405150093
LO 1 : TUBERKULOSIS PARU
TUBERKULOSIS
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Tuberkulosis paru adalah kasus
TB yang mengenai parenkim paru. Transmisi penyakit TB terjadi melalui
udara (airborne), biasanya melalui penyebaran droplet nuclei yang
diproduksi oleh pasien yang terinfeksi TB paru dengan cara batuk,
bersin, atau berbicara.
TUBERKULOSIS-Patologi
• M. Tuberculosis sangat aerobik→ mudah tumbuh di dalam paru
(apeks,pO2 alveolus paling tinggi) → serbukan sel radang, baik sel
leukosit polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit mononukleus.
• Kuman berproliferasi dalam sel→ mematikan sel fagosit.
• Sel mononukleus bertambah banyak dan membentuk agregat. Kuman
proliferasi→ makrofag mati
• sel fagosit mononukleus masuk dalam jaringan dan menelan kuman
yang baru terlepas→ Sel monosit semakin membesar, intinya menjadi
eksentrik, sitoplasmanya bertambah banyak dan tampak pucat (sel
epiteloid).
Harrison T, Longo D, Kasper D, Jameson J, Fauci A, Hauser S et al. Harrison's.Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill; 2012.
TUBERKULOSIS-Patologi
Granuloma dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma, kapiler dan
fibroblas→ nekrosis perkijuan→ jaringan di sekitarnya menjadi
sembab dan jumlah mikroba berkurang.
Granuloma dapat mengalami beberapa perkembangan:
• bila jumlah mikroba terus berkurang→ terbentuk simpai
jaringan ikat mengelilingi reaksi peradangan→ penimbunan
garam kalsium pada bahan perkijuan→ cincin Liesegang .
• Bila mikroba virulen atau resistensi jaringan rendah→
granuloma membesar sentrifugal, terbentuk pula granuloma
satelit yang dapat berpadu sehingga granuloma membesar.
Sel epiteloid dan makrofag menghasilkan protease dan
hidrolase → cairkan bahan kaseosa. Pada saat isi granuloma
mencair, kuman tumbuh cepat ekstrasel →perluasan penyakit.
Harrison T, Longo D, Kasper D, Jameson J, Fauci A, Hauser S et al. Harrison's.Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill; 2012.
TUBERKULOSIS-Patogenesis
M. tuberculosis terinhalasi dan masuk ke dalam paru→ perbanyak
diri→ pneumonitits nonspesifik.
Sebagian bakteri bermigrasi ke limfa menuju ke kelenjar limfa→
bertemu limfosit→ inisiasi respon imun.
Inflamasi di jaringan paru→ neutrofil dan makrofag bermigrasi ke
tempat peradangan.
TB tetap hidup dalam makrofag.
Makrofag apoptosis → aktivasi sel limfosit T sitotoksik (CD8) →
tuberkel dan limfadenopati hilar atau para-trakeal→ nodul terkalsifikasi
kecil (lesi Ghon).
Rahajoe NN, Supriyanto B, Setyanto DB, editors. Buku ajar respirologi anak. Edisi 1. Jakarta: IDAI; 2008 (hal
174)
TUBERKULOSIS-Gejala Klinis
Sudoyo W, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2009.
TUBERKULOSIS-Tes Mantoux
TUBERKULOSIS-Klasifikasi
TUBERKULOSIS PARU BTA (+) TUBERKULOSIS PARU BTA (-)
• Minimal satu dari sekurang- Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil
kurangnya dua kali pemeriksaan kultur positif.
dahak menunjukkan hasil • Sedikitnya 2 hasil pemeriksaan dahak BTA (-)
positif pada laboratorium yang pada laboratotium yang memenuhi syarat
memenuhi syarat quality EQA
external assurance (EQA). • Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil
• Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA (-) untuk
pemeriksaan dahak BTA positif, memastikan diagnosis, terutama pada
atau daerah dengan prevalens HIV >1% atau
pasien TB dengan kehamilan >= 5%. ATAU
• Satu hasil pemeriksaan dahak
BTA positif dan didukung hasil • Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali (-)
pemeriksaan foto toraks sesuai di daerah yang belum memiliki fasilitas
dengan gambaran TB yang kultur M.tuberculosis. - Memenuhi kriteri
ditetapkan oleh klinisi atau sebagai berikut:
Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif
• Satu hasil pemeriksaan dahak dan disertai salah satu dibawah ini:
BTA positif ditamhah hasil kultur • Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara
M.tuberculosis positif. laboratorium sesuai HIV,
• Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui
atau prevalens HIV rendah), tidak menunjukkan
perbaikan setelah pemberian antibiotic
spectrum luas (kecuali antibiotic yang
mempunyai efek anti TB seperti florokuinolon
dan aminoglikosida).
