Anda di halaman 1dari 77

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

(Elaeis guinensis Jacq)


 Kelapa sawit ( Elaeis guinensis Jacg )
Hasil utama  minyak (baik utk pangan atau
non-pangan)
minyak goreng, margarine, sabun, lilin,
kosmetik, bahan bakar
 Sejak 2012  Indonesia produsen CPO (crude
palm oil) terbesar dunia (50%)
 Luas 10 jt Ha
 Produksi 30 jt ton/thn
 Curah hujan tahunan 1.500 - 4.000 mm.
 Kelembaban rata-rata 75 %.
 Temperatur optimal 24 - 28oC.
 Ketinggian tempat yang ideal antara 1- 500 m dpl.
 pH tanah antara 4 – 6.
 Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah,
asalkan gembur, aerasi dan drainasenya baik,
permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup
dalam (80 cm), kaya akan humus dan tidak
mempunyai lapisan padas.
 Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik,
dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan
kelapa sawit.
 Kecepatan angin 5 - 6 km/jam  proses penyerbukan
a. Pengecambahan Biji
 Biji dipanaskan dalam germinator selama 60 hari dengan
suhu tetap 39oC dan kadar air 18%.
 Kemudian biji direndam dalam air mengalir selama 6 hari,
hingga kadar air naik menjadi 24%.
 Selanjutnya biji dikeringkan selama 3 jam dalam ruangan
yang teduh.
 Biji dimasukkan dalam kantong plastik ukuran 38 x 38 cm
sebanyak 500 biji, kemudian ditutup rapat
 Setelah 10-14 hari, biji mulai berkecambah.
 Biji yang belum berkecambah pada umur 30 hari tidak
digunakan
 Kecambah yang tumbuh normal dan sehat, warnanya
kekuning-kuningan, tumbuhnya lurus serta bakal daun dan
bakal akarnya berlawanan arah.
 Kecambah dipindahkan ke kantong plastik ukuran 14 x
22 cm dengan tebal 0,08 mm.
 Isilah polybag dengan tanah lapisan atas yang
dibersihkan dari kotoran dan dihancurkan sebelumnya.
 Lakukan penyiraman polybag sebelum penanaman
kecambah dan selanjutnya pada setiap pagi dan sore
setelah penanaman.
 Buatlah lobang tanam sedalam 3 cm.
 Buatlah naungan persemaian setinggi 2,5 m.
 Setelah bibit berumur 3 bulan dipindahkan ke dalam
polybag yang besar dengan ukuran 40 x 50 cm, tebal 0,2
mm.
 Penyiraman dilakukan dua kali sehari.
 Penyiangan 2 - 3 kali sebulan atau disesuaikan
dengan pertumbuhan gulma.
 Bibit tidak normal, berpenyakit dan
mempunyai kelainan genetis harus dibuang.
Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
 Pemupukan pada saat pembibitan sebagai
berikut :
Pupuk Makro
 15-15-6-4 Mgu ke- 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu
ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)
 12-12-17-2 Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 &
28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40
(20gr).
 12-12-17-2Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr);
minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)
 POC NASA Mulai minggu ke 1 – 40 (1-2cc/lt air per bibit
disiramkan 1-2 minggu sekali).
 Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER
NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol
SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan
larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk
tadi untuk penyiraman
 Lahan diolah sebaik mungkin, dibersihkan dari semak-
semak dan rumput-rumput liar.

 Buatlah lobang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm


atau 60 x 60 x 60cm, 2 minggu sebelum tanam dengan
jarak 9 x 9 x 9 m membentuk segitiga sama sisi.

 Tanah galian bagian atas dicampur dengan pupuk fosfat


sebanyak 1 kg/lobang.

 Lobang tanam ditutup kembali dan jangan dipadatkan.


