Anda di halaman 1dari 78

Rehabilitasi

Kardiovaskuler
BUDIAWATI

Pusat Jantung Nasional


Harapan Kita Jakarta
PELAYANAN KESEHATAN ?
Definisi Rehabilitasi Kardiovaskuler

Sejumlah intervensi yg dibutuhkan untuk


memastikan kondisi terbaik dari fisik-psikologis-
sosial dan vokasional pasien penyakit jantung
akut maupun kronik dan diharapkan dgn
usahanya sendiri ,mencapai fungsi yg optimal di
masyarakat dan dpt melakukan pencegahan
sekunder
TUJUAN UMUM

Memulihkan penderita sesegera mungkin pada


kehidupan yang aktif dan produktif
Tujuan khusus
 Memulihkan penderita penyakit kardiovaskuler pada
keadaan fisiologis, psikososial dan vokasional secara
optimal

 Mencegah progresifitas proses aterosklerosis dan


atau mengupayakan regresi pada penderita penyakit
jantung koroner (PJK) yang berrisiko tinggi untuk
PJK

 Menghilangkan angina, menurunkan infark berulang


dan kematian mendadak
KERJA TIM :

1.Dokter ( Kardiolog)
2.Perawat
3.Fisioterafi
4.Pelatih fisik
5.Okupasi terafi
6.Penyuluh kesehatan
7.Psikolog
8.Dietisien
9.Farmasist
Indikasi
 Penderita pasca IMA, angina pektoris stabil, PJK
tanpa keluhan (silent ischemia), penderita dengan
faktor risiko koroner tinggi (hipertensi,
hiperkolesterolemia, DM, obesitas, merokok dan
inaktifitas)
 Pasca operasi by pass koroner (CABG)
 Pasca PTCA(PCI),
 Pasca bedah katup dan bedah korektif kelainan
jantung bawaan .
 Geriatri
 CHF,PAD
Kontra indikasi (exercise)
 AP tidak stabil (Unstable angina pektoris)
 Tekanan darah sistolik > 200 mmHg atau
tekanan darah diastolik > 100 mmHg.
 Penurunan tekanan darh sistolik yang
bermakna (20 mmHg atau lebih) dari tekanan
darah harian rata-rata yng dapat dikaitkan
dengan pengobatan
 AS moderate sampai berat
Kontra indikasi (lanjutan)
 Penyakit sistemik akut atau demam
 Aritmia atrial atau ventrikuler yang tidak
terkontrol
 Takhikardia yng tidak terkontrol (> 100
X/menit)
 Gagal jantung kongestif yng tidak
terkompensasi
 Blok AV derajat 3 tanpa pacu jantung
Kontra indikasi (lanjutan)
 Perikarditis atau miokarditis akut
 Emboli yang baru
 Trombophlebitis
 EKG istirahat menunjukkan depresi ST lebih
dari 3 mm
 DM yang tidak terkontrol
 Problem ortopedi yang tidak memungkinkan
Persiapan
 Penderita yng dirawat dirujuk oleh dokter yng
merawat atau yang bertugas
 Tidak ada kontra indikasi
 Telah terjadwal untuk program rehabilitasi
Pelaksanaan
 Tim rehabilitasi telah mengevaluasi keadaan
penderita sebelum memberikan program

 Lakukan stratifikasi risiko (risiko rendah,


sedang atau tinggi)

 Rehabilitasi dilaksanakan sesuai fase (I, II,


III)
Sasaran program
Sasaran program rehab fase I
 Untuk mengatasi akibat negatif tirah baring
(deconditioning), baik oleh karena sakit atau karena
tindakan pembedahaan.
 Lamanya bervariasi antara 3 – 14 hari( sesuai lama
rawat )
 Mampu melakukan daily activities (ADL) mandiri
 Menurunnya tingkat kecemasan pasien.
 Dipulangkan setelah melalui uji latih jantung dengan
beban (predischarge exercise test) sasaran penderita
mampu berjalan 1,5 Km ( 3 Mets ).
Sasaran program rehab fase II
(intervensi)
 Untuk mencegah progresifitas penyakit dengan
diberikan edukasi/reedukasi terhadap faktor risiko
koroner, evaluasi psikososial (tipe kepribadian),
vokasional (adaptasi terhadap pekerjaan yang sesuai)
maupun seksual (marital).

