Tinnitus
AUDITORY
CANAL
2
Helix
Crus Antihelix
Antihelix
Tragus
Antitragus
3
Liang Telinga
Luar
Isthmus
Tlg Tulang
rawan
4
Anatomi Telinga
5
Imanto M . Radang Telinga Luar. Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2015
Anatomi Telinga
Starum
Pars kutaneum
flaksida Stratum
mukosum
Membran
timpani Stratum
kutaneum
Pars Stratum
tensa fibrosum
Stratum
mukosum
6
Imanto M . Radang Telinga Luar. Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2015
Fisiologi Pendengaran
8
• Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi
oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan
melalui udara atau tulang ke koklea.
• Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan
ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong.
• Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimf
pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui
membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria.
• Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel.
• Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius
lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius ampai ke kortteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis
Definisi Tinnitus
• Tinnitus berasal dari bahasa latin ‘tinnire’ yang berarti dering atau
membunyikan adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran
berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat
beruba sinyal mekanoakustik maupun listrik.
• Keluhan ini dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,
atau berbagai macam bunyi lainnya. Tinitus biasanya didengar di
satu telinga, kadang di keduanya.
• Jika tinnitus terdengar di tengah telinga, berarti bunyi tersebut
berada di pitch yang sama atau mengimplikasikan bahwa bunyi
yang di dengar berasal dari sistem saraf pusat.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan ketujuh. Tahun 2017.
7
Penerbit: Badan Penerbit FKUI
Etiologi Tinnitus
8
10
1.Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan
rahang
• a. Trauma kepala dan Leher
• Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan
mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher
adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa
Fraktur tengkorak, Whisplash injury.
• b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
• Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika
berasal dari artritis sendi temporomandibular. Biasanya orang dengan artritis
TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ
mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara
pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.
11
2.Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis
• Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang
menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat
pendengaran.
• Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n.
Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang
mengenai n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV
dikenal juga dengan vestibular paroxysmal.
• MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh
darah.
12
3.Tinitus karena kelainan vascular
Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi
dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:
• a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor
ke telinga tengah kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan
kadang-kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.
• b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh darah koklea terminal.
• c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.
B. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia
65 tahun, simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai
pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan
akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan
dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme,
aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat
multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan
kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih
cepat pada laki-laki dibanding perempuan.
21
c. Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli
sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena
adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume
endolimfa, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan
gangguan klinik pada membrane labirin.
Klasifikasi
22
Klasifikasi Tinnitus (berdasarkan objek mendengar)
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan ketujuh. Tahun 2017.
Penerbit: Badan Penerbit FKUI
23
24
• Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya
bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga.
• Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga
tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat
dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular
dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang
berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena
kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba
Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran
suara dari nasofaring ke rongga tengah.
25
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan ketujuh. Tahun 2017.
Penerbit: Badan Penerbit FKUI
26
27
Tinitus pulsatil
• Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara
denyut jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari.
• Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di
luar vaskular. Kelainan vaskular digambarkan dengan sebagai bising
mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan
tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau
suara pernapasan dalam telinga.
• Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya
menggunakan stetoskop.
28
Tinitus nonpulsatil
29
• Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris
yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun
impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang
ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls
abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.
• Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai
kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai
intensitas.
• Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau
nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat terus
menerus atau hilang timbul.
• Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural
dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus
yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya
berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan
inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus
pulsatil).
• Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan
konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga
karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media,
otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus dengan nada rendah
yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran
merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus
jugulare.
• Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan
vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya
pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis
dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba
eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran
timpani bergerak dan terjadi tinitus.
• Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus
stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan
tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga
tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka
suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
• Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin,
dehidro-streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin,
dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun
hilang timbul. Pada hipertensi endolimfatik, seperti
penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah
atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau
berdengung. Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli
sensorineural.
• Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada
pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan
endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme
atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan
tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal
kembali
Anamnesa
• Kualitas dan kuantitas tinitus - Lama serangan tinitus berlangsung,
• Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di bila berlangsung hanya dalam satu
kedua telinga menit dan setelah itu hilang, maka ini
bukan suatu keadaan yang patologik,
• Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging,
tetapi jika tinitus berlangsung selama 5
mendengung, menderu, ataupun mendesis dan
menit, serangan ini bias dianggap
bunyi lainnya
patologik.
