Anda di halaman 1dari 38

Persediaan

Oleh : Muhammad Zainal Abidin SE, Ak, MM


Definisi, Klasifikasi
Definisi
Menurut Kiesso & Weygandt

Persediaan adalah aktiva perusahaan yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual
kembali dalam kegiatan normal perusahaan atau akan digunakan/ dikonsumsi
dalam produksi barang yang akan dijual

Klasifikasipersediaan
 Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan
 Perusahaan dagang hanya memiliki satu jenis persediaan yaitu persediaan
barang jadi.
 Perusahaan manufaktur memiliki 3 jenis persediaan, yaitu: persediaan bahan
baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi

POLITEKNIK NSC
Fungsi dan Manfaat Persediaan

Mengatasi risiko keterlambatan pengiriman

Mengatasi risiko kesalahan pengiriman

Mengatasi risiko kenaikan harga

Mengatasi ketergantungan pada musim

Mendapatkan keuntungan dari pembelian

Menjaga kelangsungan operasional perusahaan

POLITEKNIK NSC
Masalah Kepemilikan Barang
Barang sudah dicatat sebagai persediaan didasarkan pada hak
kepemilikannya. Penentuan perpindahan hak atas barang antara lain
timbul dalam keadaan:

Barang Barang
dalam yang
perjalanan dipisahkan

Barang Barang
konsinyasi Angsuran

POLITEKNIK NSC
Masalah Kepemilikan Barang
 Barang Dalam Perjalanan (Goods on Transit)
 FOB Shipping Point : hak atas seluruh muatan beralih ke
pembeli dengan pada saat pengiriman. Ketika barang dalam
perjalanan dimasukkan dalam persediaan si pembeli
 FOB Destination : hak tidak beralih sampai barang diterima
oleh pembeli. Ketika barang dalam perjalanan dimasukkan dalam
persediaan si penjual

 Barang yang dipisahkan


 Apabila melakukan pembelian tetapi pengiriman tidak dilakukan
sekaligus maka pembeli dapat mencatat pembelian dan menambah
persediaan barangnya.

POLITEKNIK NSC
Masalah Kepemilikan Barang
 Barang konsinyasi
 Sebelum barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan
pihak yang menitipkan (consignor) dan pihak yang menerima
titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang tersebut
sehingga tidak mencatat sebagai persediaan.

 Barang Angsuran
 Hak atas barang tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya
dilunasi.
 Penjual akan melaporkan barang tersebut dalam persediaannya
dikurangi dengan jumlah yang sudah dibayar.
 Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam
persediaannya sejumlah yang sudah dibayarkan

POLITEKNIK NSC
Metode Pencatatan Persediaan

Periodik Perpetual

1. Periodik  Nilai persediaan ditentukan secara periodic dalam kurun


waktu tertentu. Kurun waktu bisa 1 tahun atau hanya 1 bulan
2. Perpetual  Nilai persediaan selalu diperbarui sehingga perusahaan
bisa mengetahui nilai persediaan dan HPP setiap saat.

POLITEKNIK NSC
Metode Pencatatan Persediaan
Keterangan Periodik Perpetual

Pembelian barang Pembelian Persediaan


dagangan Utang Dagang/Kas Utang Dagang/Kas

Penjualan barang Kas/Piutang Usaha Kas/Piutang Usaha


dagangan Penjualan Penjualan
HPP
Persediaan
Penyesuaian pada akhir Persediaan akhir Tidak ada jurnal, kecuali dari
periode HPP perhitungan fisik ada selisih
Pembelian kurang maka jurnal:
Persediaan Awal Kerugian
Persediaan
Dari jurnal dapat dilihat :
1. Pada Metode Periodik, setiap terjadi pembelian dan penjualan nilai persediaan
tidak diperbarui. Nilai persediaan akhir diperoleh dari perhitungan fisik yang
dilakukan secara periodik.
2. Pada Metode Perpetual, nilai persediaan selalu diperbarui, sehingga
perusahaan bisa mengetahui nilai persediaan dan HPP setiap saat.
POLITEKNIK NSC
Pengakuan Harga Perolehan Persediaan

Gross Net
Method Method

Nilai persediaan adalah harga beli ditambah semua biaya pembeliaan dan
biaya lain yang membuat persediaan tersebut siap untuk digunakan.