 Diharapkan dalam tempo 4 minggu dan paling


lama 8 minggu penderita telah mampu
menyesuaikan program, sasaran penderita mampu
berjalan > 2,4 Km dalam 30 menit (6 Mets) dan
mampu bekerja kembali
 Dahulu orang kembali kerja 2-3 bulan
setelah operasi. Sekarang telah diteliti:
2 minggu sudah mulai kerja: AMAN
 Pasien operasi, terlebih yg tidak pernah
serangan, dapat lebih cepat naik intensitas
latihannya

AMAN untuk mulai kerja sejak awal


Setelah satu bulan  treadmill:
-Untuk evaluasi kebugaran tubuh
-Untuk panduan program latihan selanjutnya
Uufff ….. Ayooo…
Belon, Bos ! Ooff… udah capek yaaah ??
Sasaran program rehab fase III
(pemeliharaan)
 Memelihara sekaligus mencegah progresifitas
malahan mencoba proses regresi, dengan
memberikan latihan terpadu (fisik, mental dan
pengaturan diet) dalam tempo 6 bulan
diharapkan proses regresi telah timbul
PROGRAM REHAB ?

1.Exercise
2.Edukasi
3.Counseling
4.Prev-sekunder
PANDUAN STRATIFIKASI RESIKO
Karakteristik tingkat risiko rendah
 Tidak ada komplikasi selama perawatan
 Tidak ditemukan tanda iskemia miokard
 Kapasitas fungsional > 6 Mets
 Fungsi LV normal ( EF > 50 % )
 Tidak ditemukan Aritmia Ventrikel yang
bermakna
Karakteristik tingkat risiko sedang
 Segmen Depresi ST > 2 mm, horizontal atau
downsloping.
 Defek Thalium yang reversible.
 Fungsi LV antara 35 – 49 %.
 Angina Pektoris yang baru.
Karakteristik tingkat risiko tinggi
 Infark yang baru dan luas ( > 35 % dari LV ).
 Fungsi LV yang jelek ( EF < 35 % ).
 Tekanan darah sistolik menurun atau tidak
bisa melampaui 10 mmHg saat uji latih,
berulang-ulang 24 jam setelah perawatan
 Kapasitas fungsional < 3 Mets dengan reaksi
hipotensif atau depresi ST > 1mm
EFEK IMMOBILISASI (Saltin)
Setelah 21 hari imobilisasi pd orang sehat:

 akan mengalami penurunan kapasitas


fungsional 20-25%
 sedangkan massa otot dan fungsi kontraksi
akan berkurang kekuatannya antara 10-15 %.
efek negatif fisiologis dari imobilisasi
lama terhadap sistim Kardiovaskuler
1. Berkurangnya massa, kekuatan dan
ketahanan otot.
2. Penurunan volume plasma dan darah
3. Penurunan volume ventrikel
4. Peningkatan hematokrit dan hemoglobin
5. Dapat terjadi statis vena
6. Peningkatan efek takhikardi saat istirahat
ataupun latihan ringan
7. Penurunan O2 uptake maximal
8. Penurunan Cardiac Output dan Stroke
Volume maximal
9. Peningkatan resiko Deep Vein Thrombosis
(DVT)
10. Peningkatan resiko hipotensi ortostatik
Efek negatif dr immobilisasi lainnya
1. Pada sistem Respirasi  Peningkatan
resiko atelaktasis dan emboli pulmonal.
2. Sistem muskuloskeletal
3. Sistem Integumen
4. Sistem Eliminasi
5. Sistem Urinaria
6. Psikologis
Manfaat fisiologis dari mobilisasi

1. Adaptasi morfologis

Dengan latihan yang teratur, miokard akan


menjadi hipertropi disertai peningkatan fungsi,
peningkatan ukuran arteri koroner dan
peningkatan jumlah serabut-serabut kapiler,
sehingga perfusi miokard akan meningkat.
2. Adaptasi hemodinamik
Terjadi perubahan hemodinamik secara
signifikan:
 Penurunan denyut jantung saat istirahat dan beban
kerja submaksimal,
 Penurunan tekanan darah,
 Peningkatan volume darah,

sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen


miokard.
3. Peningkatan kekuatan dan fungsi
otot rangka
a. Peningkatan metabolisme pemecahan laktat

b. Peningkatan enzim-enzim oksidatif


c. Terjadi perubahan instrinsik dari otot
rangka yaitu peningkatan jumlah
mitokondria, ukuran dan serabut-serabut
kapiler.
4. Perbaikan kapasitas latihan aerobik

Terjadi dalam waktu 3 bulan meskipun tanpa menjalani


latihan formal tetapi hanya melakukan aktivitas fisik
sehari-hari.

