grey)
- Penggunaan Arsen : Selain sebagai racun tikus,
arsen juga digunakan sebagai herbisida,
pestisida, racun semut, bahan cat, keramik,
bahan untuk preservasi kayu dan penjernih
kaca (glass clarifier) pada industri elektronik
- Sumber Arsen:
 Tanah.
 Laut.
 Pertambangan.
 Keracunan AkutRasa terbakar didaerah
tenggorok, dengan rasa logam pada mulut
diikuti mual, muntah hebat, nyeri perut,
diare, kram otot, dan edema bagian muka.
 Keracunan KronikPigmentasi kulit
berwarna kuning coklat, lebih jelas pada
daerah flexor, perut sebelah bawah serta
pada aksila, keratosis pada telapak tangan
dan kaki.
Keratosis
Melanosis Arsenik
Pemeriksaan Forensik Keracunan Arsenik Akut
 Pemeriksaan Luar:
 Tanda-tanda dehidrasi.
 Pemeriksaan dalam:
 Tanda-tanda iritasi lambung, mukosa
berwarna merah, kadang-kadang dengan
perdarahan (flea bitten appearance)
 Pada jantung ditemukan perdarahan sub-
endokard pada septum. Histopatologik
jantung menunjukkan infiltrasi sel-sel radang
bulat pada miokard. Sedangkan organ lain
parenkimnya dapat mengalami degenerasi
dan bengkak keruh.
Pemeriksaan Forensik Keracunan Arsenik
Kronik
Pemeriksaan Luar:
• Gizi buruk.
• melanosis arsenik berupa pigmentasi kulit
yang berwarna kuning coklat, lebih jelas pada
daerah fleksor, putting susu dan perut
sebelah bawah serta pada aksila.
• Keratosis
• Fotofobia, malaise.
 Pemeriksaan dalam:
 Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas
-Insektisida adalah racun serangga yang banyak
dipakai dalam pertanian, perkebunan, dan
rumah tangga.

- Penyebab keracunan : Kecelakaan, percobaan


bunuh diri, dan pembunuhan.
 Hidrokarbon terkhlorinasi (chlorinated
hydrocarbon)
 Inhibitor kolinesterase, yang terbagi ke
dalam:
◦ Organofosfat
◦ Karbamat
 Golongan lain, yaitu:
◦ Barium
◦ Dinitrofenol
◦ Kresol
◦ Nikotin
◦ Tiosianat, dll
 Takaran toksik DDT pada manusia adalah 1
gram dan takaran fatalnya 30 gram.
 Takaran fatal pada binatang untuk aldrin 2-5
gram, dieldrin 2-5 gram, endrin 10 mg/kgBB,
chlordane 6 gram, lindane 15-30 gram,
methoxychlor 350-500 gram, toxaphene 2-7
gram.
 Takaran fatal untuk golongan organofosfat,
malathion 1-5 gram; parathion 10 mg/kgBB;
systox 100 mg; dan tetraetilpirofosfat 0,4
mg/kgBB.
 Takaran fatal untuk golongan karbamat, aldicarb
0,9 mg/kgBB dan propoxur 95 mg/kgBB.
Gas CO : gas yang tidak berwarna, tidak berbau
bila murni, namun sering terkontaminasi
sehingga tidak murni dan memiliki bau,
tidak merangsang selaput lendir, sedikit
lebih ringan dari udara sehingga mudah
menyebar

Sumber :
 Batu Bara.

