Paralisis nervus fasialis kiri dan tampak luka baru pada pasien dengan tetanus
sefalik.
Sumber: Cook, 2001
KLASIFIKASI
5. Tetanus Bulbar
Tetanus bulbar merupakan kelainan dimana otot menelan dan respirasi terlibat
sehingga dapat berakibat fatal terutama gangguan pada otot respirasi yang
dapat mengakibatkan gagal napas.
6. Tetanus Laten
Tetanus laten adalah tetanus yang timbul setelah beberapa bulan sampai
beberapa tahun pada luka lama yang mungkin terlupakan.
KLASIFIKASI
7. Tetanus Puerpural
Tetanus puerpural terjadi sebagai komplikasi abortus atau sepsis puerpural
8. Tetanus Pascabedah
Terjadi sebagai akibat sterilisasi instrumen yang tidak baik dan mempunyai
mortalitas 100%. Pada kamar operasi yang modern, jenis tetanus seharusnya
tidak terjadi.
GAMBARAN KLINIS
1. Trismus atau lock jaw, terjadi sebagai akibat Abses alveolar atau lesi sendi
kontraksi otot masseter yang hebat yang temporomandibular
mengakibatkan pasien tidak dapat membuka mulut.
Trismus merupakan gejala klinis tetanus yang paling
sering ditemukan
2. Disfagia terjadi sebagai akibat spasme otot-otot faring Tonsilitis
Tidak ada 10
Mungkin ada/ibu mendapatkan imunisasi (pada neonatus) 8
Status imunisasi > 10 tahun yang lalu 4
< 10 tahun yang lalu 2
Imunisasi lengkap 0
Grade III A (berat) Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang memanjang,
distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40 kali/menit, apneic spell, disfagia
berat, takikardia ≥ 120 kali/menit.
Grade III B (sangat Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang
berat) melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardia
bergantian dengan hipotensi relatif dan bradikardia, salah satunya dapat
menjadi persisten.
UDWADIA SCORE
1992
Grade I (ringan) Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada distres
pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.
Grade II (sedang) Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan hingga sedang dengan
durasi pendek, takipnea ≥ 30 kali/menit, disfagia ringan.
Grade III (berat) Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang memanjang,
distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40 kali/menit, apneic spell, disfagia
berat, takikardia ≥ 120 kali/menit, keringat berlebih, dan peningkatan
salivasi.
Grade IV (sangat berat) Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang
melibatkan sistem kardiovaskuler: hipertensi menetap (> 160/100 mmHg),
hipotensi menetap (tekanan darah sistolik < 90 mmHg), atau hipertensi
episodik yang sering diikuti hipotensi.
DAKAR SCORE
1975
DIAGNOSIS
Meningoensefalitis
BANDING
Demam, trismus ridak ada, penurunan kesadaran, cairan serebrospinal
abnormal.
Polio Trismus tidak ada, paralisis tipe flasid, cairan serebrospinal abnormal.
Lesi orofaring Bersifat lokal, rigiditas atau spasme seluruh tubuh tidak ada.