Anda di halaman 1dari 45

“MORBUSHANSEN”

Michelle Angelika S
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN
RSUD RAA SOEWONDO PATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA JAKARTA
Tarumanagara University WHO, Global leprosy strategy 2016-
2020
Tarumanagara University
Kemenkes RI, Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit
Kusta 2012
Tarumanagara University Kemenkes RI, Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit
Kusta 2012
Mycobacterium leprae
bakteri intraseluler obligat
gram positif basil dg afinitas u/
makrofag & sel schwann
patogenitas & daya invasi rendah

• Basil tahan asam


• Ukuran 3 – 8 Um x 0,5 Um
• Predileksi pada daerah yang
relatif dingin (kulit, sistem
saraf perifer,hidung, cuping
telinga, dll)

Tarumanagara University
PATOGENESIS

Tarumanagara University
PATOGENESIS

• M.leprae => parasit obligat intraselular yg t.u


terdapat pd sel makrofag di sekitar pembuluh
darah superfisial pada dermis atau sel Schwann
di jaringan saraf
• Bila basil M.leprae masuk ke dalam tubuh =>
tubuh akan berekasi mengeluarkan makrofag
(berasal dari sel monosit darah, sel
mononuklear, histiosit) untuk memfagositnya

Tarumanagara University
PATOGENESIS

• SIS rendah : makrofag tidak mampu


menghancurkan basil => basil dapat
bermultiplikasi dengan bebas => merusak
jaringan => Tipe LL
• SIS baik : setelah makrofag sanggup
memfagositosis semua basil => makrofag
berubah menjadi sel epiteloid yg tidak
bergerak aktif & kadang bersatu membentuk
sel datia Langhans => bila tidak segera diatasi
akan terjadi rx berlebihan dan massa epiteloid
merusak saraf dan jaringan sekitar => Tipe TT

Tarumanagara University
PATOGENESIS

• gangguan imunitas tubuh dlm sel Schwann =>


basil bermigrasi & beraktivasi => aktivitas
regenerasi saraf berkurang & terjadi kerusakan
saraf yg progresif

Tarumanagara University
Tarumanagara University
Klasifikasi Ridley-Jopling

TT BT BB BL
• Makula saja • Makula • Plakat, punch
LL
• Makula, plak, • Makula, infiltrat
atau dibatasi dibatasi out papul difus, papul,
infiltrat infiltrat • Jumlah dapat • Jumlah sukar nodus
• Satu atau • Satu/beberapa dihitung • Jumlah tidak
dihitung, masih
beberapa , kadang lesi • Asimetris, batas ada kulit sehat terhitung, tidak
• Asimetris, batas satelit tegas, • Hampir simetris,
ada kulit sehat
tegas, kering • Asimetris, permukaan agak • Simetris, batas
batas agak difus difus,
bersisik batas tegas, kasar • Anestesi tidak permukaan
• Anestesi jelas kering bersisik • Anestesi masih jelas halus berkilat
• BTA (-) • Anestesi jelas jelas • BTA (+) • Anestesi tidak
• BTA (-) atau • BTA biasanya (+) ada
1+ • BTA (+)

Tarumanagara University
KLASIFIKASI

SPEKTRUM KUSTA

Ridley & Jopling TT BT BB BL LL

MADRID Tuberculoid Borderline Lepromatosa

WHO Pausibasiler ( PB) Multibasiler ( MB)

Puskesmas Pausibasiler ( PB) Multibasiler ( MB)

Tarumanagara University
TT BT I

LL BL BB
Klasifikasi WHO

PB MB
• Jumlah lesi 1 -5 • Jumlah lesi > 5
• Penebalan saraf dengan ggn fs • Penelaban saraf dengan ggn fs >1
hanya 1
• BTA positif
• BTA negatif
• Bilateral simetris
• Unilateral / bilateral asimetris
• Permukaan halus mengkilap, batas
• Permukaan kering, batas tegas, agak difus
• Anestesi jelas • Anestesi kurang jelas