 Bensin.
% Saturasi Gejala-gejala
COHb
10 Tidak ada gejala
10-20 Rasa berat pada kening, mungkin sakit kepala
ringan, pelebaran pembuluh darah subkutan,
dispnu, gangguan koordinasi
20-30 Sakit kepala, berenyut pada pelipis, emosional
30-40 Sakit kepala keras, lemah, pusing, penglihatan
buram, mual dan muntah, kollaps
40-50 Sama dengan yang tersebut di atas tetapi
dengan kemungkinan besar untuk kollaps atau
sinkop. Pernafasan dan nadi bertambah cepat,
ataksia
50-60 Sinkop, pernafasan dan nadi bertambah cepat,
koma dengan kejang intermiten, pernafasan
Cheyne Stokes
60-70 Koma dengan kejang, depresi jantung dan
pernafasan, mungkin mati
Pemeriksaan Forensik Keracunan CO
 Pemeriksaan Luar:
 Cherry Pink Colours
 Pemeriksaan dalam:
 Otak :

 Nekrosis halus dengan di tengahnya terdapat pembuluh


darah yang mengandung trombohialin dengan pendarahan di
sekitarnya, lazimnya di sebut ring hemorrage
 Nekrosis halus yang di kelilingi oleh pembuluh- pembuluh
darah yang mengandung trombin
 Ball hemorrgae yang terjadi karena dinding arterior menjadi
nekrotik akibat hipoksia dan memecah.

 Jantung : perdarahan dan nekrosis, paling sering di muskulus


papilaris ventrikal kiri.
Keracunan CO
-Sianida adalah bahan kimia yang mengandung
gugus cyan (C≡N) yang terdiri dari sebuah
karbon atom yang terikat ganda tiga dengan
sebuah atom nitrogen. Sianida secara
spesifik adalah anion CN-. Sianida dapat
berbentuk gas, cair, atau padat dan
berbentuk molekul, ion, atau polimer.

Sumber Sianida : kacang-kacangan, singkong (pada


daun dan akar), ubi jalar, butir jagung, rempah
rempah, tebu, kacang-kacangan (peas & beans.
Pada buah sianida ditemukan pada jeruk, apel, pear,
cherry, apricot, prune, plum).
 Inhalasi : Melalui pembakaran tidak
sempurna dari produk sintetis yang
mengandung carbon dan nitrogen, seperti
plastik.
 Kontak Langsung : Kontak langsung
hidrogen sianida dengan kulit menyebabkan
iritasi.
 Tertelan : Tertelan dalam bentuk garam
sianida sangat fatal karena sianida sangat
mudah terserap ke saluran pencernaan.
 Keracunan RinganSakit kepala, Hiperpnea,
gelisah, keringat banyak .
 Keracunan Berat  Hiperpnea, hilang
kesadaran, apnea.
Pemerikasaan Forensik
 Pemeriksaan Luar
Tercium bau almon yang patognomonik
Sianosis pada wajah dan bibir
Busa keluar dari mulut
Lebam mayat berwarna terang

Pemeriksaan dalam
Bau almon saat membuka rongga dada,
perut, otak, serta lambung.
Darah, otot, dan organ-organ dapat
berwarna merah terang
Korosi pada mukosa lambung dan berwarna
kecoklatan (keracunan garam alkali sianida)
-Narkotika adalah adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Opium
Morfin
Heroin
Kodein
Opiat Sintetik
Kokain
Ganja
 Korban merasa ngantuk yang semakin lama semakin
dalam dan berakhir dengan keadaan koma, terdapat
relaksasi otot-otot sehingga lidah dapat menutupi
saluran napas, nadi kecil dan lemah, pernapasan
sukar, irregular, pernapasan dangkal-lambat dan
dapat terjadi pernapasan Cheyne Stokes, suhu badan
turun, muka pucat, pupil miosis yang akan melebar
kembali setelah terjadi anoksia, tekanan darah
menurun hingga syok.
 Depresi pusat pernapasan
 Edema paru
 Syok anafilaktik terjadi akibat hipersensitifitas
terhadap morfin/heroin atau terhadap bahan
pencampuranya.
 Kematian pada pemakai narkotika dapat pula
diakibatkan oleh berbagai hal lain, seperti :
pemakaian alat suntik dan bahan yang tidak steril
sehingga menimbulkan infeksi, misalnya
pneumonia, endokarditis, hepatitis, tetanus,
AIDS, malaria, sepsis dan sebagainya. Bila cara
penyuntikan tidak benar, dapat terjadi emboli
udara.
Pemerikasaan Forensik
 Pemeriksaan Luar :
 Bekas-bekas suntikan,
 Pembesaran kelenjar getah bening setempat
 Lepuh kulit (skin-blister), biasanya pada kulit daerah telapak tangan dan kaki.
 Keluarnya busa halus dari lobang hidung dan mulut, yang mulanya berwarna putih
yang kemudian kemerahan (karena adanya autolysis).