Persediaan = Harga pembelian + Pajak (selain PPN) + Bea Masuk + Biaya


Angkut + Biaya lain yang dapat diatribusikan – Diskon Pembelian

POLITEKNIK NSC
Pengakuan Harga Perolehan Persediaan

Contoh perbandingan jurnal antara Metode Gross Method dan Net


Method sbb:

Pada tanggal 1 Maret 2014 PT Poltek NSC membeli persediaan secara


kredit senilai Rp20.000.000 dengan syarat pembayaran 2/10, n/30. Tanggal
5 Maret 2014 perusahaan melunasi hutang dagang sebesar Rp8.000.000,
sehingga nilai kas yang dibayarkan hanya sebesar Rp7.840.000 karena
sudah dipotong diskon. Pelunasan terakhir dilakukan pada tanggal 20
Maret 2008

POLITEKNIK NSC
Pengakuan Harga Perolehan Persediaan

Tanggal Metode Bruto Metode Bersih


(Gross Method) (Net Method)
1-Mar-14 Pembelian 20.000.000 Pembelian 20.000.000
Utang Dagang 20.000.000 Utang Dagang 20.000.000
(Mencatat pembelian kredit) (Mencatat pembelian kredit)
5-Mar-14 Utang Dagang 8.000.000 Utang Dagang 7.840.000
Diskon Pembelian 160.000 Kas 7.840.0000
Kas 7.840.000 (8jt-(8jt x 2%)
(Mencatat pelunasan pd periode (Mencatat pelunasan pd periode
diskon) diskon)
20-Mar-14 Utang Dagang 12.000.000 Utang Dagang 11.760.000
Kas 12.000.000 Beban lain-pembatalan
(Mencatat pelunasan utang di luar Diskon 240.000
periode diskon) Kas 12.000.000
(Mencatat pelunasan utang di luar
periode diskon)

POLITEKNIK NSC
Metode Penilaian Persediaan

FIFO

IDENTIFIKA
LIFO
SI KHUSUS

AVERAGE

POLITEKNIK NSC
Metode Penilaian Persediaan

 Perusahaan harus menentukan penghitungan persediaan yang relevan.


 Masalah : Harga persediaan per unit mengalami perubahan dari waktu ke
waktu.
 Contoh :
Perusahaan memiliki persediaan awal sejumlah 100 unit dengan nilai per unit
sebesar Rp 1.000.000, kemudian perusahaan tersebut melakukan pembelian
dan penjualan dengan data:
Pembelian :
 4 Okt 2014 ; 200 unit ; @Rp1.100
 6 Okt 2014 ; 100 unit ; @Rp1.200
Penjualan :
 5 Okt 2014 ; 60 unit
 7 Okt 2014 ; 60 unit

POLITEKNIK NSC
Metode Penilaian Persediaan FIFO

 Perhitungan HPP dari unit yang dijual berdasarkan harga beli persediaan yang
masuk paling awal, sedangkan persediaan akhir dihitung dari harga beli
persediaan yang masuk paling akhir dan belum terjual.
 Keuntungan FIFO adalah nilai persediaan akhir akan mendekati nilai beli saat
ini sehingga nilai persediaan akhir tidak akan memiliki selisih nilai yang besar
dengan nilai belinya.
 Kelemahan FIFO adalah dalam hal penandingan antara penghasilan dan beban
:
 Nilai penjualan saat ini tidak dikurangi dengan nilai HPP saat ini, tetapi
dari pembelian yang lama.
 Nilai pembelian saat ini akan mengurangi nilai penjualan suatu saat di
masa mendatang, dimana harga beli persediaan mungkin sudah jauh
berbeda.
 Secara teknis akan memberikan informasi laba kotor dan nilai persediaan
akhir yang bias.