Tarumanagara University
GAMBARAN KLINIS

• Kulit
– lesi berupa nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus
– terdpt pd bagian tubuh yang relatif lebih dingin,
misalnya pada muka, hidung (mukosa), telinga,
tangan dan kaki serta bagian yang terbuka lainnya

Tarumanagara University
• Saraf tepi : M.leprae
tumbuh optimum pada
suhu 30C, lebih sering
menyerang saraf tepi yg
terletak superfisial dgn
suhu yang relatif lebih
dingin.
– N. Fasialis :
lagoftalmus, hilangnya
ekspresi wajah dan
kegagalan mengatupkan
bibir
– N. Trigeminus : anestesi
kulit wajah, kornea dan
konjungtiva
– N. Aurikularis magnus

Tarumanagara University
– N. Radialis : anestesi dorsum manus serta ujung proksimal
jari telunjuk, tangan lunglai (drop wrist), tak mampu
ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan

– N. Ulnaris : anestesi sampai clawing pada ujung jari


anterior kelingking dan jari manis, serta atrofi hipotenar
dan otot interoseus dan kedua otot lumbrikalis medial

Tarumanagara University
– N. Medianus : anestesi sampai clawing pada ujung jari
bagian anterior ibu jari, telunjuk dan jari tengah, tidak
mampu adduksi ibu jari, kontraktur ibu jari, atrofi otot
tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral

– N. Peroneus comunis : anestesi tungkai bawah, bagian


lateral dan dorsum pedis, kaki gantung (drop foot)

– N. Tibialis posterior : anestesi telapak kaki, claw toes


Tarumanagara University
Tarumanagara University
• Gambaran klinis organ tubuh lain yang dapat diserang
– Rambut : alopesia
– Mata : madarosis, iritis, iridosiklitis, gangguan visus
sampai kebutaan
– Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana
– Tulang dan sendi : absropsi, mutilasi, artritis
– Lidah : ulkus
– Laring : suara parau
– Kelenjar limfe : limfadenitis
– Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, nefritis
interstitial
– Genitalia pria : epididimitis akut, orchitis, atrofi testis

Tarumanagara University
Tipe tuberculoid (TT)
• mengenai baik kulit maupun
saraf
• makula atau plakat, batas
jelas dan pada bagian
tengah dapat ditemukan lesi
yang regresi / central
healing
• permukaan lesi dapat
bersisik dengan tepi yang
meninggi
• adanya infiltrasi tuberkuloid
dan tidak adanya basil
merupakan tanda
terdapatnya respons imun
Tarumanagara University
pejamu yang adekuat
Tipe borderline tuberculoid (BT)
• menyerupai tipe TT: makula
atau plakat yang sering disertai
lesi satelit di pinggirnya
• gambaran hipopigmentasi,
kekeringan kulit atau skuama
yang tidak jelas seperti pada tipe
tuberkuloid
• adanya gangguan saraf tidak
seberat pada tipe tuberkuloid,
biasanya asimetris
• lesi satelit biasanya ada dan
terletak dekat saraf perifer yang
menebal
Tarumanagara University
Tipe mid borderline (BB)

• tipe yang paling tidak stabil dari semua spektrum


penyakit kusta
• berupa makula infiltrat
• lesi sangat bervariasi, baik dalam ukuran, bentuk
ataupun distribusi
• permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang
jelas dengan jumlah lesi yang melebihi tipe BT dan
cenderung simetris
• bisa ditemukan lesi punched out, yaitu
hipopigmentasi yang oval pada bagian tengah, dengan
batas jelas yang merupakan ciri khas tipe ini

