Perancangan Dan Pengelolaan Sistem Distribusi Barang Efisiensi ekonomi bukanlah satu-satunya criteria keberhasilan yang harus dicapai. Dimensi-dimensi lain diluar ekonomi seperti ketersediaan barang secara luas dengan harga yang rasional, kesempatan yang sama bagi produsen untuk bisa akses ke pasar, tampaknya harus juga menjadi pertimbangan penting dalam perancangan sistem jaringan distribusi. Untuk itu diperlukan suatu model perancangan dan pengelolaan sistem distribusi barang yang memperhitungkan tidak hanya kepentingan perusahaan dan konsumen tapi juga kepentingan nasional. Tahap-tahapan perancangan dan pengelolaan sistem distribusi barang sebagai berikut: 1. Audit sistem distribusi yang ada sekarang Untuk dapat merancang sistem distribusi barang yang tangguh dapat dimulai dengan mengaudit apakah sistem yang ada sekarang sudah baik atau belum. Kebaikan dari sistem distribusi yang ada akan diaudit terhadap stakeholder requirement dan external monitor. Ini adalah konsep yang dikembangkan oleh team riset di Centre for Strategic Manufacturing – Strathclyde University untuk perancangan sistem baru pengukuran kinerja perusahaan [Suwignjo et.al., 1998]. Untuk sistem distribusi barang di Indonesia, stakeholder dari sistem tersebut dan kebutuhannya dapat dilihat pada Tabel 1. Audit juga akan melihat bagaimanakah kinerja dari para pesaing dan best practices dalam hal pemenuhan stakeholder requirement. Dari hasil audit akan diketahui gap apa yang ada. Berdasarkan gap yang ada mission dan objectives dari sistem distribusi akan ditetapkan. Karena penetapan mission dan objectives ini sudah memperhitungkan kebutuhan dari para stakeholder, pesaing, dan best practices, maka diharapkan sistem distribusi yang dirancang akan mampu bersaing dengan para kompetitornya. Tabel 1. Contoh stakeholder requirement dari sistem distribusi barang. 2. Penetapan mission dan objectives Dengan memperhitungkan kebutuhan para stakeholder, external monitor, dan hasil audit, mission statement dan objective dari sistem distribusi dapat ditetapkan. Misalkan untuk Indonesia mission statement dari sistem distribusi yang ada bisa dinyatakan sebagai berikut :
Menjamin tersedianya barang pada tempat, waktu, dan biaya yang
tepat, dengan kondisi barang seperti yang diinginkan, serta menjamin tersedianya kesempatan yang sama bagi para pelaku bisnis terutama pengusaha kecil dan koperasi, untuk secara luas dapat akses ke masyarakat pengguna.
Objectives bisa ditetapkan dengan menjabarkan mission statement
secara lebih detail. 3. Perumusan strategi distribusi dan membangun sistem jaringan distribusi Perumusan strategi distribusi harus dikaitkan dengan pencapaian dari mission dan objectives. Bagaimana strategi distribusi dapat dirumuskan dengan mengacu pada pencapaian objective yang telah ditetapkan. Disamping mengacu pada pencapaian objectives sistem distribusi, perumusan strategi distribusi harus juga disesuaian dengan strategi pemasaran dari produsen barang dan strategi pelayanan konsumen. Dalam perumusan strategi distribusi akan mencakup perumusan strategi inventory, strategi pergudangan, strategi transport, dan strategy sistem informasi. Jika strategi distribusi yang mencakup strategi inventory, strategy pergudangan, strategi transport, dan strategi informasi sudah ditetapkan, strategi harus direalisasikan kedalam bentuk pembangunan jaringan sistem distribusi. Untuk mengimplementasikan masing-masing strategy tersebut beberapa keputusan yang harus diambil dan dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Putusan yang harus diambil dan dilaksanakan pada realisasi strategi distribusi. 4. Pengoperasian dan pengendalian sistem jaringan distribusi Ada empat sistem pendukung yang sangat penting untuk dapat melaksanakan pengoperasian dan pengendalian sistem distribusi barang dengan baik. Keempat sistem pendukung tersebut adalah : • Distribution Planning and Control (DPC) • Operating Procedure (OP) • Performance Measurement System and Audit, dan • Sistem Informasi Distribusi. Keempat hal tersebut adalah merupakan perwujudan dari keempat strategi yang menyusun strategi distribusi.
