Anda di halaman 1dari 61

CASE REPORT

Tinnitus

DISUSUN OLEH: Taffy David Ferdinand Tioulibasa Gultom


(1361050105)
PEMBIMBING : dr. Lina Marlina Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA 1
Anatomi Telinga Luar
PINNA/
AURICULA

AUDITORY
CANAL

2
Helix

Crus Antihelix

Antihelix

Tragus

Antitragus

3
Liang Telinga
Luar

Canalis Auditoris Meatus Akustikus


Eksternus (CAE) Eksternus (MAE)

Isthmus
Tlg Tulang
rawan

4
Anatomi Telinga

• Pada sepertiga lateral kulit liang telinga  kelenjar


serumen, kelenjar sebasea, kelenjar apokrin dan rambut.
• Pada duapertiga medial hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.

5
Imanto M . Radang Telinga Luar. Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2015
Anatomi Telinga

Starum
Pars kutaneum
flaksida Stratum
mukosum
Membran
timpani Stratum
kutaneum
Pars Stratum
tensa fibrosum
Stratum
mukosum

6
Imanto M . Radang Telinga Luar. Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2015
Fisiologi Pendengaran

8
• Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi
oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan
melalui udara atau tulang ke koklea.
• Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan
ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong.
• Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimf
pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui
membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria.
• Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel.
• Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius
lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius ampai ke kortteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis
Definisi Tinnitus
• Tinnitus berasal dari bahasa latin ‘tinnire’ yang berarti dering atau
membunyikan adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran
berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat
beruba sinyal mekanoakustik maupun listrik.
• Keluhan ini dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,
atau berbagai macam bunyi lainnya. Tinitus biasanya didengar di
satu telinga, kadang di keduanya.
• Jika tinnitus terdengar di tengah telinga, berarti bunyi tersebut
berada di pitch yang sama atau mengimplikasikan bahwa bunyi
yang di dengar berasal dari sistem saraf pusat.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan ketujuh. Tahun 2017.
7
Penerbit: Badan Penerbit FKUI
Etiologi Tinnitus

8
10
1.Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan
rahang
• a. Trauma kepala dan Leher
• Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan
mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher
adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa
Fraktur tengkorak, Whisplash injury.
• b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
• Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika
berasal dari artritis sendi temporomandibular. Biasanya orang dengan artritis
TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ
mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara
pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.
11
2.Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis
• Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang
menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat
pendengaran.
• Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n.
Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang
mengenai n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV
dikenal juga dengan vestibular paroxysmal.
• MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh
darah.
12
3.Tinitus karena kelainan vascular
Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi
dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:
• a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor
ke telinga tengah kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan
kadang-kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.

• b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh darah koklea terminal.

• c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.

• d. Tumor pembuluh darah


Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat menyebabkan tinitus. Misalnya adalah
tumor karotis dan tumor glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa
adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.
13
4.Tinitus karena kelainan metabolic

• Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus.


Seperti keadaan hipertiroid dan anemia (keadaan dimana
viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan
aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga
memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang
kita kenal dengan tinitus pulsatil.
• Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan
tinitus adalah defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan
kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.
14
5.Tinitus akibat kelainan neurologis

• Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis.


multiple sclerosis adalah proses inflamasi kronik dan
demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf pusat.
• Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam
gejala, di antaranya kelemahan otot, indra penglihatan
yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan
koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif,
gangguan keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga
akan timbul gejala tinitus.
15
6.Tinitus akibat kelainan psikogenik

• Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus


yang bersifat sementara. Tinitus akan hilang bila kelainan
psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah
keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk
muncul.
16
7.Tinitus akibat obat-obatan
• Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah
obat-obatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya :
a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya
b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol,
tetrasiklin, minosiklin.
c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin,
Mechlorethamine, methotrexate, vinkristin
d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide
e. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah
17
8.Tinitus akibat gangguan mekanik

• Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus


objektif, misalnya pada tuba eustachius yang terbuka
sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan
membran timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus
muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta
otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.
18
9.Tinitus akibat gangguan konduksi

• Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar


(sekret dan oedem), serumen impaksi, efusi telinga
tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus.
Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada
rendah.
19
10.Tinitus akibat sebab lainnya

A. Tuli akibat bising


Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan
dalam jangka waktu yang cukup lama. Biasanya
diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi
pada kedua telinga. Terutama bila intensitas bising melebihi
85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor
pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami
kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang
berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat
kerusakan alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi
4000Hz.
20

B. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia
65 tahun, simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai
pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan
akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan
dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme,
aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat
multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan
kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih
cepat pada laki-laki dibanding perempuan.
21

c. Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli
sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena
adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume
endolimfa, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan
gangguan klinik pada membrane labirin.
Klasifikasi

22
Klasifikasi Tinnitus (berdasarkan objek mendengar)

Tinnitus Subjektif Tinnitus Objektif

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan ketujuh. Tahun 2017.
Penerbit: Badan Penerbit FKUI
23
24

• Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya
bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga.
• Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga
tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat
dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular
dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang
berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena
kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba
Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran
suara dari nasofaring ke rongga tengah.
25

• Tinnitus subjektif adalah tinnitus yang suaranya hanya


dapat didengar oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali
terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan
oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus
auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat
pendengaran.
• Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan
frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh
mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang
rendah, sementara pada orang yang lain intensitas
suaranya mungkin lebih tinggi.
Klasifikasi Tinnitus (berdasarkan kualitas suara)

Tinnitus Pulsatil Tinnitus nonpulsatil

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan ketujuh. Tahun 2017.
Penerbit: Badan Penerbit FKUI
26
27
Tinitus pulsatil
• Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara
denyut jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari.
• Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di
luar vaskular. Kelainan vaskular digambarkan dengan sebagai bising
mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan
tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau
suara pernapasan dalam telinga.
• Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya
menggunakan stetoskop.
28
Tinitus nonpulsatil

• Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan.


Suara yang dapat didengar oleh pasien bervariasi, mulai
dari suara yang berdering, berdenging, berdengung,
berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien
mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya.
• Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang
sunyi dan biasanya paling menganggu di malam hari
sewaktu pasien tidur, selama siang hari efek penutup
kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat
menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut.
Patofisiologi

29
• Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris
yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun
impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang
ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls
abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.
• Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai
kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai
intensitas.
• Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau
nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat terus
menerus atau hilang timbul.
• Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural
dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus
yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya
berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan
inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus
pulsatil).
• Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan
konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga
karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media,
otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus dengan nada rendah
yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran
merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus
jugulare.
• Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan
vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya
pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis
dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba
eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran
timpani bergerak dan terjadi tinitus.
• Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus
stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan
tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga
tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka
suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
• Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin,
dehidro-streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin,
dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun
hilang timbul. Pada hipertensi endolimfatik, seperti
penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah
atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau
berdengung. Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli
sensorineural.
• Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada
pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan
endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme
atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan
tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal
kembali
Anamnesa
• Kualitas dan kuantitas tinitus - Lama serangan tinitus berlangsung,
• Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di bila berlangsung hanya dalam satu
kedua telinga menit dan setelah itu hilang, maka ini
bukan suatu keadaan yang patologik,
• Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging,
tetapi jika tinitus berlangsung selama 5
mendengung, menderu, ataupun mendesis dan
menit, serangan ini bias dianggap
bunyi lainnya
patologik.
• Apakah bunyi yang di dengar semakin - Riwayat medikasi sebelumnya yang
mengganggu di siang atau malam hari berhubungan dengan obat-obatan
• Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dengan sifat ototoksik
dan gangguan pendengaran serta gangguan - Kebiasaan sehari-hari terutama
neurologik lainnya. merokok dan meminum kopi
- Riwayat cedera kepala, pajanan
bising, trauma akustik
- Riwayat infeksi telinga dan operasi
telinga
ear exam-->(audible sounds)-+-->sync w/respiration-->patent eustachian
| | tube
| |
| |
| |
| +-->sync w/pulse-->aneurysm, vascular tumor,
v | vascular malformation,
(no audible sounds) | venous hum
| |
| |
| |
| +-->continuous-->venous hum, acoustic
| emissions
|
|
v
neurological exam-->(normal)-->audiogram
| |
| |
| +-->normal-->idiopathic tinnitus
| |
| |
| +-->conductive hearing loss
v | |
(brain stem signs) | v
| | impacted cerumen, chronic
| | otitis, otosclerosis
| |
v |
multiple sclerosis, +-->sensorineural hearing loss
tumor, ischemic |
infarction v
BAER Test
|
v
+---------+--------------+
| |
| |
v v
abnormal (neural) normal cochlear
| |
| |
| |
v v
acoustic neuroma noise damage
other tumors ototoxic drugs
vascular compression labyrinthitis
Meniere's Disease
perilymph fistula
Penatalaksanaan
• Ada banyak pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada pengobatan yang
efektif untuk tinitus subjektif. Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat
dibagi dalam 4 cara yaitu :
• 1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan
intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu
dengar atau tinitus masker.
• 2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan
pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan
relaksasi setiap hari.
• 3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas
diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer,
antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan mineral.
• 4. Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh
akustik neuroma.
Tinnitus Retraining Therapy

• Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi


habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan
yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil
modifikasi hubungan system auditorik ke sistem limbik
dan system saraf otonom.
• TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan
sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang
bermakna berupa penurunan toleransi terhadap suara.
• Biasanya pasien menggunakan terapi ini selama 1
sampai 2 tahun, dan keberhasilan dari terapi ini
tergantung dari masing- masing pasien.
• TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk
mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien.
Menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi
terhadap suara sekitarnya, mengevakuasi kondisi
emosional pasien, mendapatkan informasi untuk
memberikan konseling yang tepat dan membuat data
dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi.
Edukasi
a.Menghindari pemakaian obat- obat ototoksis seperti aspirin,
NSAIDs
b.Hindari suara suara yang keras atau bising. Jika harus terpapar,
maka gunakan alat pelindung diri berupa ear plug.
c.Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat
meningkatkan tekanan darah yang merupakan salah satu
penyebab tinnitus.
d.Modifikasi gaya hidup, kurangi kebiasaan merokok dan minum
kafein yang merupakan faktor yang memperparah tinitus
e.Olahraga dan hindari stress.
Daftar Pustaka

1. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
2. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id .
3. Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC
4. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id .
5. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan ketujuh. Tahun 2017. Penerbit: Badan Penerbit
FKUI
6. Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal.
59. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

44
LAPORAN KASUS

45
Identitas Pasien

• Nama : Ny. “L”


• Umur : 63 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Pekerjaan : IRT
• Agama : Kristen
• Alamat : Pinang Ranti RT 013/003 No.64 Jakarta Timur

46
ANAMNESIS

• Keluhan Utama: Telinga berdengung pada telinga kiri


dan kanan

• Keluhan Tambahan: Susah mendengar pada telinga kiri


dan kanan

49
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke Poli THT RS UKI dengan keluhan
telinga berasa berdengung sebelah kanan dan kiri sejak 1
minggu yang lalu
• Pasien mengaku semenjak telinganya berasa
berdengung sejak 1 minggu yang lalu pendengarannya
sekarang menjadi berkurang

48
Riwayat penyakit dahulu

• Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit


berat, riwayat sinusitis (-), riwayat rinitis (-),
hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-),
riwayat trauma pada telinga (-), riwayat penyakit
pada telinga sebelumnya (-)

51
Riwayat penyakit keluarga

• Tidak ada riwayat gejala penyakit telinga yang serupa


pada anggota keluarga pasien.

