Anda di halaman 1dari 15

Teknik Operasi

Tugas Baca PRABU

Oleh
Ali Sibra Mulluzi (ALS)
1. Appendektomi

 Penderita dalam posisi terlentang, dalam general


anestesi. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
pada seluruh abdomen dan dada bagian bawah,
kemudian lapangan operasi dipersempit dengan
doek steril.

 Dilakukan insisi dengan arah oblik melalui titik Mc


Burney tegak lurus antara SIAS dan umbilikus (Irisan
Gridiron), irisan lain yang dapat dilakukan adalah
insisi tranversal dan paramedian.
 Irisan diperdalam dengan memotong lemak dan mencapai aponeurosis
muskulus Oblikus Abdominis Ekternus (MOE),
 MOE dibuka sedikit dengan skalpel searah dengan seratnya, kemudian
diperlebar ke lateral dan ke medial dengan pertolongan pinset anatomi.
 Pengait luka tumpul dipasang di bawah MOE, tampak di bawah MOE
muskulus Oblikus Internus (MOI)
 MOI kemudian dibuka secara tumpul dengan gunting atau klem arteri
searah dengan seratnya sampai tampak lemak peritoneum, dengan haak
LangenBack otot dipisahkan.
 Peritoneum yang berwarna putih dipegang dengan menggunakan 2
pinset bedah dan dibuka dengan gunting, perhatikan apa yang keluar:
pus, udara atau cairan lain (darah, feses dll), periksa kultur dan tes
kepekaan kuman dari cairan yang keluar tsb.
 Kemudian pengait luka diletakkan di bawah peritoneum, Kemudian sekum
(yang berwarna lebih putih, memiliki tanea koli dan haustra) dicari dan
diluksir.
 Apendiks yang basisnya terletak pada pertemuan tiga taenia mempunyai
bermacam-macam posisi antara lain antesekal, retrosekal, anteileal,
retroileal, dan pelvinal
 Setelah ditemukan, sekum dipegang dengan darm pinset dan ditarik
keluar, dengan kassa basah sekum dikeluarkan kearah mediokaudal,
sekum yang telah keluar dipegang oleh asisten dengan dengan ibu jari
berada di atas.
 Mesenterium dengan ujung spendiks di pegang dengan klem Kocher
kemudian mesoapendiks di klem potong dan diligasi berturut-turut sampai
pada basis apendiks dengan menggunakan benang sutera 3/0
 Pangkal apendiks di crush dengan apendiks klem kocher dan pada bekas
crush tersebut diikat dengan sutera No. 00 - 2 ikatan .
 Dibagian distal dari ikatan diklem dengan Kocher dan diantara klem
kocher dan ikatan tersebut apendiks dipotong dengan pisau yang telah
diolesi betadine, ujung sisa apendiks digosok betadine.
 Sekum dimasukkan ke dalam rongga perut.
 Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Pada kasus perforasi, dapat
dipasang drain sub facial.
 Sekum dimasukkan ke dalam rongga perut.
 Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Pada kasus perforasi, dapat
dipasang drain sub facial.
2. Herniotomy Hernioplasty Lichtenstein

 Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal anestesi atau anestesi
lokal
 Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum
 Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus Abdominis Eksternus)
 Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
 Funikulus spermatikus
dibebaskan dari jaringan
sekitarnya dan dikait pita
 Preservasi nervus ileoinguinal
dan kantong hernia
diidentifikasi
 Isi hernia dimasukan ke dalam
cavum abdomen, kantong
hernia secara tajam dan
tumpul sampai anulus internus
 Kantong hernia diligasi setinggi
lemak preperitonium , dilanjutkan
dengan herniotomi
 Perdarahan dirawat,
dilanjutkan dengan
hernioplasty dengan
mesh
 Luka operasi ditutup lapis
demi lapis
3. Repair Perforasi Gaster
 The easiest method of closure consists of placing three sutures of fine silk through the submucosal layer on one side
and extending through the region of the ulcer and out a corresponding distance on the other side of the ulcer
(figure 1). Starting at the top of the ulcer, the sutures are tied very gently to prevent laceration of the friable tissues.
Th e long ends are retained (figure 2). Th e closure is reinforced with omentum by separating the long ends of the
three previously tied sutures and placing a small portion of omentum along the suture line. Th e ends of these
sutures are loosely tied, anchoring the omentum over the site of the ulcer (figure 3).The tissue may be so indurated
that the ulcer cannot be closed successfully, making it necessary to seal the perforation by anchoring omentum
directly over the ulcer In the presence of a perforated gastric ulcer, a small biopsy of the margin of the perforation
is taken because of the possibility of malignancy (figures 4and 5). Th e omentum may be anchored over the
suture line (figure 6). Closure of a gastric ulcer may be reinforced with a layer of interrupted silk serosal sutures since
there is little danger of obstruction.In the presence of perforation of an obvious carcinoma, it is usually safer to
close the perforation, to be followed by resection upon recovery. If the patient’s general condition is good and
the perforation has lasted only a few hours, a gastric resection may be justified. Vagotomy and pyloroplasty or
antrectomy for an early perforated duodenal ulcer in a good-risk patient is preferred by some surgeons
4. Insisi Drainage Phlegmon
 DESINFEKSI MENGGUNAKAN BETADINE 10% ATAU HIBITANE ALKOHOL 70% 1:1000 ATAU ALKOHOL 70%,
PADA LAPANGAN OPERASI.

 LAPANGAN OPERASI DIPERSEMPIT DENGAN MENGGUNAKAN DUK STERIL ( PENDERITA DIBERI OKSIGENASI
DENGAN MASKER ATAU NASAL PRONGE), DAN LAKUKAN KOMUNIKASI YANG BAIK SUPAYA PENDERITA TIDAK
GELISAH DAN LEBIH KOOPERATIF.

 INSISI DEKOMPRESI DENGAN ANESTESI LOKAL ATAU KALAU TERPAKSA (PENDERITA TIDAK KOOPERATIF) DENGAN
NARKOSE.

 IRISAN 1 JARI DIBAWAH MANDIBULA SEPANJANG 6CM. ARTERI DAN VENA FASIALIS DILIGASI DI DUA TEMPAT DAN
DIPOTONG DIANTARANYA. GLANDULA SUBMANDIBULA DIRETRAKSI KEARAH KAUDAL SEHINGGA NAMPAK
MUSKULUS MILIHIOID. OTOT INI KEMUDIAN DIPOTONG . DENGAN KLEM BENGKOK JARINGAN SUBLINGUAL
DIBUKA SECARA TUMPUL SEHINGGA NANAH YANG TERKUMPUL DISITU DAPAT MENGALIR KELUAR MELALUI LUKA
INSISI.

 Lakukan kultur dan sensitifitas untuk kuman penyebabnya.


 Dipasang drain hanschoen yang difiksasi pada kulit.
 Trakeostomi dilakukan apabila penderita sesak nafas
 Fragiskos oral surgery

Anda mungkin juga menyukai