TUBERKULOSIS
TUBERKULOSIS
Rahajoe NN, Supriyanto B, Setyanto DB, editors. Buku ajar respirologi anak. Edisi 1. Jakarta: IDAI; 2008
TUBERKULOSIS PRIMER
TUBERKULOSIS PLEURA
• Efusi pleura : penumpukan abnormal cairan di dalam rongga pleura
• Ditemukan dalam 2 bentuk : serosa dan empiema TB
• Efusi pleura sebagai bentuk reaksi hipersensitivitas tipe lambat antigen kuman TB
di dalam rongga pleura
• Manifestasi klinis : demam akut disertai batuk nonproduktif dan nyeri dada tanpa
peningkatan leukosit darah tepi, penurunan BB, malaise, menggigil
• Foto toraks:
• kelainan parenkim paru, jika kelainan di lobus bawah efusi pleura terkait dng proses TB
primer.
• Jika di lobus atas pasca-primer
• Cairan pleura pada pleuritis TB biasa warna kuning, dgn protein yg tinggi dan
cepat beku, kadang-kadang cairan keruh
• fase akut, sel umumnya PMN, sbagian kasus limfosit
Tuberkulosis SSP
Menigitis TB merupakan reaktivitas fokus TB (TB pasca primer) bertahun tahun setelah
pembentukan pada fase infeksi TB primer.
Hall J, Guyton A. Guyton and Hall textbook of medical physiology. Edinburgh:Elsevier Saunders; 2005.
PERTUSIS
FASE KATARAL (2-7 hari)
PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011
PERTUSIS-Pencegahan
KEMOPROFILAKSIS VAKSINASI
• Eritromisin (14 hari) • Vaksin whole-cell
• B. pertussis yang dimatikan memiliki
• Azitromisin (5 hari) efektivitas yang baik
• Efek samping: demam, nyeri di tempat
injeksi, eritema, bengkak, iritabilitas, dan
dapat terjadi kejang demam, episode
hipotonik hiporesponsif.
Indikasi: • Vaksin aselular
orang-orang yang memiliki kontak • 2 komponen: toksin pertusis,
hemaglutinin berfilamen, protein fimbria
dekat karena risiko transmisi yang dan pertaktin.
• efektif dan kurang reaktogenik sehingga
tinggi. banyak diberikan.
PERTUSIS
KOMPLIKASI PROGNOSIS
• perdarahan subkonjungtiva • Prognosis sembuh total dari
• hernia abdominal dan inguinal pertusis sangat baik pada anak-
anak berusia lebih dari 3 bulan.
• Pneumotoraks
• Di bawah 3 bulan, mortalitas
• petekiae wajah berkisar 1-3%
• pneumonia
• penurunan berat badan; kejang
• ensefalopati
Lo 4 : kanker paru
KANKER PARU
Kanker paru dalam arti luas adalah semua keganasan
pada paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri maupun keganasan di luar paru (metastasis
tumor di paru).
Mutasi P53
Mutasi KRas Perubahan ekspresi
PCNA BCL-2, 3P, 3P LOH
Parsons PE. Acute respiratory distress syndrome. In: Hanley ME, Welsh
CH, eds.Current diagnosis and treatment in pulmonary medicine. New
York: Lange MedicalBooks/McGraw-Hill; 2003.p.161.
KANKER PARU-Prognosis
Obyektif, dibagi atas 4 golongan:
• Respons komplit (complete response , CR) : bila pada evaluasi tumor
hilang 100% dan keadan ini menetap lebih dari 4 minggu.
• Respons sebagian (partial response, PR) : bila pengurangan ukuran
tumor > 50% tetapi < 100%.
• Menetap {stable disease, SD) : bila ukuran tumor tidak berubahatau
mengecil > 25% tetapi < 50%.
• Tumor progresif (progresive disease, PD) : bila terjadi petambahan
ukuran tumor > 25% atau muncul tumor/lesi baru di paru atau di
tempat lain.
LO 5 : Histoplasmosis
• Disebabkan jamur Histoplasma capsulatum,
bersifat dimorfik, hidup dalam tanah yg
mengandung kotoran burung, ayam, kelelawar.
• Tumbuh sangat baik pada suhu 22-29°C, dengan
kelembaban udara berkisar 67-87%
• Manusia dapat terinfeksi dengan cara terhirup
spora jamur ini. Tidak ditularkan dari manusia ke
manusia lainnya maupun dari hewan ke manusia,
atau sebaliknya.
• Masa inkubasi 14 hari dan gambaran klinis
menyerupai gejala TB
HISTOPLASMOSIS ASIMTOMATIK
• Pada daerah endemik bisa dijumpai sekitar
90% penduduk yg terinfeksi tidak
menimbulkan gejala, walaupun tes
histoplasmin positif.
HISTOPLASMOSIS PARU AKUT
• Setelah masa inkubasi, bisa lebih dari 90%
menunjukkan gejala klinik tidak khas, dan dianggap
sebagai flu biasa
• Bila spora jamur yg terhirup cukup banyak, akan
menimbulkan sesak nafas, sianosis, sakit dada, rash,
eritema multiform, dan sakit pleura
• Hipersensitivitas kulit timbul 4-8 minggu setelah gejala
pertama.