- Distribution Planning and Control (DPC) merencanakan semua
operasi dari sistem distribusi yang meliputi : •Inventory : • Berapa stock barang yang harus disimpan di masing-masing gudang, • Kapan stock akan ditambah, berapa akan ditambah, • Dari pabrik mana barang akan diambil, • Dari gudang mana barang akan diambil untuk dikirimkan ke konsumen, • dll. • Pergudangan : • Barang apa yang akan disimpan pada masing-masing gudang, • Kapan dan bagaimana stock kontrol akan dilakukan, • dll. • Transport : • penggunaan masing-masing alat transport, • routing, • dll. - Operating procedure akan memberikan panduan pada pelaksana operasi bagaimana melaksanakan tahap-tahapan operasi yang baik. - Sistem informasi distribusi bertugas untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan mendistribusikan informasi-informasi yang diperlukan untuk operasi dan pengendalian sistem distribusi pada pihak-pihak yang memerlukan secara cepat dan akurat. - Performance Measurement System & Audit berfungsi untuk memberikan teknik bagaiamana kinerja dari sistem distribusi harus diukur dan dilaporkan pada manajemen sebagai bahan pengendalian operasi perusahaan. Dari pengukuran kinerja sistem distribusi akan diketahui apakah objectives dari sistem distribusi yang sudah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai apa tidak. Jika objectives dari sistem distribusi sudah dapat dicapai maka sistem yang ada perlu dipelihara dan dilakukan perbaikan secara terus menerus ( continuous improvement ). Sedangkan jika objectives dari sistem distribusi tidak dapat dicapai, tindakan pengendalaian harus secepatnya diambil. Prinsip-prinsip Sistem Distribusi Yang Tangguh 1. Organisasikan sistem distribusi secara komprehensip dan terintegrasi Sistem distribusi melibatkan banyak pihak (produsen, perusahan distribusi, warehouses, retailer, pemerintah) yang tersebar di daerah yang luas. Pengorganisasian sistem semacam itu adalah dilematis. Dengan banyak nya pihak yang terlibat dan tersebar diberbagai daerah akan menyulitkan untuk koordinasi. Dari pertimbangan ini akan lebih baik kalau sistem diorganisir menggunakan konsep desentralisasi. Akan tetapi, sistem desentralisasi akan mengancam tercapainya optimalisasi secara keseluruhan. Desentralisasi cenderung mengejar tercapainya tujuan sub-orgasinasi dengan mengorbankan tercapainya tujuan organisasi secara keseluruhan. Untuk itu pengorganisasian dari sistem distribusi sebaiknya dilakukan dengan menggabungkan konsep sentralisasi/desentalisasi. Pengorganisasian secara sentralisasi berarti bahwa penanganan sistem inventory, pergudangan, dan transportasi harus dibawah pengendalian satu business unit, sehingga integrasi dari ketiga operasi tersebut dapat dicapai semaksimal mungkin dan tujuan perusahaan secara keseluruhan bisa dicapai dengan lebih baik. Akan tetapi pada tingkat aktivitas perlu diteliti aktivitas-aktivitas yang tidak banyak kaitan dan pengaruhnya dengan aktivitas lain, dan keahlian serta informasi yang dibutuhkan untuk mengambil putusan tersedia, aktivitas-aktivitas tersebut bisa diserahkan pengelolaan pada pejabat di tingkat lokal .Desentralisasi akan berjalan dengan lebih baik jika sistem informasi distribusi sangat mendukung. 2. Berikan perhatian yang paling besar pada Sumber Daya Manusia Bagaimanapun baiknya sistem jaringan distribusi barang yang dibuat, tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi rasanya sulit untuk dapat berhasil. Distribusi adalah industri pelayanan jasa. Pada jenis industri ini kualitas pelayanan konsumen dituntut lebih tinggi dibandingkan industri manufaktur, meskipun pelayanan konsumen industri jasa lebih sulit dibanding pelayanan industri manufaktur. Sebagai contoh konsumen yang membeli barang manufaktur dan ternyata barangnya cacat kulaitas, konsumen bisa dengan cepat diberi barang baru yang ada di stock. Akan tetapi jika konsumen menerima pengiriman barangnya terlambat dan barang dalam keadaan rusak, perusahaan distribusi tidak dapat dengan mudah memperbaikinya. Karena perusahaan distribusi tidak bisa memutar waktu balik dan belum tentu mempunyai persediaan barang yang sama. Adalah sangat penting untuk menekankan pada semua karyawan yang ada pentingnya arti kualitas pelayanan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Recruiting, education, training, job enrichment, incentive scheme semuanya harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
3. Manfaatkan seluas-luasnya kekuatan dari sistem informasi