52
Riwayat Alergi

• Tidak ada riwayat alergi pada pasien

53
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum : Baik


• Kesadaran : Compos mentis

• Tanda Vital:
• Tensi : 120/80 mmHg
• Nadi : 84 x/menit
• Suhu: 36,3 C
• Respirasi : 20 x/menit
52
Pemeriksaan Hidung

Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri


Hidung Luar Bentuk (N), Inflamasi (-), nyeri tekan Bentuk (N), Inflamasi (-), nyeri tekan
(-), deformitas (-). (-), deformitas (-).

Rinoskopi Anterior
Vestibulum N N
Dasar kavum nasi media Bentuk (N), mukosa hiperemi (-). Bentuk (N), mukosa hiperemi (-).

Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), sekret (-), Mukosa hiperemi (-), sekret (-),
konka nasi media (N), massa (-), konka nasi media (N), massa (-),
sekret (-). sekret (-).

Meatus nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema (-) Mukosa hiperemi (-), edema (-)

Konka nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema (-) Mukosa hiperemi (-), edema (-)

Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-). perdarahan (-).
53
Pemeriksaan telinga
Bagian Telinga Telinga kanan Telinga kiri

Aurikula Deformitas (-), hiperemis (-), edema (-) Deformitas (-), hiperemis (-), edema (-)

Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses
Daerah preaurikula
(-), nyeri tekan tragus (-) (-), nyeri tekan tragus (-)

Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses
Daerah retroaurikula
(-), nyeri tekan (-) (-), nyeri tekan (-)

Lapang, Sekret (-), Serumen (-), edema (- Lapang, Sekret (-), Serumen (-), edema (-
Meatus akustikus
), hiperemis (-), furunkel (-), otorea (-) ), hiperemis (-), furunkel (-), otorea (-)

Utuh, Berwarna seperti mutira, Retraksi (- Utuh, Berwarna seperti mutira, Retraksi (-
), bulging (-), perforasi (-), refleks cahaya ), bulging (-), perforasi (-), refleks cahaya
Membran timpani
(+), posisi jam 5, (+), posisi jam 7,
Kelainan lain (-) Kelainan lain (-)
54
Pemeriksaan Tenggorokan

Bagian Keterangan

Mukosa bukal hiperemis (-), massa (-)

Mukosa gigi hiperemis (-), massa (-)

Palatum durum dan palatu


Hiperemis (-), massa (-)
mole

Hiperemis (-), edema (-), massa (-), granul (-),


Mukosa faring
ulkus (-)

Tonsil Hiperemis (-), ukuran T1-T1, detritus (-)


55
Pemeriksaan Timpanometri

• Hasil pemeriksaan menunjukan


bahwa tympanogram pasien
merupakan tipe AS

• Tipe AS menunjukan adanya


kekakuan tulang pendengaran
atau otosklerosis
Resume

• Pasien datang ke Poli THT RS UKI dengan keluhan


telinga kanan dan kiri berasa berdengung sejak 1 minggu
yang lalu
• Pasien mengaku semenjak telinganya berasa
berdengung sejak 1 minggu yang lalu pendengarannya
sekarang menjadi berkurang di telinga kanan dan kiri
• Pada pemeriksaan fisik tidak terdapat kelainan, tetapi
pada pemeriksaan timpanometri menunjukkan gambaran
pendengaran pasien berkurang
• Diagnosa Kerja: Observasi Tinnitus

• Diagnosa Banding: -
Penatalaksanaan

• Non medikamentosa
• Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami penurunan
pendengaran
• Pasien diberitahu bahwa gejala berdengung pasien
merupakan hal yang sering terjadi pada usia pasien
• Pasien diberitahu jika gejala yang dialami pasien tidak
berkurang maka pasien harus menggunakan alat bantu
pendengaran
• Medikamentosa
• Methylprednisolone 2-3x4mg observasi untuk 6 hari
• Mecobalamin 3x500mg observasi untuk 6 hari
Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad functionum : dubia ad bonam
Ad sanationum : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai