DI SUSUN OLEH : DIKRI AKBAR ( 10070114047) M. SAEFULMILLAH (10070114041) Pengertian umum
Bauksit laterit merupakan suatu lapisan konkresi
yang kaya aluminium dan besi, berwarna kemerahan - kecoklatan akibat terkontaminasi oleh oksida besi, berpori dan terdapat di daerah tropis - subtropis. Bauksit relatif sangat lunak (1-3 Mohs), ringan (berat jenis 2,3-2,7 gr/cm3) dengan rumus kimia Al2 O3.2H2O bersistem oktahedral, dalam kelompok aluminium hidroksida seperti gibsit (Al(OH)), boehmit (γ- 3 AlO(OH))dan diaspor (α-AlO(OH)). Batuan Asal
Bauksit dapat bersumber dari batuan primer
(hidrotermal) maupun dari batuan sekunder (pelapukan). Keterdapatannya di permukaan bumi secara luas berasal dari batuan sekunder hasil proses pelapukan yang cukup kuat dan pelindian. Umumnya bauksit berasal dari syenit,lempung / serpih yang mengalami pelapukan dengan larutnya unsur Na, K, Mg dan Ca menjadi residuhidroksida alumina (Al(OH)) dan mengeras membentuk bauksit melalui proses dehidrasi. Endapan detrital terbentuk ketika bauksit dari jenis endapan lain mengikis dan membangun tempat lain. Genesa Endapan Bauksit
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung
unsur Al. Batuan tersebut antara lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral – mineral alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan pelapukan akan terakumulasikan. Pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik. Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi CEBAKAN BAUKSIT LATERIT DI DAERAH SEPILUK – SENANING,KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Faktor – Faktor Pembentukan Bauksit Laterit
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendapan
bauksit seperti yang disebutkan oleh Alcomin (1974), adalah sebagai berikut: Sumber batuan yang kaya akan unsur-unsur Al. Wilayah Sub tropis dengan lingkungan penguapan yang tinggi. Suhu harian rata-rata >25ºC. Topografi bergelombang. Daerah Stabil (old continental/stadium tua). Formasi batuan yang berada diatas mata air permanen. Beberapa faktor eksternal juga dapat mempercepat proses pelapukan seperti struktur geologi, frekuensi curah hujan dan suhu harian yang tinggi (daerah subtropis), dan juga asam organik. Yang terakhir ini berasal dari tanaman yang akan menurunkan pH tanah menjadi <4. Pada pH <4 dan pH>9 elemen Al2O3 akan dilepaskan, tetapi SiO2 hanya akan terlepas pada pH> 9 - pH 10. Karena pH normal air tanah adalah 7 maka pada kedalaman tertentu akan terjadi pelepasan Al2O3 dan SiO2, hal ini sudah tentu terkait dengan topografi yaitu pada kondisi slope yang pendek. Endapan Bauksit Laterit di Indonesia
Endapan bauksit laterit mengikuti sebaran batuan beku asam-
intermediet seperti yang terdapat di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat dimana daerah tersebut termasuk daerah ekuator beriklim tropis dan subtropis basah dengan intensitas hujan tinggi. Oleh karena itu, maka daerah tersebut termasuk daerah strategis untuk prospek cebakan sumber daya mineral dengan batuan beku asam- intermediet yang terletak pada daerah ekuator beriklim tropis dan subtropis basah dengan intensitas hujan tinggi yang dapat menjadi sumber pelapukan laterit. Metode Sampling
Metode penyelidikan untuk mengetahui ketebalan
bauksit laterit adalah dengan menggunakan sumur uji dengan cara channel sampling/paritan pada dinding sumur uji. TERIMA KASIH