 Pemeriksaan dalam :
 Kelainan paru akut. Perubahan awal(3 jam pertama) didapatkan edema dan
kongesti saja. Pada jangka waktu 3-12 jam didapatkan narcotic lungs. Menurut
Siegel, kelainan ini khas dan dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis.
 Perubahan lanjut. Terjadi lebih dari 24 jam. Paru menunjukkan gambaran
pneumonia lobularis difus, penampangnya tampak berwarna coklat kemerahan,
padat seperti daging dan menunjukkan gambaran granuler.
 Kelainan paru kronik berupa granulomatosis vaskular paru sebagai manifestasi
reaksi jaringan terhadap talk yang digunakan sebagai bahan pencampur, mungkin
pula akibat bahan yang tidak larut pada penggunaan parenteral. Pada mikroskopis
tampak gambaran kristal.
 Kelainan hati dapat berupa akumulasi sel radang. Derajat kelainannya tergantung
lamanya penggunaan narkotika. Pada pemeriksaan mikroskopik juga ditemukan
fibrosis ringan dan proliferasi sel-sel duktus biliaris.
Keracunan alkohol menyebabkan penurunan daya reaksi atau kecepatan,
kemampuan untuk menduga jarak dan ketrampilan mengemudi
sehingga cenderung menimbulkan kecelakaan lalu lintas di jalan,
pabrik dan sebagainya.

Sumber : Air tape, tuak, brem, hasil peragian


Beer (4-8% alc)
Anggur (10-20% alc)
Whisky, brandy, vodka (40-45% alc)
Rum (40-50% alc)
 Kadar dalam darah :
• < 30 mg/100cc: mudah terangsang / tulisan !
• 30 – 50 mg: kontrol diri, kecepatan reaksi,penglihatan
• 60 – 80 mg: penglihatan 3 dimensi,pendengaran,kons
• 80 – 100 mg: keracunan pusat vital
• 300 mg: fase narkose -> delirium halusinasi
• 400 mg: depresi SSP, kelumpuhan kardiorespirasi ->
• Dosis toksis -> kebiasaan minum (toleransi), sensitivitas
individual (ALDH 1), sinergisme dengan obat2an lain,
penyakit
Pemerikasaan Forensik
 Pemeriksaan Luar :
 Bau alkohol bukan merupakan diagnosis pasti
keracunan. Diagnosis pasti hanya dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan kuantitatif
kadar alkohol darah

 Pemeriksaan dalam :
 Seluruh organ menunjukkan tanda
perbendungan, darah lebih encer, berwarna
merah gelap. Mukosa lambung menunjukkan
tanda perbendungan, kemerahan dan tanda
inflamasi tapi kadangkadang tidak ada
kelainan.
Metil alkohol merupakan cairan jernih, tidak berwarna, dengan bau khas,
mempunyai titik didih 60 derajat Celcius.