Hasil dari latihan formal dengan intensitas latihan


mencapai 65%-75% , ambilan oksigen meningkat
10%-30% setelah mengikuti latihan 3-6 bulan.

Latihan dengan kapasitas rendah dengan waktu yang


lebih lama juga akan meningkatkan ambilan oksigen.
5. Penurunan faktor resiko aterosklerotik

 Penurunan tekanan darah,


 penurunan berat badan,
 penurunan nilai kolesterol total dan LDL,
 peningkatan kadar HDL.
 Aktivitas yang teratur akan meningkatkan sensitivitas
insulin.

Hal ini akan lebih bermakna dengan modifikasi gaya


hidup misalnya:
 nutrisi yang tepat,
 berhenti merokok,
 menggunakan terapi obat sesuai yang dianjurkan dokter.
6. Penurunan emosi dan anxietas.

7. Peningkatan pelepasan EDRF


( Nitrik –Oksida)Vasodilator
Program rehabilitasi fase I dengan stratifikasi
risiko rendah, lamanya 7 hari
TK Latihan dengan Aktifitas CCU / Pendidikan,
Pengawasan Ruangan Aktifitas
Rekreatif
Gerakan aktif dan pasif dari anggota Merawat diri dengan Pengenalan
1 gerak di tempat tidur. bantuan.
Ruangan CCU.
Berikan ektensi pada tumit. Makan sendiri.
Hal-hal dirawat.
Ulangi pada jam-jam selanjutnya saat Kaki terjuntai di
pasien terjaga. samping. Alat-alat yang
Duduk di kursi 15 diperlukan
menit 1 – 2 sehari
Gerakan aktif seluruh anggota gerak. Duduk di kursi 15 – 30 Pengenalan kepada
2 menit 3xsehari. Tim Rehabilitasi.
Duduk di tepi tempat tidur. Program.
Merawat diri tanpa
Penilaian Psikologi.
bantuan. Bahan-bahan pendidikan.

Rencana pindah dari CCU.


Program rehabilitasi fase I dengan stratifikasi
risiko rendah, lamanya 7 hari
Latihan dengan Aktifitas CCU / Pendidikan,
Aktifitas Rekreatif
Pengawasan Ruangan

3 Latihan pemanasan 2 Met’s didahului Duduk di kursi dengan Anatomi dan fungsi
dengan senam (pergelangan otot). waktu yang tak terbatas. jantung normal.
Jalan pelan-pelan 2 x 50 Meter. Pindah ruangan dengan Proses aterosklerosis.
kursi roda, jalan di sekitar Serangan jantung.
kamar
Aktifitas 1 – 2 Met’s.

4 Senam peregangan. Sesuai dengan Faktor resiko koroner dan


kemampuan kapan saja
Jalan 2 x 100 Meter. cara mengatasi.
dapat meninggalkan
Belajar menghitung denyut tempat tidur.
Jalan ke kamar mandi,
ruangan kelas, tetapi
dengan pengawasan.
Program rehabilitasi fase I dengan stratifikasi risiko rendah,
lamanya 7 hari

TK Latihan dengan Aktifitas CCU / Pendidikan, Aktifitas Rekreatif


Pengawasan Ruangan

5 Senam 3 Met’s. Jalan ke ruangan Diet.


Mengecek hitungan. tunggu.
Kebutuhan energi.
Mencoba menaiki beberapa Jalan ke tempat
anak tangga. telepon. Pekerjaan yng memerlukan
Jalan 2x200 M bolak balik.
Jalan di gang rumah tangga 2 Mets.
sakit.
Aktifitas terdahulu dilanjutkan. Mandi sendiri. Serangan Jantung :
6 Turun Tangga (kembali dengan Dengan pengawasan ke Penanggulangan
lift). Obat-obatan.
ruang sendiri. Latihan.
Persiapan latihan dirumah.
Diet.
Operasi.
Mengatasi keluhan.
Keluarga, penyesuaian dengan keadaan rumah.
Aktifitas ruangan.
Program rehabilitasi fase I dengan stratifikasi risiko rendah,
lamanya 7 hari