Penentuan Pola Tanam :
 Pola tanam dapat monokultur atau tumpangsari.
 Tanaman penutup tanah (legume cover crop, LCC)
pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting
karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia
dan biologi tanah, mencegah erosi,
mempertahankan kelembaban tanah dan menekan
pertumbuhan gulma. Penanaman tanaman kacang-
kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah
persiapan lahan selesai.
 Legume (LCC = legume cover crop)
 Syarat : mudah diperbanyak (biji, stek),
perakaran dangkal, pertumbuhan cepat daun
banyak, tahan (pangkas, kering, naungan,
OPT), mudah diatur-tidak membelit, tidak
berduri, menyuburkan tanah
 Menjalar : diantara barisan tanaman,
pelindung tebing, bersifat permanen

 Pelindung perdu : di antara barisan sebagai


pagar, pupuk hijau, sementara
 Centrosema pubescens (CM)
 Pueraria javanica
 Calopoginium mucunoides (CP)
 Psopocarphus polustris
 Calopogonium caeruleum
 Desmodium ovalifolium
 Mucuna conchinchinensis
 Pueraria phascoloides
 Flemingia congesta
 Crotalaria anagyroides
 Tephrosia vogelii
 Caliandra callothyrsus (putih)
 C. tetragona (merah)
 Penanaman LCC secara campuran dari berbagai jenis
lebih menguntungkan dari pada hanya menggunakan 1
jenis LCC
 Seleksi LCC: dilakukan sebelum dilakukan penanaman,
 pengujian daya kecambah
 Tujuan seleksi LCC: mengetahui kemurnian dan
persentase pertumbuhan dari LCC sehingga akan
didapatkan pertumbuhan di lahan yang baik
 Tingkat pertumbuhan minimum beberapa jenis
kacangan: Calopoginium mucunoides (40%),
Calopogonium caeruleum (30%), Pueraria javanica (60%),
Mucuna conchinchinensis (75%)
 Apabila persentase pertumbuhan di bawah standar,
kebutuhan benih dapat ditambah secara proporsional
 Pada penanaman LCC secara campuran
kebutuhan benihnya sebagai berikut:
Calopoginium mucunoides (6 kg/ha), Pueraria
javanica (3 kg/ha), Mucuna conchinchinensis (2
kg/ha), dan Calopogonium caeruleum (0,5 kg/ha)
 Menahan pukulan hujan
 Menahan laju air limpasan
 Menambah N
 Menambah BO (memperbaiki sifat fisik,
kimia, biologi tanah)
 Melindungi permukaan tanah dari erosi
 Mengurangi pencucian unsur hara
 Mempercepat pelapukan barang sisa
LC/replanting
 Menekan pertumbuhan gulma
 Persaingan dengan tanaman pokok
 Mengganggu tanaman pokok
 Sebagai tempat bersarang tikus
 Kadang menjadi inang dari bakteri, virus, dan
jamur
 Perendaman benih dalam air hangat: dilakukan
selama 2 jam pada suhu 750C
 Direndam dalam larutan glycerin: selama 2 jam pada
suhu 600C
 Direndam dalam larutan asam (asam sulfat): selama
8-15 menit
 Penipisan kulit benih (skarifikasi)
 Supaya pertumbuhan dan perkembangan LCC
berlangsung dengan baik, sebelum benih di tanam
perlu diinokulasi menggunakan Rhizobium
 Ada beberapa jenis tanaman perkebunan yang habitat
aslinya di dalam hutan untuk memberikan hasil yang
tinggi perlu naungan sebagian, dengan pohon
pelindung
 Pohon pelindung : dalam barisan, melindungi
tanaman pokok atau tebing, pematah angin, bersifat
tetap, Albizzia falcata (sengon laut), Leucaena
glauca, L. leucocephala
 Pohon pelindung mengurangi intensitas cahaya dan
suhu, meningkatkan kelembaban udara dan
mempertahankan lengas tanah, menambah bahan
organik
Kriteria tanaman yang akan digunakan sebagai
pohon pelindung