Tarumanagara University
Tipe borderline lepromatous (BL)
• lesi dimulai dengan makula
• awalnya hanya dalam jumlah
sedikit dan dengan cepat menyebar
ke seluruh tubuh
• makula lebih jelas dan lebih
bervariasi bentuknya, papul dan
nodus lebih tegas dengan distribusi
lesi yang hampir simetris dan
beberapa nodus tampaknya melekuk
pada bagian tengah
• lesi bagian tengah sering tampak
normal dengan pinggir dalam infiltrat
lebih jelas dibandingkan dengan
pinggir luarnya dan beberapa plak
tampak seperti punched-out
• tanda kerusakan saraf berupa
hilangnya sensasi, hipopigmentasi,
berkurangnya keringat dan gugurnya
Tarumanagara
rambut University
lebih cepat muncul
Tipe Lepromatous (LL)
• jumlah lesi sangat banyak, simetris, permukaan
halus, lebih eritematosa, berkilat, berbatas
tidak tegas dan tidak ditemukan anestesi dan
anhidrosis pada stadium dini
• distribusi lesi khas, yakni di wajah mengenai
dahi, pelipis, dagu, cuping telinga; sedang di
tubuh mengenai bagian tubuh yang dingin,
lengan, punggung tangan dan permukaan
ekstensor tungkai bawah
• pada stadium lanjut tampak penebalan kulit yang
progresif, cuping telinga menebal, garis muka
menjadi kasar dan cekung membentuk fasies
leonina yang dapat disertai madarosis, iritis,
dan keratitis, deformitas pada hidung
• kerusakan saraf yang luas menyebabkan gejala
stocking & glove anaesthesia => pengecilan otot
tangan dan kaki
Tarumanagara University
Tipe Indeterminate (I)

• berupa makula hipopigmentasi dengan sedikit sisik


dan kulit disekitarnya normal
• lokasi biasanya di bagian ekstensor ekstremitas,
bokong atau muka, kadang-kadang dapat ditemukan
makula hipestesi atau sedikit penebalan saraf disertai
infiltrat di sekitar saraf
• pada 20-80% kasus penderita kusta didapatkan tipe
ini yang merupakan tanda pertama
• sebagian besar akan sembuh spontan

Tarumanagara University
Diagnosis
Berdasarkan penemuan tanda Kardinal yaitu
1.Bercak kulit yang mati rasa (total/sebagian)
berupa makula atau plak
hipopigmentasi/eritematosa
2.Penebalan saraf tepi, rasa nyeri +/- dan
gangguan fungsi saraf +/-
3.Ditemukan basil tahan asam
• Bahan dari
• cuping telinga
• lesi kulit aktif
• Biopsi saraf

Tarumanagara University
• Pemeriksaan penebalan
saraf
– N. auricularis magnus – N. peroneus communis
(poplitea lateralis)

– N. ulnaris

Tarumanagara University
• Pemeriksaan bakterioskopik
– sediaan dibuat dari kerokan
jaringan kulit / usapan mukosa
hidung yang diwarnai dengan
pewarnaan Ziehl Neelsen
– pertama harus ditentukan lesi di
kulit yang diharapkan paling
padat oleh basil setelah terlebih
dahulu menentukan jumlah
tempat yang diambil
• untuk riset dapat diperiksa 10
tempat dan untuk rutin
sebaiknya minimal 4 – 6 tempat
yaitu kedua cuping telinga
bagian bawah dan 2 -4 lesi lain
yang paling aktif berarti yang
paling eritematosa dan paling
infiltratif

Tarumanagara University
• Pemeriksaan histopatologik
– tipe tuberkoloid => tuberkel dan kerusakan saraf
yang lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit
dan non solid
– tipe lepromatosa terdapat kelim sunyi
subepidermal (subepidermal clear zone) yaitu
suatu daerah langsung di bawah epidermis yang
jaringannya tidak patologik
• Pemeriksaan serologik
– didasarkan terbentuk antibodi pada tubuh
seseorang yang terinfeksi oleh M. leprae.