Sumber : Air tape, tuak, brem, hasil peragian


Beer (4-8% alc)
Anggur (10-20% alc)
Whisky, brandy, vodka (40-45% alc)
Rum (40-50% alc)
 Rasa lemas, mual, muntah, sakit kepala,
sesak napas, dan sianosis. Mungkin pula
diikuti dengan delirium, kejang, kulit teraba
dingin, stupor, dan koma.
Pemerikasaan Forensik
 Pemeriksaan Luar:
 Pada pemeriksaan luar mungkin hanya
tercium bau khas dan tanda-tanda asfiksia
 Pemeriksaan dalam:
 Edema organ visera, perdarahan pada
permukaan paru, dan mukosa organ visera,
dan bintik-bintik perdarahan pada selaput
otak.
Histopatologi forensik adalah ilmu yang
mempelajari tentang penyakit, penyebab,
mekanisme dan perubahan-perubahanya
dilihat dari tingkat seluler.
 Sebagai investigasi tambahan utama dalam kasus di
mana pemeriksaan makroskopis gagal menghasilkan
patologi spesifik atau diagnostik yang menyebabkan
kematian.
 Untuk mengkonfirmasi dan memperbaiki diagnosis
makroskopik termasuk patologi insidental yang
diidentifikasi pada otopsi.
 Untuk mengkonfirmasi atau menolak diagnosis
antemoterm dan kecurigaan klinis.
 Mengevaluasi intervensi medis dan bedah untuk
mengaudit sistem kesehatan.
 Sebagai bentuk dokumentasi permanen tentang patologi
yang diidentifikasi pada otopsi.
 Sebagai sumber penting materi untuk pengajaran sarjana
dan pascasarjana kedokteran.
 Sebagai sumber penelitian.
Pada autopsi secara makroskopis seperti bronkopneumoni, infark
miokard, tuberculosis, atau tumor ganas mungkin tidak jelas atau
tidak didapatkan karakteristik secara komprehensif. Dalam kasus
seperti itu, histopatologi postmoterm dapat berkontribusi
terhadap evaluasi ini.

Miokarditis dengan infiltrasi limfositik ditandai di dalam


miokardium, disertai nekrosis serat miokard.
Gambaran mikroskopik :
Gambaran Makroskopis luka bakar Tepi dan dasar yang melepuh
listrik. karena luka bakar listrik.
Contoh kasus seorang pemuda 27 tahun ditemukan dalam
keadaan tidak sadar dan kemudian meninggal ketika tiba di
rumah sakit. Pada gambaran makroskopik autopsi
menunjukan ciri non-spesifik edema paru akut

Secara mikroskopik, kedua paru-paru tersebut menunjukkan multipel


granuloma, yang tersebar pada ruang perivaskuler dari parenkim paru-
paru pada penyalahgunaan zat via intravena.
Contoh kasus laki-laki 62 tahun, mengalami jaundice
setelah mengkonsumsi orlistat pada dosis 120 mg selama
periode 10 hari dalam upaya untuk menurunkan berat
badan

Pada pemeriksaan postmortem secara histologis didapatkan hilangnya seluruh


dari bentuk hepar yang normal dan adanya nekrosis hepatoselular yang masif.
Sehingga didapatkan kesimpulan pada kasus ini penggunaan obat orlistat dapat
menyebabkan hepatitis
o Toksikologi adalah studi mengenai perilaku dan
efek yang merugikan dari suatu zat terhadap
organisme/mahluk hidup. Dalam toksikologi,
dipelajari mengenai gejala, mekanisme, cara
detoksifikasi serta deteksi keracunan pada
sistim biologis makhluk hidup.
o Toksikologi Forenisik adalah penerapan ilmu
toksikologi untuk membantu investigasi
medikolegal dalam kasus kematian, keracunan
maupun penggunaan obat-obatan.
 Wirasuta, M. G, Analisis Toksikologi Forensik dan
Interpretasi Temuan Analisis, Indonesian Journal
of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1):47-55
 Bell, S. Forensic Chemistry. Pearson Education
Inc., 2006
 Budiawan. Peran Toksikologi Forensik dalam
Mengungkap Kasus Keracunan dan Pencemaran
Lingkungan. Indonesian Journal of Legal and
Forensic Sciences 2008; 1(1):35-39.
 Tsokos M., 2007, Forensic Pathology Review,
Humana Press, New Jersey, Hal:241-251.

Anda mungkin juga menyukai