Daerah operasi dari sistem distribusi barang meliputi area yang sangat luas. Fasilitas, barang, personil, dan putusan yang harus diambil tersebar dimana-mana. Untuk bisa mengambil putusan yang tepat dan cepat ketersediaan informasi yang akurat di semua area menjadi sangat penting sekali. Lebih-lebih lagi seringkali keputusan harus diambil secara mendadak dengan memperhitungkan semua kondisi yang ada di banyak tempat. Untuk itu sistem distribusi yang tangguh harus didukung oleh jaringan sistem informasi yang handal. 4. Jalin kemitraan yang kuat dengan pihak-pihak yang terlibat dalam distribusi Distribusi mempunyai arti yang sangat strategis bagi produsen barang. Karena distribusi merupakan ujung tombak dari pemasarannya. Produsen tidak akan mau mempercayakan distribusi barangnya pada pihak lain kalau mereka tidak yakin betul dengan iktikad dan kualitas pelayanan dari perusahaan distribusi. Begitu pentingnya arti distribusi bagi produsen, tampaknya ikatan kerjasama bisnis yang dinyatakan dengan kontrak jangka pendek saja tidak cukup. Strategic alliances jangka panjang harus dilakukan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membentuk strategic alliance ini. Di Jepang (sistem distribusi barang di Jepang terkenal tidak efisien) strategic alliance dilakukan dengan jalan produsen menaruh saham pada perusahaan distribusi dan menempatkan manajer pemasarannya di setiap kota besar sebagai anggota dari board of director dari local distributor [Martin et. al., 1998]. Senior executive dari produsen paling sedikit satu tahun sekali mengunjungi distributor untuk mengecek komitmennya. Sedang distributor mengunjungi kantor pusat atau pabrik dari produsen untuk meyakinkan bahwa dia diperlakukan sebagai bagian darai anggota keluarga besar. Strategic alliances bisa juga dilakukan dengan jalan share value dan strategic objectives antara pihak-pihak yang terlibat dalam distribution channel. Pada tingkat operasional, produsen dan distributor bisa membuat Production Planning & Control dan Distribution Planning & Control secara bersama-sama. Hal ini akan mensinkronkan rencana kerja mereka dan memepererat kemitraan. 5. Gunakan ukuran kinerja finansial dan non-finansial Konsep baru dari sistem pengukuran kinerja perusahaan telah membuktikan bahwa penilaian kinerja perusahaan berdasarkan ukuran finansial saja tidak cukup [Dixon et. al., 1990; Kaplan and Norton, 1996]. Kinerja dari sistem distribusi harus diukur dengan ukuran-ukuran kinerja yang seimbang antar finansial dan nonfinansial. Beberapa contoh ukuran kinerja yang bisa dipakai adalah sebagai berikut: • Untuk kepentingan pemegang saham distributor : profit, harga saham, dll. • Untuk kepentingan manajemen distributor : turnover, ROI, produktivitas, dll. • Untuk kepentingan konsumen : order cycle time, consistency and reliability of delivery, inventory availability, order-size constraint, ordering convinience, delivery time and flexibility, invoicing procedure and accuracy, complaints procedure, condition of goods, order status information, number of complaint, dll. • Untuk kepentingan karyawan dari distributor : employee satisfaction, dll. • Untuk kepentingan pemerintah : ketersediaan barang di semua darerah, perbedaan harga barang di berbagai daerah, kesempatan industri kecil dan koperasi dapat akses ke end user, dll. 6. Terapkan prinsip-prinsip ekonomi dibidang inventory, transportasi, dan pemrosesan informasi Telah terbukti secara luas di praktek lapangan bahwa beberapa prinsip dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari distribusi yang meliputi [Gill and Allerheilegen, 1996] : 1. Prinsip ekonomi di bidang transportasi: • Biaya transportasi per unit berat per unit jarak akan lebih murah jika pengiriman dilakukan jumlah besar dan jarak jauh ( principle of transportation cost ). • Akan lebih efisien jika pengiriman barang dipisahkan denganpengiriman berkas-berkasnya ( separation principle ). • Akan lebih murah menirim barang sebelum dirakit dalam palet, atau kontainer dibanding mengirim barang yang sudah dirakit (unit load principle). 2. Prinsip ekonomi di bidang inventory: • Jumlah inventory akan minimum jika slow moving product disimpan ditempat (Selective stocking principle). • Diferensiasi produk hendaknya ditunda sejauh mungkin (principle of postponent). 3. Prinsip ekonomi dari pemrosesan informasi: • Efisiensi dari aliran barang akan meningkat jika pengumpulan dan pengolahan data dilakukan secara terpusat kemudian didistribusikan ke cabang-cabang (uncertainty absorption principle). • Principle of data compatibility. • Co-ordination principle.