1. Morfologi daun, tipe percabangan, ketahanan hama penyakit


2. Tumbuh cepat & mampu tumbuh pada tanah kurang subur
3. Tidak mengalami gugur daun pada musim tertentu
4. Tidak bersaing dalam kebutuhan air dan hara dengan tanaman
pokok
5. Tidak menjadi inang penyakit, tahan akan angin dan mudah
dimusnahkan
6. Sebaiknya dapat bernilai ekonomis
 Penanaman : tidak teratur atau teratur
 Penanaman teratur menggunakan jarak tanam
 Jarak tanam ditentukan berdasarkan ukuran
tanaman terutama diameter tajuk, tanaman
dapat menangkap cahaya matahari optimal
perlu juga mempertimbangkan diameter
perakaran
 Kelapa sawit ditanam dengan jarak tanam 9 m
x9m
 Jarak tanam ideal berbentuk segitiga samasisi,
penangkapan cahaya maksimal, populasi lebih
tinggi (jumlah tanaman 15% lebih banyak),
kelemahannya: sulit untuk penerapan
mekanisasi dalam kegiatan penanaman,
pemeliharaan, maupun pemanenan
 Tidak selalu operasional yang terbaik, bisa
bujur sangkar, untuk memudahkan
pemeliharaan atau segi empat, misalnya untuk
mekanisasi
Segi empat Segi tiga
Tabel . Hubungan jarak tanam, bentuk jarak
tanam, dan populasi tanaman
----------------------------------------------------------
Jarak tanam segi empat segi tiga
----------------------------------------------------------
6m 278 320
7m 204 236
8m 156 180
9m 123 143
-----------------------------------------------------------
 Ukuran lubang tergantung ukuran tanaman terutama daerah
perakaran
 Pada kelapa sawit ukurannya adalah: 60 cm x 60 cm x 40 cm
 Lubang dapat dibuat beberapa bulan sebelum penanaman agar
tanah dalam lubang mengalami perbaikan. Untuk daerah
dengan curah hujan tinggi sering tidak dapat karena tergenang
 Beberapa minggu sebelum penanaman lubang diisi campuran
tanah atas dan pupuk organik
 Saat penanaman tanah digali seukuran perakaran
 Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang
berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
Lapisan Lapisan
tanah atas tanah bawah

Pupuk Organik
 Masukkan bibit ke dalam lubang dengan hati-
hati dan kantong plastik dibuka.
 Lubang ditutup dengan tanah, tidak boleh
diinjak-injak agar tidak terjadi kerusakan.
 Bibit yang tingginya lebih dari 150 cm,
daunnya dipotong untuk mengurangi
penguapan.
 Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal
musim penghujan.
 Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan
teratur.
 Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag.
 Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam
lubang.
 Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam
pupuk kandang selama ± 1 minggu di sekitar perakaran tanaman.
 Segera ditimbun dengan galian tanah atas.
 Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter
air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki).
 Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun
cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol
SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan
larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan
induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
 Umpan tikus
 Pemberian mulsa dengan janjangan kosong
 Penyisipan
 Konsolidasi
 Sebagai tindakan pencegahan terhadap
serangan tikus
 Per pokok bibit diberi 2 butir umpan tikus, 1
butir diletakkan disebelah kiri pokok dan 1
butir lagi diletakkan di sebelah kanan pokok
 Pemberian umpan tikus selanjutnya
disesuaikan dengan kebutuhan
 Semua bibit yang baru ditanam di lahan harus
diberikan janjangan kosong (dosis 25 ton/ha)
 Janjangan kosong diletakkan disekitar
piringan bibit, dalam bentuk lingkaran
 Janjangan kosong yang digunakan haruslah
yang masih segar, yang diproduksi dalam
kurun waktu 2 minggu sebelum digunakan
 Penyisipan dilakukan secepat mungkin, tidak
boleh lebih dari 2 tahun setelah tanam
 Menggunakan bibit advaced planting material

Konsolidasi
 Pemeriksaan rutin terhadap tanaman sawit yang
miring atau roboh, kemudian ditegakkan kembali
 Lakukan penyulaman untuk mengganti tanaman yang
mati dengan tanaman baru yang seumur dengan tanaman
yang mati.
 Cadangan bibit untuk penyulaman terus dipelihara
sampai dengan umur 3 tahun dan selalu dipindahkan ke
kantong plastik yang lebih besar.
 Penyiangan gulma dilakukan 1 bulan sekali.
 Lakukan perawatan dan perbaikan parit drainage.
 Anjuran pemupukan tanaman belum menghasilkan
(TBM) seperti pada table 1.
 Sedangkan pemupukan tanaman menghasilkan (TM),
kebutuhan pupuk berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K,
Mg, Bo per Ha/tahun.
 Penyulaman dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan.
Populasi 1 hektar ± 135-145 pohon agar tidak ada persaingan
sinar matahari.

 Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

 Pemupukan
Anjuran pemupukan sebagai berikut :
 Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
a. Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah
busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk
(songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28
bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin
sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah
28-54 helai.
 Memotong bunga-bunga jantan
dan betina yang tumbuh pada
waktu tanaman berumur 12-20
bulan.
 Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang
berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia
atau serangga.
a. Penyerbukan oleh manusia, dilakukan saat
tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina
yang sedang represif (bunga betina siap untuk
diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga
represif adalah kepala putik terbuka, warna putik
kemerah-merahan dan berlendir.
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ).
Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan
biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium,
semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan
menggunakan baby duster/puffer.
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada
bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang
represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar,
bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar
15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.
Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian
diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi
mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian:
Semprot Pestona atau Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang
adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa
lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan
Pestona.
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium sp. Bagian diserang akar. Gejala:
bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi
pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air
irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan.
Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval
berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering.
Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan
dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah
mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering.
Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami
belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar
penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan
tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis ± 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di
campur Perekat Perata AERO 810, dosis ±5 ml (1/2 tutup)/tangki .
PEMANENAN KELAPA
SAWIT
 Kelapa sawit telah dapat menghasilkan pada
umur 30 bulan setelah tanam.
 Jumlah pohon yang dapat dipanen per hektar
sebanyak 60%.
 Dipilih tandan yang buahnya sudah masak
dengan tanda adanya sejumlah buah merah yang
jatuh (brondol ).
 Cara panen dengan memotong tandan buah.
 Pemanenan dilakukan 1 kali seminggu.
 Dodos untuk memanen kelapa sawit yang
memiliki ketinggian 2-5 m.
 Kapak siam untuk tanaman kelapa sawit yang
tingginya 5-10 m
 Egrek untuk memanen tanaman kelapa sawit
yang tingginya > 10 m
 Karung plastik untuk menampung tandan
sawit yang telah dipotong.
 Matang panen
 Cara panen
 Rotasi dan sistem panen
 Mutu panen
 Merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah
pada saat yang tepat.
 Ditentukan saat kandungan minyak max dan kandungan ALB (FAA)
minimal
 Terdapat beberapa kriteria matang panen untuk tanaman kelapa sawit :
 Berdasarkan umur tanaman
▪ tahun pertama paling sedikit terdapat 5 brondolan jatuh di piringan
▪ tanaman berumur < 10 tahun jumlah brondolan sekurang-kurangnya
ada 10 buah
▪ tanaman berumur > 10 tahun jumlah brondolan antara 15-20.
 Berdasarkan bobot tandan
▪ Tandan dengan bobot 6-8 kg paling sedikit terdapat 8 brondolan
▪ Tandan dengan bobot 8-15 kg paling sedikit terdapat 15 brondolan
▪ Tandan dengan bobot > 15 kg paling sedikit terdapat 20 brondolan
▪ Berdasarkan tinggi tanaman dikenal 3 cara panen yaitu cara jongkok
(pada tanaman dgn tinggi 2 – 5 m, alat dodos), cara berdiri (pada
tanaman dengan ketinggian 5-10 m, alat kapak siam), cara panen
egrek (tanaman > 10 m, alat arit bergagang panjang).
▪ Pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan
diatur rapi di tengah gawangan.
▪ Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan
pangkalnya, max 2cm
▪ Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur di piringan dan
berondolan dikumpulkan terpisah dari tandan
▪ Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain.
Proporsi kotoran tidak lebih dari 3% dari berat tandan.
▪ Tandan buah dan brondolan dikumpulkan di TPH.
Gambar . Pemanenan tandan buah sebaiknya dipotong sedekat mungkin dengan
pangkal buah
 Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara
panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat
yang sama.
 Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak lewat
matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7.
Artinya, dalam satu minggu terdapat 5 hari panen dan
masing-masing ancak panen diulangi (dipanen) 7 hari
berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu
sistem giring dan sistem tetap.
•Sistem giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai panen, pemanen
pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, begitu
seterusnya. Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen
dan hasil panen lebih cepat sampai di TPH dan pabrik. Namun, ada
kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen
sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal karena
pemanenannya menggunakan sistem borongan.

•Sistem tetap
Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit,
topografi berbukit dan curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada
sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu atau tidak berpindah-
pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang
optimal. Rendemen minyak yang dihasilkannya pun tinggi. Namun,
kelemahan sistem ini adalah lebih lambat keluar sehingga lambat juga
sampai ke pabrik.
Fraksi Jumlah brondolan Tingkat kematangan
00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1 – 12,5%, buah luar membrondol Mentah

1 12,5 – 25%, buah luar Kurang matang


membrondol
2 25 – 50%, buah luar membrondol Matang I

3 50 – 75%, buah luar membrondol Matang II

4 75 – 100%, Lewat matang I


buah luar membrondol
5 Buah dalam juga membrondol, Lewat matang II
ada buah yang busuk
 Jenis dan umur tanaman
 Iklim di lingkungan
 Hama dan penyakit
 Kultur teknis
 Pemanenan
 Sarana jalan dan transportasi
Gambar . Tandan buah kelapa sawit yang telah dipanen siap dibawa ke TPH
Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat
kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal, baik itu pada
sistem blok maupun pada sistem group.
Tujuannya untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang
panen. Sebagai contoh, kerapatan panen 1 : 5, artinya setiap 5 pohon
akan ditemukan minimal satu tandan yang matang panen. Kerapatan
panen ditentukan satu hari sebelum panen buah. Dengan demikian
penentuan kerapatan panen lebih akurat
Produksi rata-rata 1 siklus (umur 3 – 25 tahun) untuk setiap kelas
keadaan tanah dengan bahan tanaman Tenera

Baik Sedang Kurang baik Tidak baik


Keadaan tanah (kelas 1) (kelas 2) (kelas 3) (kelas 4)
Produksi tandan rata-rata
24 22 20 18
(ton/ha/th)
Produksi tandan puncak (ton/ha/th)
30 27 25 22

Rendemen minyak rata-rata (umur


22 22 22 22
8 -13 tahun) %
Produksi minyak (ton/ha/th) 5,4 4,9 4,5 4,1
Produksi puncak minyak
6,9 6,2 5,8 5,1
(ton/ha/th)
Rendemen minyak inti rata-rata
3,1 3,1 3,1 3,1
(umur 8 -13 tahun) %
Produksi inti (ton/ha/th) 0,8 0,7 0,7 0,6
Produksi minyak + inti (ton/ha/th) 6,2 5,6 5,2 4,7
Produksi puncak minyak + inti
8,0 7,1 6,7 5,9
(ton/ha/th) umur 8 -13 tahun
 Penanganan segera setelah panen

 Prosesing
Penanganan segera setelah panen

 Di lapangan, hasil panen ditampung dalam karung plastik


yang dilapisi dengan goni atau gedek agar tandan buah segar
tidak kotor atau berpasir.

 Tandan yang telah dipanen harus dihadapkan ke arah jalan


panen. Tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) disusun 5
– 10 tandan/baris, gagang menghadap ke atas. Pada pangkal
gagang agar ditulis nomor pemanen.

 Selanjutnya harus diusahakan agar pelukaan buah seminimal


mungkin, baik waktu memotong, membawa ke TPH maupun
mengangkut ke truk serta menjaga agar buah tidak terlalu
kotor terkena tanah atau debu.

 Tandan buah segar (TBS) harus segera diangkut ke pabrik


untuk diolah
Gambar . Pengangkutan TBS ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin
agar tidak terjadi penurunan hasil.
Gambar. TBS yang sudah tiba di pabrik segera ditimbang sebelum diproses
lebih lanjut.
Hasil rendemen dan ALB akibat lamanya penginapan brondolan

Lamanya Rendemen minyak ALB


menginap terhadap buah (%) (%)
(hari)

0 50,44 3,90

1 50,60 5,01

2 50,73 6,09

3 48,66 6,90
 Perebusan TBS
 Perontokan dan pelumatan buah
 Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit
 Pemurnian dan penjernihan kelapa sawit
 Pengeringan dan pemecahan biji
 Pemisahan inti sawit dari tempurung
Produksi dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit adalah :

• Tandan buah segar (TBS) merupakan bunga betina


kelapa sawit yang dipanen dan biasa juga disebut dengan
tandan atau buah.

• Minyak sawit kasar adalah hasil pengolahan TBS di


pabrik pengolahan yang biasa disebut dengan CPO
(Crude Palm Oil)

• Inti sawit adalah hasil pengolahan TBS di pabrik


pengolahan yang biasa disebut dengan PKO (Palm
Kernel Oil).

• Minyak sawit murni (Processed Palm Oil, PPO)

Anda mungkin juga menyukai