• Apakah bunyi yang di dengar semakin - Riwayat medikasi sebelumnya yang
mengganggu di siang atau malam hari berhubungan dengan obat-obatan
• Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dengan sifat ototoksik
dan gangguan pendengaran serta gangguan - Kebiasaan sehari-hari terutama
neurologik lainnya. merokok dan meminum kopi
- Riwayat cedera kepala, pajanan
bising, trauma akustik
- Riwayat infeksi telinga dan operasi
telinga
ear exam-->(audible sounds)-+-->sync w/respiration-->patent eustachian
| | tube
| |
| |
| |
| +-->sync w/pulse-->aneurysm, vascular tumor,
v | vascular malformation,
(no audible sounds) | venous hum
| |
| |
| |
| +-->continuous-->venous hum, acoustic
| emissions
|
|
v
neurological exam-->(normal)-->audiogram
| |
| |
| +-->normal-->idiopathic tinnitus
| |
| |
| +-->conductive hearing loss
v | |
(brain stem signs) | v
| | impacted cerumen, chronic
| | otitis, otosclerosis
| |
v |
multiple sclerosis, +-->sensorineural hearing loss
tumor, ischemic |
infarction v
BAER Test
|
v
+---------+--------------+
| |
| |
v v
abnormal (neural) normal cochlear
| |
| |
| |
v v
acoustic neuroma noise damage
other tumors ototoxic drugs
vascular compression labyrinthitis
Meniere's Disease
perilymph fistula
Penatalaksanaan
• Ada banyak pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada pengobatan yang
efektif untuk tinitus subjektif. Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat
dibagi dalam 4 cara yaitu :
• 1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan
intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu
dengar atau tinitus masker.
• 2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan
pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan
relaksasi setiap hari.
• 3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas
diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer,
antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan mineral.
• 4. Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh
akustik neuroma.
Tinnitus Retraining Therapy
1. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
2. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id .
3. Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC
4. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id .
5. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan ketujuh. Tahun 2017. Penerbit: Badan Penerbit
FKUI
6. Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal.
59. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
44
LAPORAN KASUS
45
Identitas Pasien
46
ANAMNESIS
49
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke Poli THT RS UKI dengan keluhan
telinga berasa berdengung sebelah kanan dan kiri sejak 1
minggu yang lalu
• Pasien mengaku semenjak telinganya berasa
berdengung sejak 1 minggu yang lalu pendengarannya
sekarang menjadi berkurang
48
Riwayat penyakit dahulu
51
Riwayat penyakit keluarga
52
Riwayat Alergi
53
Pemeriksaan Fisik
• Tanda Vital:
• Tensi : 120/80 mmHg
• Nadi : 84 x/menit
• Suhu: 36,3 C
• Respirasi : 20 x/menit
52
Pemeriksaan Hidung
Rinoskopi Anterior
Vestibulum N N
Dasar kavum nasi media Bentuk (N), mukosa hiperemi (-). Bentuk (N), mukosa hiperemi (-).
Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), sekret (-), Mukosa hiperemi (-), sekret (-),
konka nasi media (N), massa (-), konka nasi media (N), massa (-),
sekret (-). sekret (-).
Meatus nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema (-) Mukosa hiperemi (-), edema (-)
Konka nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema (-) Mukosa hiperemi (-), edema (-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-). perdarahan (-).
53
Pemeriksaan telinga
Bagian Telinga Telinga kanan Telinga kiri
Aurikula Deformitas (-), hiperemis (-), edema (-) Deformitas (-), hiperemis (-), edema (-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses
Daerah preaurikula
(-), nyeri tekan tragus (-) (-), nyeri tekan tragus (-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses
Daerah retroaurikula
(-), nyeri tekan (-) (-), nyeri tekan (-)
Lapang, Sekret (-), Serumen (-), edema (- Lapang, Sekret (-), Serumen (-), edema (-
Meatus akustikus
), hiperemis (-), furunkel (-), otorea (-) ), hiperemis (-), furunkel (-), otorea (-)
Utuh, Berwarna seperti mutira, Retraksi (- Utuh, Berwarna seperti mutira, Retraksi (-
), bulging (-), perforasi (-), refleks cahaya ), bulging (-), perforasi (-), refleks cahaya
Membran timpani
(+), posisi jam 5, (+), posisi jam 7,
Kelainan lain (-) Kelainan lain (-)
54
Pemeriksaan Tenggorokan
Bagian Keterangan
• Diagnosa Banding: -
Penatalaksanaan
• Non medikamentosa
• Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami penurunan
pendengaran
• Pasien diberitahu bahwa gejala berdengung pasien
merupakan hal yang sering terjadi pada usia pasien
• Pasien diberitahu jika gejala yang dialami pasien tidak
berkurang maka pasien harus menggunakan alat bantu
pendengaran
• Medikamentosa
• Methylprednisolone 2-3x4mg observasi untuk 6 hari
• Mecobalamin 3x500mg observasi untuk 6 hari
Prognosis