Tarumanagara University
DIAGNOSIS BANDING

Tarumanagara University
Tarumanagara University
Reaksi Lepra

• interupsi dengan episode akut pada perjalanan


penyakit yang sangat kronik
• kemungkinan reaksi ini menggambarkan
episode hipersensitivitas akut terhadap antigen
basil yang menimbulkan gangguan
keseimbangan imunitas yang telah ada
• beberapa faktor yang dianggap sering
mendahului timbulnya reaksi kusta : infeksi
rekuren, pembedahan, stres fisik, imunisasi,
kehamilan

Tarumanagara University
Tipe 1
• delayed hypersensitivity reaction = reaksi
hipersensitivitas tipe IV
• antigen yang berasal dari produk akibat basil
yang telah mati akan bereaksi dengan limfosit
T disertai perubahan SIS yang cepat =>
– upgrading / reversal, apabila menuju ke arah
bentuk tuberculoid (terjadi peningkatan SIS)
– down grading, apabila menuju ke bentuk
lepromatous (terjadi penurunan SIS)

Tarumanagara University
Tipe 1
• penggunaan istilah downgrading akhir-akhir ini sudah
hampir tidak terdengar lagi => pemakaiannya hanya
untuk menunjukkan pergeseran ke arah lepromatous
masih tetap berlaku, berarti bergerak secara lambat
• gejala klinis reaksi reversal => sebagian/seluruh lesi
yang telah ada bertambah aktif dan atau timbul lesi
baru dalam waktu yang relatif singkat
– lesi hipopigmentasi menjadi eritema, lesi eritema menjadi
makin eritematosa, lesi makula menjadi infiltrat, lesi
infiltrat makin infiltrat dan lesi lama menjadi bertambah
luas. Gejala lain seperti neuritis akut juga dapat ditemukan.

Tarumanagara University
Tipe 2
• eritema nodusum leprosum (ENL)
• reaksi hipersensitivitas tipe III
• antigen berasal dari produk kuman
yang telah mati dan bereaksi dengan
antibodi membentuk kompleks Ag-
Ab yang akan mengaktivasi
komplemen => ENL
• gejala klinis :
– nodus eritema, dan nyeri dengan tempat
predileksi dilengan dan tungkai
– iridosiklitis, neuritis akut, limfadenitis,
artritis, orchitis dan nefritis akut dengan
adanya proteinuria

Tarumanagara University
Tarumanagara University
Gejala Reaksi tipe 1 Reaksi tipe 2

Tipe MH Dapat terjadi pada MH tipe PB maupun MB Hanya pada MH tipe MB

Biasanya setelah mendapatkan terapi


Waktu timbulnya Biasanya dalam 6 bulan pertama pengobatan
yg lama, umumnya lebih dari 6 bulan

Umumnya baik, demam ringan (sub febris) atau Ringan sampai berat disertai kelemahan
Keadaan umum
tanpa demam umum dan demam tinggi

Bercak kulit lama menjadi lebih meradang


Timbul nodul kemerahan, lunak & nyeri
(merah), bengkak, berkilat, hangat. Kadang-
Peradangan di kulit tekan. Biasanya pada lengan & tungkai
kadang hanya pada sebagian lesi. Dapat timbul
Nodus dapat pcah (ulserasi)
bercak baru

Sering terjadi, berupa nyeri tekan saraf dan atau


Neuritis Dapat terjadi
gangguan fungsi saraf. Silent neuritis (-)

Radang mata Dapat terjadi pada MH tipe PB maupun MB Hanya pada MH tipe MB

Udem ekstremitas (+) (-)

Peradangan pd Terjadi pada mata, kelenjar getah


Hampir tidak ada
organ lain bening, sendi, ginjal, testis dll.
No Gejala/tanda Tipe I Tipe II

Ringan Berat Ringan Berat

1. Kulit Bercak : merah, Bercak : merah, tebal, Nodul : Nodul : merah, panas, nyeri
tebal, panas, nyeri panas, nyeri yang merah,panas, yang bertambah parah
bertambah parah nyeri sampai pecah
sampai pecah

