Anda di halaman 1dari 43

VERTIGO

DISUSUN OLEH :
NENI DIYANTI (406148036)

PEMBIMBING :
dr. Gabriel F. Goleng, Sp. S

Referat Ilmu Syaraf – RS Pelabuhan Jakarta


Anatomi Alat Keseimbangan Tubuh
 Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan
keseimbangan tubuh yaitu :
 sistem vestibular
 labirin(aparatus vestibularis)
 nervus vestibularis
 vestibular sentral

 sistem proprioseptik
 sistem optik
Fisiologi
 Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh
akan ditangkap oleh :
 Resepetor vestibuler  kontribusi paling besar (>50%)
 Reseptor visual  kedua
 Reseptor propioseptik  paling kecil kontribusinya
 Arus informasi berlangusng intensif bila ada gerakan
dari kepala atau tubuh  menimbulkan perpindahan
cairan endolimfe di labirin  cilia dari sel rambut ( hair
cells) akan menekuk  permeabilitas sel berubah  ion
kalsium masuk  depolarisasi & merangsang pelepasan
NT eksitator (glutamat)  meneruskan impuls sensoris mll
saraf aferen (vestibularis) ke pusat keseimbangan tubuh
di otak
VERTIGO
Definisi
 Adanya sensasi gerakan dari tubuh / lingkungan
sekitarnya dengan gejala lain yang timbul,
terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan
oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh
berbagai keadaan atau penyakit.
Patofisiologi
 Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat
keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi
aferen) yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran).
Klasifikasi
Vertigo Fisiologik
 Keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari sekitar
penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik
berfungsi baik.
Mabuk gerakan (motion Mabuk ruang angkasa Vertigo ketinggian (height
sickness) (space sickness) vertigo)
• Bila dari pandangan • Fungsi dari keadaan • Suatu instabilitas
sekitar (visual surround) tanpa berat subjektif dari
berlawanan dengan (weightlessness) keseimbangan postural
gerakan tubuh yang • Terdapat suatu dan lokomotor oleh
sebenarnya. gangguan dari karena induksi visual,
• Keadaan yang keseimbangan antara disertai rasa takut
memperovokasi : duduk kanalis semisirkularis jatuh, dang gejala-
di jok belakang mobil, dan otolit. gejala vegetatif.
membaca waktu mobil
bergerak.
Vertigo Periferal
 Terjadi jika terdapat gangguan di kanalis semisirkularis
(telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan)
 Biasanya diikuti gejala-gejala seperti :
 pandangan gelap
 rasa lelah dan stamina menurun
 jantung berdebar
 hilang keseimbangan
 tidak mampu berkonsentrasi
 perasaan seperti mabuk
 mual dan muntah-muntah
Benign Paroxysmal Penyakit Menier Neuritis Vertigo akibat
Positional Vertigo Vestibularis obat
(BPPV)
• Vertigo terjadi • Penyebab : • Penyakit yang self • Beberapa obat
secara mendadak pelebaran dan limiting  diduga ototoksik dapat
• Berlangsung <1 ruptur periodik disebabkan oleh menyebabkan
menit kompartemen infeksi virus vertigo yang
• (-) hilangnya endolimfatik di • Labirinitis  jika disertai tinitus dan
pendengaran / telinga dalam. disertai gangguan hilangnya
tinitus • (+) gangguan pendengaran pendengaran
• Perubahan posisi pendengaran / • Contoh :
kepala  pemicu tinitus aminoglikosid,
• Penyebab : diuretik loop,
adanya endapan antiinflamasi
kalsium di dalam nonsteroid, derivat
salah satu kanalis kina atau
semisirkularis di antineoplasitik
dalam telinga yang mengandung
bagian dalam platina
Vertigo Sentral
 Terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu
daerah percabangan otak dan serebelum.
 Gejala vertigo sentral  biasanya terjadi secara
bertahap :
 penglihatan ganda
 sakit kepala yang parah
 kesadaran terganggu
 tidak mampu berkata-kata
 hilangnya koordinasi
 mual dan muntah-muntah
 tubuh terasa lemah.
Ciri - ciri Vertigo Perifer Vertigo Sentral
Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam, saraf Sistem vertebrobasilser dan gangguan
perifer) vaskular (otak, batang otak, serebelum)

Penyebab BPPV, Meniere disease, neuronitis Iskemik batang otak, vertebrobasiler


vestibuler, labirinitis, neuroma akustik, insufisiensi, neoplasma, migrain basiler
trauma
Gejala gangguan SSP Tidak ada Di antaranya : diplopia, prestesi, gangguan
sensibilitas dan fungsi motorik, disartria,
gangguan serebelar

Intensitas vertigo Berat Ringan

Telinga berdenging dan Kadang – kadang Tidak ada


atau tuli
Nistagmus spontan + -

Sifat vertigo Rasa berputar Melayang

Mual / muntah + Kontinu

Gerakan pencetus Gerakan kepala -

Situasi pencetus - Gerakan obyek visual keramaian, lalu lintas


Perbedaan Gejala Vertigo Perifer dan Sentral

Gejala Vertigo Perifer Vertigo Sentral

Bangkitan vertigo lebih mendadak lebih lambat


Derajat vertigo berat ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ -
Gejala otonom (mual, ++ -
muntah, keringat)
Gangguan pendengaran + -
(tinitus, tuli)
Tanda fokal otak - +
Nistagmus + _
Jenis Vertigo Berdasarkan Awitan Serangan
Jenis Vertigo Disertai Keluhan Tidak Disertai Keluhan Timbul Karena
Berdasarkan Awitan Telinga Telinga Perubahan Posisi
Serangan
Vertigo paroksismal Penyakit Meniere, tumor TIA arteri vertebro- Benign paroxysmal
fossa cranii posterior, basilaris, epilepsi, positional vertigo (BPPV)
transient ischemic attack vertigo akibat lesi
(TIA) arteri vertebralis lambung

Vertigo kronis Otitis media kronis, Kontusio serebri, Hipotensi ortostatik,


meningitis tuberkulosa, sindroma paska komosio, vertigo servikalis
tumor serebelo-pontine, multiple sklerosis,
lesi labirin akibat zat intoksikasi obat-obatan
ototoksik

Vertigo akut Trauma labirin, herpes Neuronitis vestibularis, -


zoster otikus, labirinitis ensefalitis vestibularis,
akuta, perdarahan multipel sklerosis
labirin
Membedakan nistagmus sentral dan perifer

Nystagmus Vertgio Sentral Vertigo Perifer


Arah Berubah – ubah Horizontal / horizontal
rotatoar
Sifat Unilateral / bilateral Bilateral

Test Posisional
- Latensi Singkat Lebih lama
- Durasi Lama Singkat
- Intensitas Sedang Sedang
- Sifat Susah ditimbulkan Mudah ditimbulkan
Test dengan rangsang (kursi Dominasi arah jarang Sering ditemukan
putar, irigasi telinga) ditemukan
Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat
Gejala
Gejala Kemungikanan diagnosis
Sensasi penuh di Acoustic neuroma; Ménière’s disease
telinga
Acoustic neuroma; acute middle ear disease (e.g., otitis
Nyeri telinga atau media, herpes zoster oticus)
mastoid
Acoustic neuroma; herpes zoster oticus

Kelemahan wajah Cerebellopontine angle tumor; cerebrovascular disease;


multiple sclerosis (especially findings not explained by
Temuan deficit single neurologic lesion)
neurologis fokal

Sakit kepala Acoustic neuroma; migraine


Gejala
Gejala Kemungikanan diagnosis
Tuli Ménière’s disease; perilymphatic fistula; acoustic neuroma;
cholesteatoma; otosclerosis; transient ischemic attack or
Imbalans stroke involving anterior inferior cerebellar artery; herpes
zoster oticus

Nistagmus Acute vestibular neuronitis (usually moderate);


cerebellopontine angle tumor (usually severe)
Fonofobia,fotofobia
Peripheral or central vertigo
Tinnitus
Migraine

Acute labyrinthitis; acoustic neuroma; Ménière’s disease


Diagnosis
 Anamnesa
 Karekteristk dizziness
 sensasi yang dirasakan pasien  sensasi berputar /sensasi non
spesifik seperti giddiness atau liht headness / hanya suatu
perasaan yang berbeda (kebingungan)
 Keparahan
 acute vestibular neuritis  gejala awal biasanya parah namun
berkurang dalam beberapa hari kedepan
 Ménière’s disease  pada awalnya keparahan biasanya
meningkat dan kemudian berkurang setelahnya
 Vertigo ynag menetap dan konstan  mungkin memilki
penyebab psikologis
Diagnosis
 Anamnesa
 Onset dan durasi vertigo
Durasi episode Kemungkinan Diagnosis

Beberapa detik Peripheral cause : unilateral loss of vestibular function; late stages of
acute vestibular neuronitis

Detik sampai menit BPPV; perilymphatic fistula

Beberapa menit Posterior transient ischemic attack; perilymphatic fistula


sampai satu jam
Beberapa jam Meniere’s disease; perilymphatic fistula from trauma or surgery;
migraine; acoustic neuroma
Beberapa minggu Early acute vestibular neuronitis; stroke; migraine; multiple sclerosis
Diagnosis
 Anamnesa
 Faktor pencetus
Faktor pencetus Kemungkinan diagnosis
Perubahan posisi kepala Acute labyrinthitis; benign positional paroxysmal vertigo;
cerebellopontine
angle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula

Spontaneous episodes Acute vestibular neuronitis; cerebrovascular


(i.e., no consistent disease (stroke or transient ischemic
provoking factors) attack); Ménière’s disease; migraine;
multiple sclerosis

Recent upper respiratory Acute vestibular neuronitis


viral illness
Diagnosis
 Anamnesa
 Faktor pencetus

Faktor pencetus Kemungkinan diagnosis


Stress Psychiatric or psychological causes; migraine

Herpes zoster oticus


Immunosuppression
(e.g., immunosuppressive
medications, advanced
age, stress)

Changes in ear pressure, head Perilymphatic fistula


trauma, loud noises
Diagnosis
 Pemeriksaan Fisik
 Dix-Hallpike manoeuvre
 Tes hiperventilasi

 Tes Kalori

 Elektronistagmogram

 Posturografi

 Fungsi Pendengaran
 Tesgarpu tala : Rinne, Weber, Swabach  membedakan tuli
konduktif dan tuli perseptif
 bAudiometri
Diagnosis
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Kepala dan Leher
 Pemeriksaan membrane timpani  menemukan vesikel
 Hennebert sign  fistula perikimfatik
 Valsava maneuver  dapat menyebabkan vertigo pada pasien
dengan fistula perilimfatik
 Head impulses test  Pada orang yang normal tidak ada
saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di
objek. Jika ada sakade setelahnya maka mengindikasikan
bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer pada sisi itu.
Head impulses test
Diagnosis
 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Kepala dan Leher
 Tes audiometri  jika ada keluhan g3an pendengaran
 Vestibular testing
 Pemeriksaan laboratorium  elekrolit, gula darah, fungsi
thyroid
 Pemeriksaan radiologi  pada pasien dengan vertigo yang
memiliki tanda dan gejala neurologis
DD
Vertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli Vertigo dengan tanda
intracranial
Ménière’s disease Vestibular neuritis Tumor Cerebellopontine angle
Labyrinthitis Benign positional vertigo Vertebrobasilar insufficiency dan
thromboembolism

Labyrinthine trauma Acute vestiblar dysfunction Tumor otak


Misalnya, epyndimoma atau
metastasis pada ventrikel
keempat
Acoustic neuroma Medication induced vertigo e.g Migraine
aminoglycosides
Acute cochleo-vestibular Cervical spondylosis Multiple sklerosis
dysfunction
Syphilis (rare) Following flexion-extension injury Aura epileptic attack-terutama
temporal lobe epilepsy
Obat-obatan- misalnya,
phenytoin, barbiturate
Syringobulosa
Tatalaksana
 Medikasi
 Terapi fisik

 Terapi spesifik
Tatalaksana : Medikasi
 Anthistamin
 Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
 Yang bisa  dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin.
Antihistamin  memiliki aktivitas anti-kholinergik di SSP.
 ES : umum terjadi  sedasi (mengantuk)

 Betahistin
 ES : lambung  rasa enek, rash di kulit (jarang)
 Betahistin Mesylate (Merislon, Mertigo)  6 – 12 mg 3x/hari
(PO)
 Betahistin Hcl (Betaserc)  8 mg 3x/hari  max 6 tab (PO)
Tatalaksana : Medikasi
 Anthistamin
 Dimenhidrinat (Dramamine)
 Dosis : 25 – 50 mg 4x/hari ( PO)
 ES : mengantuk

 Difhenhidramin Hcl (Benadryl)