TK Latihan dengan Aktifitas CCU / Pendidikan, Aktifitas Rekreatif


Pengawasan Ruangan

7 Aktifitas terdahulu di lanjutkan. Melanjutkan Rencana pulang.


Naik beberapa tangga. Obat-obatan.
Jalan 2 x 200 Meter. aktifitas terdahulu. Diet.
Latihan di rumah diteruskan.
Aktifitas fisik.
Program latihan berjalan Rencana rehab lajutan.
Jadwal test jantung.
Kembali kerja.
Pendidikan dan penyuluhan
preventif sekunder (berhenti
merokok, Dislipidemia, obesitas,
menurunkan berat badan, control,
hipertensi, DM, Stres dan tipe
kepribadian.)
FASE II ( Intervensi, 4 – 8 minggu ).
1. Konseling.
2. Latihan fisik ( 3 kali / minggu ) :
 Senam pemanasan, kalistenik.
 Program jalan dan sepeda statis disesuaikan
dengan hasil test treadmill.
 Latihan beban.
 Pendinginan / relaksasi terapi.
FASE II ( Intervensi, 4 – 8 minggu ).
3. Penyuluhan kesehatan ( terapi kelompok )
 Fisik dan Fisiologi.
 Mental dan penatalaksanaan stress.
 Pendidikan seksual dan keluarga.
 Vokasional.
 Prevensi sekunder.
4. Evaluasi ( Sasaran penderita mencapai 6 Met’s)
 Klinis.
 Diagnostik penunjang ( Non Invasif & Invasif
Fase III ( Pemeliharaan, 3 – 6 bulan ).
 Bagi penderita yang melanjutkan program
rehabilitasi di RSJHK
1. Konseling.
2. Latihan Fisik ( 3 kali / minggu ).
 Senam pemanasan, kalistenik, aerobik
 Jalan, joging, sepeda statis dengan program yang
disesuaikan dengan hasil ULJB.
 Latihan beban.
 Latihan diluar ( Out door ).
 Pendinginan / relaksasi terapi.
FASE III: Latihan
Di rumah atau lingkungan

 Latihan berdasarkan program


yang ditentukan
 Pantau latihan berdasarkan
denyut nadi & keluhan
• Faktor risiko (darah tinggi, kencing manis,
kolesterol, merokok, berat badan) dikontrol 
cek 2-3 bulan sekali
• Evaluasi treadmill 6 bulan
Fase III ( Pemeliharaan, 3 – 6 bulan ).

3. Penyuluhan Kesehatan ( terapi kelompok )


 Fisik dan Fisiologi
 Mental dan penatalaksanaan stress
 Pendidikan seksual dan keluarga
 Prevensi sekunder
Fase III ( Pemeliharaan, 3 – 6 bulan ).
 Penderita yang berlatih di luar RSJHK
 Dianjurkan bergabung dengan klub jantung dengan surat
keterangan / sertifikat program.
 Beban latihan disesuaikan dengan keadaan peserta,
umumnya antara 70 – 80 % dari beban tes yang dicapai.
 Untuk peserta usia lanjut cukup 60 – 70 % dari beban
test.
 Penderita dianjurkan secara berkala melakukan evaluasi
di instalasi rehabilitasi.
 Evaluasi ( Sasaran penderita mencapai 6 – 8 Met’s )
 Klinis.
 Diagnostik penunjang ( Non Invasif dan Invasif ).
Keuntungan melaksanakan program
rehab
1.Meningkatkan kapasitas fisiologis

a. Bertambahnya penampilan kapasitas fisik


b. Melambatnya denyut nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Menstimulus pembentukan kolateral
2. Keuntungan secara psikologis
a. Mengurangi/menghila
ngkan
anxietas/depresi
b. Menambah
kepercayaan diri (PD)
3.Keuntungan secara biokimia
a. Meningkatkan kolesterol HDL
b. Menurunkan kolesterol LDL
c. Menurunkan kolesterol total
d. Menurunkan trigliserida
e. Meningkatkan pengeluaran NO, yg bersifat
sebagai Vasodilator
4.Keuntungan secara sosial
ekonomi

a. Mengurangi frekuensi sakit dan absent dari


pekerjaan
b. Lama perawatan lebih pendek
c. Mengurangi biaya pengobatan
Aktivitas METs
Makan 1-2
Menyetir (tanpa stress) 1-2
Menyulam 1-2
Biliar 2-3
Mencuci piring 2-3
Masak 2-3
Berpakaian 2-3
Setrika 2-4
Cuci baju (mesin cuci) 4-5
Mandi (shower) 3-4
Merapikan tempat tidur 2-6
Membersihkan lantai 3-5
Membersihkan kaca 3-4
Menyapu dalam rumah 1 - 2.5
Menyapu luar rumah 4-5
Naik tangga 4-7
Mengecat 4-5
Mencangkul 9 - 10
Memindahkan perabot 4-8
Mencuci mobil 6-7
Belanja 2-3
Belanja bawa barang berat 1-7
Beberapa Keadaan Khusus
Pasien pasca operasi CABG
 Pre Operasi :
 Diberikan pre operasi
exercise:
latihan nafas dalam dan batuk
efektif serta aktif exercise
untuk extremitas
.
 Pengkajian awal : data
obyektif dan subyektif untuk
memprediksi hambatan yang
terjadi setelah operasi
sehingga akan
mempengaruhi program
rehabilitasi yang diberikan
Pasien pasca operasi CABG