POLITEKNIK NSC
Metode Penilaian Persediaan FIFO
FIFO Perpetual

Pembelian Penjualan Saldo


Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1-10 100 1,000 100,000
4-10 200 1,100 220,000 100 1,000 100,000
200 1,100 220,000
5-10 60 1,000 60,000 40 1,000 40,000
200 1,100 220,000
6-10 100 1,200 120,000 40 1,000 40,000
200 1,100 220,000
100 1,200 120,000
7-10 40 1,000 40,000 180 1,100 198,000
20 1,100 22,000 100 1,200 120,000

Maka:
Nilai persediaan akhir = Rp318.000 (198.000 + 120.000)
Nilai HPP = Rp122.000 (60.000 + 40.000 + 22.000) POLITEKNIK NSC
Metode Penilaian Persediaan FIFO
FIFO Periodik

Persediaan Awal 100 buah x Rp1.000 Rp 100.000


Pembelian 200 buah x Rp1.100 Rp 340.000
100 buah x Rp1.200
Yang tersedia untuk dijual Rp 440.000
Persediaan akhir (tersisa 280 buah) 180 buah x Rp1.100 (Rp 318.000)
100 buah x Rp1.200
HPP (terjual 120 buah) 100 buah x Rp1.000 Rp 122.000
20 buah x Rp1.000

FIFO perpetual dan FIFO periodik hasilnya sama, yaitu :


 Persediaan akhir = 280 buah
 Harga persediaan akhir = Rp318.000
 Unit yang terjual = 120 buah
 Harga unit yang terjual = Rp122.000

POLITEKNIK NSC
Metode Penilaian Persediaan LIFO
 Memiliki keselarasan penandingan antara pendapatan dan beban
 Penjualan saat ini berasal dari harga beli saat ini

LIFO Perpetual
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1-10 100 1,000 100,000
4-10 200 1,100 220,000 100 1,000 100,000
200 1,100 220,000
5-10 60 1,100 66,000 100 1,000 100,000
140 1,100 154,000
6-10 100 1,200 120,000 100 1,000 100,000
140 1,100 154,000
100 1,200 120,000
7-10 60 1,200 72,000 100 1,000 100,000
140 1,100 154,000
40 1,200 48,000
Maka:
Nilai HPP = Rp138.000 (66.000 + 72.000) POLITEKNIK NSC
Nilai persediaan akhir = Rp302.000 (100.000 + 154.000 + 48.000)
Metode Penilaian Persediaan LIFO

LIFO Periodik
Persediaan Awal 100 buah x Rp1.000 Rp 100.000
Pembelian 200 buah x Rp1.100 Rp 340.000
100 buah x Rp1.200
Yang tersedia untuk dijual Rp 440.000
Persediaan akhir (tersisa 280 buah) 100 buah x Rp1.000 (Rp 298.000)
180 buah x Rp1.100
HPP (terjual 120 buah) 100 buah x Rp1.200 Rp 142.000
20 buah x Rp1.100

LIFO perpetual dan LIFO periodik hasilnya tidak selalu sama, yaitu :
 Persediaan akhir = 280 buah (sama)
 Harga persediaan akhir = Rp298.000 (Rp302 untuk LIFO Perpetual)
 Unit yang terjual = 120 buah (sama)
 Harga unit yang terjual = Rp142.000 (Rp138.000 untuk LIFO Perpetual)

Tidak sama krn pd metode perpetual disesuaikan terus menerus, sedangkan


metode periodik tidak POLITEKNIK NSC
Metode Penilaian Persediaan AVERAGE

 Perhitungan unit terjual berdasarkan harga rata-rata dari persediaan yang masuk

Average Perpetual

Pembelian Penjualan Saldo


Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1-10 100 1,000.00 100,000
4-10 200 1,100 220,000 300 1,066.67 320,000
5-10 60 1,067 64,000 240 1,066.67 256,000
6-10 100 1,200 120,000 340 1,105.88 376,000
7-10 60 1,106 66,353 280 1,105.88 309,647
1.066,67 berasal dari (Rp100.000 + Rp 220.000)/300
1.105,88 berasal dari (Rp256.000 + Rp 120.000)/340

Maka:
Nilai HPP = Rp130.353 (64.000 + 66.353)
Nilai persediaan akhir = Rp309.647 POLITEKNIK NSC
Metode Penilaian Persediaan AVERAGE
Average Periodik
Persediaan Awal 100 buah x Rp1.000 Rp 100.000
Pembelian 200 buah x Rp1.100 Rp 340.000
100 buah x Rp1.200
Yang tersedia untuk dijual Rp 440.000
Persediaan akhir (tersisa 280 buah) 400 buah x Rp1.000 (Rp 308.000)
280 buah x Rp1.100
HPP (terjual 120 buah) 120 buah x Rp1.100 Rp 132.000

 Persediaan akhir 400 buah dg nilai persediaan Rp440.000 maka harga pokok
per unit = Rp1.100
 Total persediaan akhir = 120 buah x Rp1.100 = Rp132.000

Dengan menggunakan Metode Average maka perhitungan perpetual dan periodik


tidak sama hasilnya

POLITEKNIK NSC
IDENTIFIKAS
Metode Penilaian Persediaan I KHUSUS

 Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama


dengan arus biaya.
 Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap
kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri. Contohnya ponsel
merek A tipe 123 dibuatkan kartu persediaan sendiri.
 Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang
dijual, dan sisanya merupakan persediaan akhir.
 Metode ini dapat digunakan perusahaan yang menggunakan prosedur
pencatatan persediaan dengan cara periodik maupun perpectual.
 Tetapi karena cara ini menimbulkan banyak pekerjaan tambahan
maupun gudang yang luas maka jarang digunakan.
 Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang menjual
produk dengan harga mahal, jumlah dan jenis produknya terbatas.

POLITEKNIK NSC
IDENTIFIKAS
Metode Penilaian Persediaan I KHUSUS

Misalnya :
PT Poltek NSC mempunyai persediaan 5 buah kamus bahasa yang berbeda
dengan harga masing2 Rp10.000, Rp11.000, Rp12.000, Rp13.000 dan Rp14.000.

Jika kamus yang terjual adalah dengan kamus bahasa dengan harga perolehan
Rp13.000 maka HPP kamus bahasa tersebut adalah Rp13.000 dst

POLITEKNIK NSC
Metode Penilaian Persediaan

Perbandingan persediaan akhir dari 3 metode :

Perpetual
FIFO LIFO Average
Persediaan akhir 318,000 302,000 309,647
HPP 62,000 72,000 66,353

Jika terjadi inflasi atau kenaikan harga mana yang menghasilkan laba yang
lebih besar?

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Digunakan sebagai upaya mengatasi keterbatasan penilaian persediaan dan HPP
dengan menggunakan harga perolehan.

Metode LCM (Lower of


Cost or Market)

Metode Laba Kotor


(Gross Profit Method)

Metode Retail/Eceran
(Retail Inventory Method)

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Metode LCM
(Lower of Cost or
Market) - LCM

 Prinsip konservatisme, bahwa nilai persediaan adalah dinilai mana yang lebih
besar antara harga perolehan dengan harga pasar.
 Harga pasar adalah nilai realisasi bersih (Net Realizable Value – NRV)
 NRV adalah taksiran harga penjualan dikurangi taksiran biaya penjualan.
 Contoh :
 Harga perolehan persediaan Rp1.000
 Estimasi harga jual Rp1.200
 Estimasi biaya penjualan Rp300
 Maka nilai realisasi bersih (NRV) Rp900
 Nilai yang disajikan di Neraca adalah NRV bukan Harga perolehan
 Pada tahun berikutnya jika terbukti NRV > Harga Perolehan maka jumlah
penurunan nilai persediaan harus dijurnal balik. Jurnal balik tidak boleh
melebihi Harga Perolehan.

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan LCM

Contoh aplikasi, berikut merupakan persediaan PT Poltek NSC (dlm Rp000) :

Jenis NRV Harga LCM per unit persediaan?


Persediaan Perolehan LCM per jenis persediaan?
Meja Makan
- Tipe 1 10.500 9.000
- Tipe 2 15.000 16.000
- Tipe 3 19.800 19.000
Jumlah 45.300 44.000

Meja Komputer
- Tipe 1 1.010 1.000
- Tipe 2 1.480 1.450
- Tipe 3 2.510 2.600
Jumlah 5.000 5.050
POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan LCM

Alternatif 1
Jika mengunakan LCM per jenis persediaan  Rp49.000.000 (44jt + 5jt)

Metode pencatatan perpetual


HPP Rp50.000
Persediaan Rp50.000
(Rp49.050.0000 – Rp49.000.000 = Rp50.000)

Metode pencatatan periodik


Persediaan akhir Rp49.000.000
HPP Rpxxx  (berubah2)
Pembelian Rpxxx
Persediaan awal Rpxxx

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan LCM

Alternatif 1
Jika mengunakan LCM per item persediaan 
Meja Makan Rp43.000.000 (9jt + 15jt + 19jt)
Meja Komputer Rp 4.960.000 (1jt + 1.450.000 + 2.510.000)
Jumlah Rp47.960.000

Metode pencatatan perpetual


HPP Rp1.090.000
Persediaan Rp1.090.000
(Rp49.050.0000 – Rp47.960.000 = Rp1.090.000)

Metode pencatatan periodik


Persediaan akhir Rp47.960.000
HPP Rpxxx  (berubah2)
Pembelian Rpxxx
Persediaan awal Rpxxx

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Metode Laba Kotor
(Gross Profit
Method) -GPM

 Metode ini dilakukan karena keterbatasan dari cek fisik persediaan,


misalnya banyaknya cabang di banyak tempat

 Metode ini juga digunakan ketika persediaan yang telah tercatat


mengalami kebakaran di gudangnya atau rusak karena bencana lainnya
atau secara fisik barangnya tidak ada.

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan GPM

 Misal PT Poltek NSC tahun 2014 memiliki catatan persediaan awal


sebesar Rp30.000.0000, dengan pembelian selama tahun 2014 sebesar
Rp50.000.000. Untuk menghitung persediaan akhir, perusahaan
menggunakan metode Gross Profit. Adapun data penjualan selama
2014 sebesar Rp100.000.000 (nilai harga jual) Dengan rata-rata
Gross Profit sebesar 40% dari harga jualnya.

Persediaan Awal 30.000.000


Pembeliaan 50.000.000
Yang tersedia untuk dijual 80.000.000
Penjualan (berdasarkan harga jual) 100.000.000
Margin Penjualan (40% dr harga jual) 40.000.000
HPP/Barang yang terjual (Harga perolehan historis) (60.000.000)
Perkiraan persediaan akhir 20.000.000

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Metode
 Berdasarkan harga jual eceran Retail/Eceran
 Perusahaan harus meiliki data persediaan (Retail Inventory
dalam bentuk harga jual eceran Method) - Retail
 Tidak perlu melakukan penghitungan fisik
 Istilah-istilah dalam metode Retail:
 Harga eceran (retail) yaitu harga jual persediaan yang dimilik
 Mark Up yaitu kenaikan harga eceran
 Pembatalan Mark Up yaitu penurunan harga eceran setelah harga
tersebut dinaikkan, tetapi penurunannya maksimal sebesar mark
up
 Mark down yaitu penurunan harga eceran yang disebabkan oleh
berbagai hal misalnya barang yang rusak, kelebihan pasokan,
pengaruh kompetisi pasar ataupun sebab lain yang relevan
 Pembatalan Mark Down yaitu kenaikan harga eceran setelah harga
tersebut diturunkan, tetapi kenaikannya maksimal sebesar mark
down.
 Rasio harga pokok dan harga eceran, rasio ini digunakan sebagai
dasar untuk menghitung nilai persediaan akhir berdasarkan harga
eceran retail menjadi harga perolehan. POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail

Rasio Harga Pokok dan Harga Eceran dengan cara :


= Persediaan akhir berdasarkan harga perolehan x 100%
Persediaan akhir berdasarkan harga eceran

Metode penjualan eceran ini pada dasarnya dapat i=diimplementasikan dengan


2 pendekatan yaitu :
1. Harga Perolehan
Dalam pendekatan ini, persediaan akhir berdasarkan harga perolehan
dihitung dari persediaan akhir berdasarkan harga eceran dikalikan dengan
rasio harga pokok dan harga eceran setelah mark up dan mark down

Persediaan akhir = Persediaan akhir x Rasio Harga Pokok dan Harga Jual
(harga eceran) (harga jual eceran) (termasuk mark up dan mark down)

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail

Rasio Harga Pokok dan Harga Eceran dengan cara :


= Persediaan akhir berdasarkan harga perolehan x 100%
Persediaan akhir berdasarkan harga eceran

Metode penjualan eceran ini pada dasarnya dapat i=diimplementasikan dengan


2 pendekatan yaitu :
1. Harga Perolehan
Dalam pendekatan ini, persediaan akhir berdasarkan harga perolehan
dihitung dari persediaan akhir berdasarkan harga eceran dikalikan dengan
rasio harga pokok dan harga eceran setelah mark up dan mark down

Persediaan akhir = Persediaan akhir x Rasio Harga Pokok dan Harga Jual
(harga eceran) (harga jual eceran) (termasuk mark up dan mark down)

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail

 Yang membedakan keduanya adalah perhitungan rasio harga pokok dan


harga jualnya.
 Rasio Harga Perolehan > Rasio LCM karena mempertimbangkan mark
down
 Persentase yang lebih tinggi akan menyebabkan nilai persediaan akhirnya
lebih tinggi pendekatan LCM

POLITEKNIK NSC
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail
Harga Perolehan Harga Eceran

Persediaan awal 10,000,000 15,000,000


Pembelian 40,000,000 60,000,000
Tersedia dijual 50,000,000 75,000,000
Mark Up 5,000,000
Pembatalan Mark Up (2,000,000)
Total Mark Up 3,000,000
Tersedia dijual (stlh mark up) 50,000,000 78,000,000
Rasio Harga Pokok & Eceran
50jt/78jt x 100% = 64,1%
--> Pendekatan LCM
Mark Down 4,000,000
Pembatalan Mark Down (3,000,000)
Total Mark Down (1,000,000)
Tersedia dijual (stlh mark down) 50,000,000 77,000,000
Rasio Harga Pokok & Eceran
50jt/77jt x 100% = 64,93%
--> Pendekatan Harga Perolehan
Penjualan (45,000,000)
POLITEKNIK NSC
Persediaan akhir 32,000,000
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail

Jadi persediaan akhirnya adalah:


1. Pendekatan LCM
Persediaan akhir = 64,1% x 32.000.000
= 20.512.000

2. Pendekatan Harga Perolehan


Persediaan akhir = 64,93% x 32.000.000
= 20.777.600

POLITEKNIK NSC
Penyajian dan Pengungkapan

 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, misalnya


pemilihan metode penilaian persediaan apakah mengunakan FIFO, LIFO atau
yang lainnya.
 Jumlah nilai tercatat secara total atau menurut klasifikasi yang sesuai bagi
perusahaan, misalnya dengan menunjukkan nilai total persediaan dan nilai
persediaan berdasarkan tingkat penyelesaiannya.
 Jumlah tercatat persediaan yang dicatat menggunakan nilai pelepasan bersih.
Misalnya perusahaan bisa menyajikan di catatan laporan keuangan bahwa
persediaan mereka menggunakan harga perolehan dan sisannya menggunakan
nilai realisasi bersih
 Jumlah pemulihan atas penurunan nilai persediaan.
Penggunaan LCM akan memungkinkan terjadinya penurunan persediaan
dibawah harga perolehannya, pemulihan (meningkatkan kembali) nilai
persediaan diperbolehkan.
 Nilai persediaan yang dijadikan jaminan kewajiban.

POLITEKNIK NSC
POLITEKNIK NSC

Anda mungkin juga menyukai