2 Saraf tepi Nyeri pd perbaan (-) Nyeri pada perabaan (+) Nyeri pada Nyeri pada perabaan (+)
perabaan (-)

3 Keadaan umum Demam (-) Demam (+) Demam (+) Demam (+)

4 Keterlibatan - - - +
organ lain Terjadi peradangan pada :
 mata : iridocyclitis
 testis : epididimoorchitis
 ginjal : nefritis
 kelenjar limpa : limfadenitis
 gangguan pada tulang, hidung,
dan tenggorokan
TATALAKSANA

• MDT untuk pausibasilar (I, BT, TT, dengan BTA


negatif) pada dewasa
DEWASA
OBAT
<35 kg >35 kg
Rifampisin 450 mg/bln 600 mg/bln
(diawasi) (diawasi)

Dapson swakelola 50mg/hari(1- 100 /hari


2mg/kgBB/hari)

Tarumanagara University
• MDT untuk multibasilar (BB, BL, LL, atau semua
tipe dengan BTA positif) pada dewasa
DEWASA
OBAT
<35 kg >35 kg
Rifampisin 450 mg/bln 600 mg/bln
(diawasi) (diawasi)

Klofazimin 300 mg/bln diawasi dan diteruskan 50


mg/hari swakelola

Dapson swakelola 50mg/hari(1- 100 /hari


2mg/kgBB/hari)

Tarumanagara University
• MDT pada anak
PB MB

OBAT
< 10 tahun 10 th – 14 th < 10 th 10 th -14 th
BB < 50kg BB < 50 kg

Rifampisin 300 mg/bln 450 mg/bln 300 mg/bln 450 mg/bln

Klofazimin - - 100 mg/bln 200 mg/bln


dilanjutkan dilanjutkan
50 mg, 50 mg/hr
2x/mgg

Dapsone 25 mg/hr 50 mg/hr 25 mg/hr 50 mg/hr


swakelola

Tarumanagara University
Obat Pilihan Lain
Ofloksasin Minosiklin Klaritromisin
• turunan • kelompok tetrasiklin • kelompok antibiotik
fluorokuinolon • efek bakterisidalnya lebih makrolid dan
• menghambat enzim tinggi daripada mempunyai aktivitas
girase DNA klaritromisin, tetapi lebih bakterisidal terhadap
mikobakterium. rendah daripada M. leprae pada tikus
• dosis optimal harian rifampisin dan manusia
adalah 400 mg • dosis standar harian • dosis harian 500 mg
• efek samping: mual, adalah 100 mg dapat membunuh 99%
diare, dan gangguan • efek samping : pewarnaan kuman hidup dalam 28
saluran cerna gigi bayi dan anak-anak, hari dan lebih dari
lainnya, berbagai kadang-kadang 99% dalam 56 hari
gangguan susunan menyebabkan • efek samping : nausea,
saraf pusat termasuk hiperpigmentasi kulit dan vomitus dan diare
insomnia, nyeri membran mukosa, yang terbukti sering
kepala, dizziness, berbagai simtom saluran ditemukan bila obat ini
nervousness dan cerna dan susunan saraf diberikan dengan dosis
halusinasi pusat, termasuk dizziness 2000 mg
dan unsteadiness
Pengobatan Reaksi

• Reaksi Lepra Waktu Reaksi Tipe 1 & 2

– Kortikosteroid 2 minggu I 40 mg/hari


• Dimulai dengan dosis
tinggi atau sedang
2 minggu II 30 mg/hari
• Gunakan sebagai dosis
tunggal pada pagi hari
2 minggu III 20 mg/hari
• Dosis diturunkan setelah
terjadi respons maksimal
2 minggu IV 15 mg/hari
• Dosis steroid dapat
diturunkan 5-10 mg/ 2
minggu 2 minggu V 10 mg/hari

2 minggu VI 5 mg/hari

Tarumanagara University

Anda mungkin juga menyukai