Belaka
Konsep Pembangunan h Berkelanjutan:
Wilaya rkelanjutan
- Mo- Pilar pembangunan i salah satu solusi
be del Compact City
tan
Kriteria Mua sebagaRencana Tata R uang dalam Kaitannya
dengan Pembangunan Wilayah Berkelanjutan
Rekomendasi Perbaikan
• Sebagai kota dengan jumlah penduduk terbesar ke-8 di
Indonesia (BPS, 2010), Kota Semarang dihadapkan pada
berbagai permasalahan akibat tingginya arus urbanisasi
• Disisi lain, Undang-Undang mengamanatkan disusunnya
RTRW sebagai instrumen pengendalian pembangunan
• Perlu dilakukan evaluasi untuk melihat efektivitas RTRW Kota
Semarang dalam mengakomodir potensi dan mengatasi
permasalahan yang terjadi di Kota Semarang
• Kota Semarang terdiri atas 16 wilayah kecamatan dan 177 Kelurahan
• Topografi Kota terdiri dari derah pantai, dataran rendah, dan perbukitan
• Dilintasi oleh sungai-sungai besar ,dan pada musim hujan, Kota Semarang sebagai
daerah hilir, seringkali dilanda banjir akibat dari limpasan debit air dari sungai-
sungai besar yang melintas tersebut
• Luas wilayah Kota Semarang sebesar 373,70 Km2 dengan penggunaan lahannya
berupa lahan sawah seluas 39,56 Km2 (10,59%) dan 334,14 Km2 (89,41%) bukan
lahan sawah
• Sebaran penduduk kota belum merata. Kecamatan Semarang Tengah merupakan
wilayah terpadat, sedangkan Kecamatan Mijen merupakan wilayah dengan
kepadatan terendah
• Dari sisi ekonomi, terdapat 2 sektor yang cukup besar sumbangannya dalam PDRB
atas dasar harga berlaku, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
industri pengolahan
LATAR BELAKANG
• kemajuan dan kemakmuran suatu kota atau wilayah lebih
sering dilihat dari parameter ekonomi (PDRB, GDP)
• Pembangunan yang hanya berorientasi ekonomi akan
menimbulkan ketidak seimbangan dan cenderung
mengabaikan kelestarian alam
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai:
“ Pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
generasi saat ini tanpa mengurangi kesempatan generasi yang
akan datang untuk memenuhi kebutuhannya”
PEMBANGUNAN
KOTA
BERKELANJUTAN
SOSIAL LINGKUNGAN
EKONOMI ’
’
(Sumber: KemenLH)
Muatan RTRW Kriteria
1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Mampu merangkum arah pembangunan berdasarkan potensi dan
karakteristik kota dengan menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan
2 Rencana Struktur Ruang
a. Rencana Pusat-pusat Pelayanan Mendukung persebaran pusat-pusat pelayanan secara merata untuk
menghindari penumpukan aktivitas
b. Rencana sistem prasarana
1) Rencana sistem jaringan Mengembangkan sistem jaringan jalan yang terpadu dalam rangka
transportasi kemudahan aksesibilitas disesuaikan dengan prediksi kebutuhan
volume jalan
Mendorong pengembangan moda transportasi publik massal untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi
c) Sistem jar. SDA Mengidentifikasi wilayah sungai termasuk waduk, situ, dan embung
• Kemacetan di Kota
Semarang terpusat di
BWK I, II, dan III
• Munculnya pusat-
pusat permukiman
baru di daerah
pinggiran kota
Semarang dapat dilihat
sebagai potensi
kemacetan
• Pergerakan kendaraan
akan menambah
beban jalan-jalan
penghubung
b. Rencana sistem jaringan jalan
KONSEP MODEL STRUKTUR
JARINGAN
a. RADIAL
Ke JAKARTA Ke SURABAYA
- Inner Ring Road
- Midle Ring Road
- Outer Ring Road
b. KONSENTRIK
- Internal Radial
- Regional Radial
Ke SOLO
Rencana Pengembangan
RTH Kota Semarang
RTH
Koridor hijau
RTH Kaw. Rawan
gerakan tanah dan
longsor
RTH Ekowisata
Hutan Produksi
Peta Rencana
RTH Kota
Semarang (2011-
2031)
Permasalahan minimnya luasan RTH……..(lanjutan)
B B B
Perumahan kepadatan
sedang (BWK IV, VI, VII, dan
Perumahan kepadatan
C rendah (BWK VIII, IX, dan X
khusus kecamatan Ngaliyan)
Kaw. industri
Kaw. industri
Kaw. transportasi
Tambak
Kaw. wisata
1. Kebijakan pembangunan yang ditetapkan melalui
dokumen perencanaan tersebut belum menerapkan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan secara
2. holistik, terstruktur, dan spesifik
Beberapa strategi penyelesaian permasalahan yang
dimuat masih bersifat umum dan belum menjabarkan
3. langkah-langkah penyelesaian masalah yang aplikatif
beberapa rencana penempatan dan pengembangan
kawasan-kawasan budidaya dalam rencana pola ruang
dikhawatirkan akan mengganggu fungsi lindung yang
pada akhirnya akan menurunkan kualitas lingkungan
kehidupan di Kota Semarang secara keseluruhan
1. Perlu dikembangkan sistem jaringan angkutan publik massal yang
terintegrasi dan mampu menjangkau seluruh bagian wilayah kota
untuk mengantisipasi tren penggunaan kendaraan pribadi yang
cenderung meningkat di masa yang akan datang yang berpotensi
2. menimbulkan kemacetan dan menurunkan produktivitas kota.
Perlu dilakukan pembatasan aktivitas di Semarang Utara yang
berpotensi meningkatkan penggunaan Air Bawah Tanah (ABT) yang
berdampak pada penurunan muka air tanah dan peningkatan resiko
3. banjir rob, selain itu perlu didorong penyelesaian masalah banjir
melalui pembangunan proyek-proyek pengendali banjir.
Perlu dilakukan pengendalian perizinan pembangunan yang ketat
4. terutama pada kawasan-kawasan pinggiran Kota Semarang yang
berfungsi sebagai daerah resapan air agar tidak beralih fungsi
menjadi kawasan-kawasan terbangun.
Perlu disusun rencana aksi yang lebih rinci sebagai upaya
5. Perlu disusun rencana aksi yang lebih rinci dalam upaya penambahan luasan
RTH Kota Semarang yang antara lain dapat dilakukan melalui:
• Penambahan luasan RTH baru (pembebasan lahan untuk pembuatan
taman kota)
• Revitalisasi RTH lama (pembebasan kawasan sempadan sungai, sempadan
rel kereta, sempadan SUTET, dll untuk dikembalikan fungsinya sebagai RTH)
• Pemeliharaan dan peningkatan fungsi RTH lama (taman-taman kota yang
selama ini pasif)
• Peningkatan kerjasama dengan sektor swasta dalam rangka penghijauan
6. Perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang pada kawasan-kawasan
pertumbuhan baru untuk mengendalikan dan menata pertumbuhan.
7. Perlu dilakukan pembatasan aktivitas kawasan Industri di dalam Kota
Semarang karena keberadaannya mengancam fungsi lindung dan kelestarian
lingkungan. Karena itu disarankan untuk mengalihkan kawasan industri pada
daerah-daerah di luar batas administrasi Kota Semarang.