 Pasca Operasi
 Mulai dilakukan rehabilitasi sesegera mungkin
apabila hemodinamik sudah stabil.
 Perhatikan pada jalan nafas apakah kemungkinan
adanya obstruksi atau retensi lendir.
 ROM dibatasi agar tidak menimbulkan rasa nyeri
yang berlebihan maupun komplikasi
Operasi Penggantian Katup.

Lebih diperhatikan pada kemungkinan terjadinya


pendarahan akibat pemberian obat anti koagulan.
Pasca operasi kongenital

 Rehab modifikasi
dengan mengajak
anak untuk bermain
dgn memperhatikan
luka operasi.

 Melibatkan orang tua


dalam memberikan
latihan pada anak.
Percutaneous Trans luminal
Coronary Angioplasty (PTCA)
 Tujuan :
 Memperhatikan patensi pasca PTCA tanpa
atau dengan STENT, mengingat angka
restenosis masih cukup tinggi.

 Indikasi: Semua pasien dengan PTCA.


Percutaneous Trans luminal
Coronary Angioplasty (PTCA)
 Persiapan :
 Program rehabilitasi diberikan langsung fase II.
 Diawali dengan six minute walk-test.
 Pasien diberikan program sesuai hasil test selama 1
minggu kemudian dilakukan ULJB untuk menilai secara
akurat keluhan subyektif maupun obyektif, perubahan
hemodinamik maupun EKG. Berdasarkan hasil test
tersebut program latihan maupun tindakan selanjutnya
(termasuk secondary prevention, pemeriksaaan thalium,
catheterisasi) ditentukan.
 Setelah satu bulan dievaluasi ulang seperti diatas.
Return to work
 Semua pasien yang mengikuti program
rehabilitasi diupayakan agar secepatnya
kembali aktif bekerja, oleh karena itu diatur
sbb :
 semua pasien rehabilitasi masih aktif bekerja
diberikan keterangan tertulis untuk disampaikan
kepada instansi dimana ia bekerja agar diberikan
ijin mengikuti program rehab.
 semua peserta rehabilitasi yang sudah mencapai
kapasitas fungsional > 5 Met’s sudah mampu
untuk kembali aktif bekerja di kantor
Pasien APS ( Angina Pectoris Stabil )
 APS Mild dilakukan Cardiac
Rehabilitation bertujuan untuk
mengoptimalkan terapi selama 3 bulan
dan akhir program dilakukan Treadmill
Test bertujuan mengevaluasi APS
APS Mild-moderate
 Dilakukan Program Cardiac Rehabilitation
jangka panjang dan merubah pola hidup.
 Apakah angina mempengaruhi aktifitas sehari-
hari, bila tidak dilanjutkan fase III Rehabilitasi.
 Bila angina mengganggu aktifitas sehari-hari
dilakukan PTCA
APS severe
 Dilakukan PTCA dan program Cardiac
Rehabilitation Post PTCA.
KASUS 1

Seorang pasien,Tn A.A. Usia 50 tahun,


dirawat di RSPJNHK karena dirujuk dari
RS M dengan Dx Medis APS,LM > 50%,
3VD ( berdasarkan hasil Cath) pro CABG.
Dengan EF 56%, pemeriksaan lab dbn,
kecuali kolesterol dislipidemia (+).?
Saat ini keluhan nyeri dada (-),
sesak(-),tanda vital dbn dengan obat-
obatan rutin yang diberikan. Pasien
mobilisasi dalam ruangan.(GP2). Dua(2)
hari sebelum operasi pasien dikonsulkan
rehab untuk dilibatkan program rehab
pre-post operasi CABG.