• Pemeriksaan radiologis bisa berupa gambaran infiltrat
kecil yg tersebar, pembesaran kelenjar hilus, dan bila
sudah lama bisa dijumpai kalsifikasi.
HISTOPLASMOSIS PARU KRONIK
• Biasanya dijumpai pada orang dewasa dengan
umur paruh baya dan riwayat penyakit paru
kronik, misalnya tuberkulosis paru.
• Juga didapati pada pasien dengan DM dan
penyakit mikosis paru lainnya
• Pada foto dada, kedua lobus atas paru sering
terlibat, dengan adanya kaverne. Sering
disangka tuberkulosis paru.
HISTOPLASMOSIS DISEMINATA
• Biasanya timbul pada pasien dengan penyakit yg disertai
gangguan fungsi sel T (misalnya penyakit Hodgkin), pasien
yg mendapat sitostatik, kortikosteroid, pasien AIDS, atau
pasien transplantasi organ.
• Dijumpai demam tinggi, hepatosplenomegali,
limfadenopati, pansitopenia, dan lesi di mukosa dapat
berupa lesi ulseratif di mulut, lidah, dan orofaring. Organ
lain yg bisa terkena adalah meningen dan endokardium.
• Pada pemeriksaan radiologis, foto dada kemungkinan
dapat normal, walaupun kadang-kadang didapati
gambaran infiltrat difus.
HISTOPLASMOSIS DISEMINATA
DIAGNOSIS HISTOPLASMA
• Pemeriksaan langsung dari dahak tidak banyak
membantu. Tes kulit histoplasmin berguna untuk
kepentingan epidemiologi.
• Tes serologik membantu diagnosis yg dilakukan secara
fiksasi komplemen atau imunodifusi untuk mengukur
antibodi terhadap H.capsulatum sangat berguna,
tetapi negatif palsu terjadi pada pasien
immunocompromised dan positif palsu pada pasien
dengan blastomikosis, koksidiomikosis, dan
parakoksidiomikosis, disamping antibodi terbentuk
lama (4-8 minggu) setelah infeksi akut.
DIAGNOSA HISTOPLASMOSIS
• Deteksi antigen dari polisakarida histoplasmosis
merupakan pendekatan penting untuk diagnosis kasus
yang berat seperti histoplasmosis diseminata dan
histoplasmosis paru akut ekstensif.
• Antigen ini bisa juga dijumpai di serum, cairan bilasan
bronkus, tetapi sensitivitas dan spesifisitasnya lebih
tinggi di urin daripada di serum.
• Negatif palsu dapat terjadi pada blastomikosis,
parakoksidiomikosis, dan infeksi penicillium marneffei.
• Antigen histoplasma menurun bila ada perbaikan
terhadap terapi dan suatu peninggian menunjukkan
kekambuhan (dapat digunakan untuk drug monitoring)
DIAGNOSIS HISTOPLASMOSIS
• Diagnosis dengan pendeteksian antigen tersebut
perlu dipastikan dengan kultur atau histopatologi
karena dapat terjadi positif palsu
• Pada histoplasmosis diseminata, diagnosis sulit
karena gambaran penyakit tidak spesifik. Tes
serologi kurang berguna dengan adanya
imunosupresi yg mendasarinya.
• Pada pasien AIDS yg disertai histoplasmosis
diseminata, bronchoalveolar lavage (BAL) penting
untuk pemeriksaan dahak langsung dan kultur.
TATALAKSANA
Jenis penyakit Pengobatan lebih cocok Alternatif
– Kelainan kongenital
– Mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu
atau kedua paru
• Bronkiektasis adalah suatu
– Sering menyertai penyakit kongenital lainnya,
penyakit yang ditandai dengan misalnya : sindrom kartagener, hipo atau
adanya dilatasi (ekstasis) dan agamaglobulenemia, tidak adanya tulang rawan
distorsi bronkus lokal yang bronkus, penyakit jantung bawaan
bersifat patologis dan berjalan – Kelainan didapat
kronik, persisten atau – Infeksi. Sering terjadi seseudah seseorang menderita
pneumonia
irreversibel
– Obstruksi bronkus. Penyebab yang tersering adalah
tumor, benda asing, dan kadang-kadang sumbatan
mukus
KONSERVATIF SIMTOMATIK
Pengelolaan umum
• Menciptakan lingkungan yang • Bronkodilator :
baik dan tepat bagi pasien obstruksi bronkus
• Memperbaiki drainase sekret
bronkus • Oksigen : hipoxia
• ANTIBIOTIK : Kontrol infeksi
saluran pernafasan • Hemostatik :
Pengelolaan khusus hemoptisis
• Kemoterapi pada • Antibiotik &
bronkiektasis antipiretik : demam
• Bronkoskopi : Drainase sekret