 Dosis : 25 – 50 mg 4x/hari (PO)
 ES : mengantuk
Tatalaksana : Medikasi
 Antagonis Kalsium
 Cinnarizine (Stugeron) & Flunarizine (Sibelium)
 Merupakan obat supresan vestibular  sel rambut
vestibular mengandung banyak terowongan kalsium.
 Antagonis kalsium juga memilik efek anti kholinergik
dan antihistamin  peran efek lain ini belum diketahui
sampai sejauh mana dlm mengobati vertigo
 Cinnarizine (Stugerone)
 Dosis : 15 – 30 mg 3x/hari atau 1x75 mg/hari
 ES : mengantuk, rasa lelah, diare, konstipasi, mulut kering,
rash di kulit (jarang)
Tatalaksana : Medikasi
 Obat Simpatomimetik
 Efedrin
 Dosis :10 -25 mg 4 x/hari
 Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti
vertigo lainnya.
 ES : insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah –
gugup.
 Obat Penenang Minor
 Untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang sering
menyertai gejala vertigo
 ES : mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
 Lorazepam
 Dosis : 0,5 mg – 1 mg
 Diazepam
 Dosis : 2 mg – 5 mg
Tatalaksana : Medikasi
 Obat Anti kolinergik
 Menekan aktivitas sistem vestibular & dapat
mengurangi gejala vertigo.
 Skopolamin
 Dapat dikombinasi dengan fenotiazine / efedrin 
mempunyai khasiat sinergistik
 Dosis : 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4x/hari
Tatalaksana : Terapi Fisik
 SSP mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan.
 Namun kadang-kadang dijumpai beberapa
penderita yang kemampuan adaptasinya kurang
baik  adanya gangguan lain di susunan saraf
pusat atau didapatkan defisit di sistem visual atau
proprioseptifnya  kadang-kadang obat tidak
banyak membantu  perlu latihan fisik vestibular.
Tatalaksana : Terapi Fisik
 Tujuan latihan ialah :
 Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo
atau disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan
mengatasinya secara lambat laun.
 Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan
mata.
 Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Tatalaksana : Terapi Fisik
 Contoh latihan :
 Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata
ditutup.
 OR yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi,
ekstensi, gerak miring).
 Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup.
 Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian
dengan mata tertutup.
 Berjalan “tandem”
 Jalan menaiki dan menuruni lereng
 Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
 Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak
dan juga memfiksasi pada objek yang diam.
Tatalaksana : Terapi Fisik
 Terapi Fisik Brand-Darrof • Ambil posisi duduk.
• Arahkan kepala ke kiri,
jatuhkan badan ke posisi
kanan, kemudian balik posisi
duduk.
• Arahkan kepala ke kanan
lalu jatuhkan badan ke sisi
kiri. Masi ng-masing
gerakan lamanya sekitar
satu menit, dapat dilakukan
berulang kali.
• Untuk awal cukup 1-2 kali
kiri kanan, makin lama
makin bertambah.
Tatalaksana : Terapi Spesifik
 BPPV
 Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-
obatan.
 Vertigo dapat membaik dengan maneuver rotasi kepala
hal ini akan memindahkan deposit kalsium yang bebas ke
belakang vestibule.
 Manuver ini meliputi reposisi kanalit  maneuver epley,
modifikasi maneuver epley.
 Pasien perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi
kanalit  mencegah deposit kalsium kembali ke kanalis
semisirkularis.
Tatalaksana : Terapi Spesifik
 Vestibular neuronitis dan Labirynthis
 Terapi fokus pada gejala menggunakan terapi obat-
obatan yang mensipresi vestibular yang diikuti dengan
latihan vestibular.
 Kompensasi vestibular terjadi lebih cepat dan lebih
sempurna jika pasien mulai 2 kali sehari latihan vestibular
sesegera mungkin setelah vertigo berkurang dengan
obat-obatan
Tatalaksana : Terapi Spesifik
 Meniere disease
 Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfati
 Diet rendah garam dan diuretic  seringkali mengurangi
vertigo  tapi << efektif dalam mengobati ketulian dan
tinnitus.
 Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti
dekompresi dengan shunt endolimfatik atau
cochleosacculoctomy  dibutuhkan  jika penyakit ini
resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet
Daftar Pustaka
 Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. 4th edition. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2005.
 Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008
 Snell RS. Kepala dan leher. Dalam: Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
 Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. 4th edition. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2005.
 Ginsberg L. Lecture note: Neurology. 8th edition. Jakarta: Erlangga; 2007.
 Morris JH. Sistem saraf. Dalam: Robbins SL, Kumar V,eds. Buku ajar patologi. Volume 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC;
2002.
 Corwin EJ. Patofisiologi : buku saku ; alih bahasa, Subekti NB; editor Yudha EK. 3rd edition. Jakarta: EGC; 2009.
 Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine in Journal Nerology 2009.
 Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. 4th edition. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2005.
 Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP. Clinical neurologi. 8th edition. New York: McGraw-Hill; 2012.
 Price SA & Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit jilid 2. EGC. Jakarta. 2006.
 Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.
December:2006
 Swartz, R, Longwell, P. Treatment of Vertigo in Journal of American Family Physician. 2005.
 Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William
and wilkins)
 Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10 September 2009. http://emedicine.medscape.com/article/. Diakses
tanggal 19 April 2016.
 Labuguen, RH. Volume 73, Number 2. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician January. 2006
 Sura, DJ, Newell, S. Vertigo- Diagnosis and management in primary care, BJMP 2010;3(4):a351. 2010

Anda mungkin juga menyukai