Bagaimana penatalaksanaan perawatan


rehab kardiovaskulernya?
Kasus 2
Seorang pasien laki-laki Tn Z, usia 46 tahun,
dirawat untuk yang ke 2x,dengan DX medis
CHF FC III-IV ec old ant-inf MCI,dengan
EF 25%,.Ku lemah, kes: CM, sesak napas(+),
cepat capek(+), mobilisasi di TT,dengan
posisi tidur semifowler. JPV + 4cmH2O,
paru: rokhi kasar +/+ minimal di kedua basal
paru, wheezing -/-, S1-S2 dbn, Gallop (-).,
extremitas : udema tungkai (+)minimal,
akral hangat, puls a.perifer(+),agak lemah,
reguler.TTV: TD 90-100/60 mmHg, N 96-
98x/mnt, P=26-28x/mnt. Produksi urin
0,5cc/kgBB/jam. EKG: SR, qrs rate
98x/mntQ(+) di I-, II-III-aVF, aVL,V1-
V4,PR intv 0,16 mm, gel P (N).,
Bagaimana penatalaksanaan rehab
kardiovaskuler ?
Thank you
COMPONENTS OF CARDIAC REHABILITATION
COMPONENTS OF CARDIAC
REHABILITATION
 Initial evaluation
 Management of lipid levels
 Management of hypertension
 Cessation of smoking
 Weight reduction
 Psychosocial management
 Physical-activity counseling and exercise
training
Initial evaluation
 Take medical history and perform physical
examination
 Measure risk factors
 Obtain electrocardiograms at rest and during
exercise
 Provide vocational counseling
 Determine level of risk
 Goal: formulation of preventive plan in
collaboration with primary care physician
Management of lipid levels

 Assess and modify diet, physical activity,


and drug therapy
 Primary goal: LDL cholesterol level <100
mg/dl
 Secondary goals: HDL cholesterol level >45
mg/dl, triglyceride level <200 mg/dl
Management of hypertension
 Measure blood pressure frequently at rest and during
exercise
 If resting systolic pressure is 130–139 mm Hg or diastolic
pressure is 85–89 mm Hg, recommend lifestyle
modifications, including exercise, weight management,
sodium restriction, and moderation of alcohol intake; if
patient has diabetes or chronic renal or heart failure,
consider drug therapy
 If resting systolic pressure is »140 mm Hg or diastolic
pressure is »90 mm Hg, recommend drug therapy
 Monitor effects of intervention in collaboration with
primary care physician
 Goal: blood pressure <140/90 mm Hg (or <130/85 mm Hg
if patient has diabetes or chronic heart or renal failure)
Cessation of smoking

 Document smoking status (never smoked, stopped


smoking in remote past, stopped smoking
recently, or currently smokes)
 Determine patient’s readiness to quit; if ready,
pick date
 Offer nicotine-replacement therapy, bupropion,
or both
 Offer behavioral advice and group or individual
counseling
 Goal: long-term abstinence
Weight reduction
 Consider for patients with BMI >25 or waist
circumference >100 cm (in men) or >90 cm (in
women), particularly if associated with
hypertension, hyperlipidemia, or insulin
resistance or diabetes
 Provide behavioral and nutritional counseling
with follow-up to monitor progress in achieving
goals
 Goals: loss of 5–10% of body weight and
modification of associated risk factors
Management of diabetes

 Identify candidates on the basis of the medical history and


base-line glucose test
 Develop a regimen of dietary modification, weight control,
and exercise combined with oral hypoglycemic agents and
insulin therapy
 Monitor glucose control before and after exercise sessions
and communicate results to primary care physician
 For newly detected diabetes, refer patient to primary care
physician for evaluation and treatment
 Goals: normalization of fasting plasma glucose level (80–
110 mg/dl) or glycosylated hemoglobin level (<7.0%) and
control of associated obesity, hypertension, and
hyperlipidemia
Psychosocial management

 Identify psychosocial problems such as


depression, anxiety, social isolation, anger, and
hostility by means of an interview, standardized
questionnaires, or both
 Provide individual or group counseling, or both,
for patients with clinically significant
psychosocial problems
 Provide stress-reduction classes for all patients
 Goal: absence of clinically significant
psychosocial problems and acquisition of stress-
management skills
Physical-activity counseling and
exercise training
 Assess current physical activity and exercise
tolerance with monitored exercise stress test
 Identify barriers to increased physical activity
 Provide advice regarding increasing physical
activity
 Develop an individualized regimen of aerobic and
resistance training, specifying frequency,
intensity, duration, and types of exercise
 Goals: increases in regular physical activity,
strength, and physical functioning, expenditure of
at least 1000 kcal per week in physical activity
Elements of Cardiac Rehabilitation.

Anda mungkin juga menyukai