Anda di halaman 1dari 18

EVIDENCE BASED MEDICINE

“TERBINAFINE 1% CREAM AND


KETOCONAZOLE 2% CREAM IN THE
TREATMENT OF PITYRIASIS VERSICOLOR: A
RANDOMIZED COMPARATIVE CLINICAL TRIAL”

Caesaredo Derza Polasa 1102011062


Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
SKENARIO

Tn. Y datang ke Poliklinik Umum Puskesmas Kecamatan


Cempaka Putih dengan keluhan terdapat bercak putih yang
terasa gatal pada daerah punggung sejak ±1 bulan yang lalu.
Dari hasil anamnesis, pasien belum pernah ada keluhan seperti
ini sebelumnya. Pasien mengatakan keluhan dirasakan saat
pasien sedang berkeringat. Pasien memiliki kebiasaan tidak
segera mengganti pakaian sesampai dirumah setelah bekerja.
SKENARIO
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan ditemukan
makula hipopigmentasi dan skuama halus pada punggung, bentuk
teratur, batas tegas tepi tidak menimbul dan kering. Dokter
kemudian mendiagnosa pasien dengan pityriasis versicolor. Pasien
kemudian diberikan Ketoconazole cream. Pasien kemudian
bertanya kepada dokter apakah Ketoconazole lebih efektif
dibandingkan dengan Terbinafine? Dokter kemudian melakukan
pencarian bukti ilmiah menggunakan metode Evidence Based
Medicine.
Pertanyaan (foreground question)
 Manakah obat yang lebih efektif dalam mengobati pityriasis
versicolor antara Ketoconazole dan Terbinafine?

Komponen PICO:
 Patient/population/problem : Pasien dengan pityriasis
versicolor
 Intervention/indicator : Pengobatan ketoconazole
 Comparison/control : Pengobatan terbinafine
 Objective/outcome : Terbinafine lebih efektif pada
pasien pityriasis versicolor
Pencarian Bukti Ilmiah:

 Type of question : Theraphy


 Type of study : Single blind, randomized
 Kata kunci : Pityriasis Versicolor AND Ketoconazole
AND Terbinafine
 Pemilihan situs : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
 Limitation : Last 5 years (2013-2018), free full text
 Hasil pencarian : 2 Artikel

Dipilih artikel berjudul :

“Terbinafine 1% Cream and Ketoconazole 2% Cream in the


Treatment of Pityriasis Versicolor: A Randomized Comparative
Clinical Trial”
REVIEW JURNAL : ABSTRACT
Objective: To make a comparison between terbinafine 1% cream
and ketoconazole 2% cream in the treatment of pityriasis
versicolor.

Methods: This randomized single blind study included 110


patients with clinical diagnosis of pityriasis versicolor and positive
mycological test for Malassezia furfur. The patients were randomly
assigned to two groups. Group 1 used terbinafine cream and group
2 applied ketoconazole cream on the skin lesions fortwo weeks.
Each group consisted of 55 patients. Clinical and mycological
examinations were performed at baseline, at the end of the 2nd,
4th and 8th week of starting the treatment regimens.
REVIEW JURNAL : ABSTRACT
Results: At the end of the 2nd week we achieved cure rates of 72%
and 64.3% for group 1 and group 2 respectively. At the end of the
4th week the respective cure rates for group 1 and group 2 were
81.2% and 69%, and at the end of the 8th week 70.8% of the
patients in group 1 and 61.9% of the patients in group 2 were
cured.

Conclusion: The results of this study showed no significant


statistical differences between the two groups in regard to cure
and recurrence rates. But the numbers of cured patients were
higher and recurrent cases were lower in group 1.
CRITICAL APPRAISAL: ARTIKEL
TERAPI
 Validity
Menentukan ada atau tidaknya randomisasi
dalam kelompok dan teknik randomisasi yang
digunakan
CRITICAL APPRAISAL: ARTIKEL
TERAPI
 Menentukan ada atau tidaknya pertimbangan dan
penyertaan semua pasien dalam pembuatan kesimpulan
 Mengidentifikasi lengkap atau tidaknya follow up
Follow up dilakukan pada seluruh pasien pada 2 kelompok dan
dilakukan pada akhir minggu 2, 4, dan 8.
CRITICAL APPRAISAL: ARTIKEL
TERAPI
Didapatkan lost to follow up 13 pasien pada kelompok yang
mendapatkan terapi Ketoconazole karena kurangnya kerja sama
dan 7 pasien pada kelompok yang mendapatkan terapi
Terbinafine karena iritasi kulit serta kurangnya kerja sama.
CRITICAL APPRAISAL: ARTIKEL
TERAPI
 Mengidentifikasi ada atau tidaknya analisis pasien
pada kelompok randomisasi semula
Ya, ada analisis pasien pada kelompok randomiasasi semula.
Didapatkan kriteria inklusi dan eksklusi pasien yang digunakan
dalam penelitian.
CRITICAL APPRAISAL: ARTIKEL
TERAPI
 Mengidentifikasi ada tidaknya blinding pada pasien,
klinisi, dan peneliti
Ya, pada penelitian ini digunakan metode single-blind dimana
salah satu pihak tidak mengetahui control atau obat yang
diberikan dalam penelitian ini.
CRITICAL APPRAISAL: ARTIKEL
TERAPI
 Menentukan ada atau tidaknya persamaan pada kedua
kelompok di awal penelitian
Terdapat persamaan pada kedua kelompok namun tidak
dilakukan penghitungan yang signifikan dari persamaan kedua
kelompok penelitian.
IMPORTANCE

1. Menentukan besarnya efek terapi

Obat Cured Not Cured Jumlah

Terbinafine 34 (a) 14 (b) 48

Ketoconazole 26 (c) 16 (d) 42

Total 60 30 90
IMPORTANCE

 Experimental event rate (EER) = 0,7


 Control event rate (CER) = 0,6

 RR (Relative Risk) = 1,1

 RRR (Relative Risk Reduction) = 0,14

 ARR (Absolute Risk Reduction) = 0,1

 NNT (Number Needed to Treat) = 10


IMPORTANCE

2. Menentukan presisi estimasi efek terapi (95%


CI)
 Standar error ARR (SEARR) = 0,1
 Upper limit of 95% CI for ARR (UARR) = 0,3
 Lower limit of 95% CI for ARR (LARR) = 0,1
 Upper limit of 95% CI for NNT (UNNT) = 10
 Lower limit of 95% CI for NNT (LNNT) = 3,3
 Confidence Interval 95% = 10 - 3,3
APPLICABILITY
1. Menentukan kemungkinan penerapan pada pasien
(spectrum pasien dan setting)

Pada kasus pasien usia 26 tahun dengan pityriasis versicolor, terapi


ini dapat diterapkan dan sesuai dengan kriteria dari pasien.

2. Menentukan potensi keuntungan dan kerugian bagi pasien

 Keuntungan :
Selama periode penelitian, tidak ditemuka komplikasi yang bermakna
pada pasien dengan penggunaan Terbinafine maupun Ketoconazole.

 Kerugian :
Harga Terbinafine lebih mahal dibandingkan dengan Ketoconazole.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai