Anda di halaman 1dari 16

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Nama Anggota Kelompok


1. Allyndra Dyalista Daudurani
2. Putrisia Meydalena Maharani
3. Novan Bagus Pramungkas
4. Maulana Abi Riansah
Kata Pengantar
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Ea, atas
limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga makalah tentang
“Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim” ini dapat tersusun.
Shollawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan pada
junjungan besar kita Rasulullah Muhammad SAW. Dengan adanya
makalah ini dapat dijadikan media sumber belajar. Serta diharapkan
dapat membantu memahami materi-materi tentang tokoh Sunan
Gresik.
Kebenaran hanya milik Allah semata. Kemungkinan masih
adanya beberapa kekurangan yang tentu saja tidak kami sengaja. Oleh
karena itu, saran dan masukan selalu diharapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak atas tersusunnya makalah ini. Semoga berguna dan
bermanfaat bagi siswa yang lainnya.
DAFTAR ISI
BAB 1 : Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan

BAB II : Pembahasan
2.1 Sunan Gresik
2.2 Asal keturunan
2.3 Penyebaran agama
2.4 Wafat

BAB III : Penutup


3.1 Penutup

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke 11 dari Husain bin
Ali. Ia disebut juga Sunan Gresik, Syekh Magribi atau terkadang
Makhdum Ibrahim As-Samarqandy. Ia diperkirakan lahir di Samarkand,
Asia Tengah pada paruh awal abad ke 14. Babad Tanah Jawa versi
Meinsma menyebutkan Asmarakandy mengikuti pengucapan lidah orang
Jawa terhadap As-Samarkandy. Dalam cerita rakyat, ada yang
memanggilnya kakek Bantal.
Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang
mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok
tanam dan banyak merangkul rakyat. Kebanyakan yaitu golongan
masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik
Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat yang tengah dilanda krisis
ekonomi dan oerang saudara. Ia membangun pondokkan tempat belajar
agama di Leren, Gresik pada tahun 1419. malik Ibrahim wafat dan
dimakamkan di Desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yang akan dibahas, diantaranya :
1. Asal keturunan
2. Penyebaran Islam
3. Wafat

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas makalah ini bertujuan
sebagai :
1. Untuk mengetahui asal keturunan Sunan Gresik
2. Untuk mengetahui penyebaran agama
3. Untuk mengetahui wafatnya Sunan Gresik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sunan Gresik atau Maulana
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke 11 dari Husain bin Ali. Ia
disebut juga Sunan Gresik, Syekh Magribi atau terkadang Makhdum Ibrahim As-
Samargandy. Ia diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah pada paruh awal abad
ke 14. Babad Tanah Jawa versi Meinsma menyebutkan Asmarakandy mengikuti
pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarkandy. Dalam cerita rakyat, ada yang
memanggilnya kakek Bantal.
Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang
mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan
banyak merangkul rakyat. Kebanyakan yaitu golongan masyarakat Jawa yang
tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat yang tengah dilanda krisis ekonomi dan oerang saudara. Ia membangun
pondokkan tempat belajar agama di Leren, Gresik pada tahun 1419. malik Ibrahim
wafat dan dimakamkan di Desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.2 Asal Keturunan
Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal
keturunan Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati
bahwa ia bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Maulana Syekh Magribi
yang diberikan masyarakat kepadanya kemungkinan menisbatkan asal
keturunannya dari Mgrib atau Maroko di Afrika Utara.
Babad Tanah Jawa versi J.J Meinsma menyebutkaan dengan
nama Makdum Ibrahim As-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan
lidah orang Jwa menjadi Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia
memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand, Asia
Tengah pada paruh awal abad 14
Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai
asal mula dan perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa
menurut penuturan para penulis lokal
“Maulana Malik Ibrahim seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia
keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu raja Chermen Mahomedans
lainnya di Desa Leren di Jang’gala.”
Namun demikian, kemungkinan pendapat yang terkuak adalah berdasarkan
pembacaan J.P. Moquette atas baris ke lima tulisan pada prasasti makamnya di Desa
Gapura Wetan, Gresik, yang mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan, suatu
tempat di Iran sekarang.
Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Pada
umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW. Melaui jalur keturunan
Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al Baqir, Ja’far As-Shadiiq, Ali Al
Uraidy, Muhammad Al Naqib, Isa Ar-Rumi, Ahmad Al Muhajir, Ubaidullah, Alwi
Awwal, Muhammad Sahibus Sauminah, Alusi Ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam,
Muhammad Shahib Misbath, Alusi Ummi Al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan)
Abdullah (Al-Azhamat) Khan, Ahmad Shah Jalal, Jamaludin Akbar al-Husain
(Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.

2.3 Penyebaran Agama


maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-
tama menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Dan merupakan wali senior diantara
para wali songo lainnya. Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya
disertai beberapa orang. Daerah yang dituju pertama kali adalah desa Sembalo,
sekarang adalah daerah Leren, Kecamatan Manyar, yaitu 9 km ke arah utara kota
Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian Timur dengan
mendirkan masjid pertama di Desa Pesucinan, Manyar.
Pertama-tama yang dilakukan ialah mendekati masyarakat
memlalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah tamah senantiasa
diperlihatkan di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara
tajam agama dan kepercayaan hidup penduduk asli. Melinkan, hanya
memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama Islam.
Berkat keramah tamahannya banyak masyarakat yang tertarik masuk ke
dalam agama Islam.
Sebagaimana yang dilakukan para wali lainnya, aktivitas yang
pertama dilakukan Maulana Malik Ibrahim telah berdagang di tempat
pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.
Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak.
Selain itu, raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan
perdagangan tersebut, sebagai pelaku jual beli pemilik kapal atau
pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik kemudian
melakukan kunjungan ke Ibu Kota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan
memberikan sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang
kemudian dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga
mengandung unsur-unsur kebenaran, mengingat menurut Groeneveld pada
saat Maulana Malik hidup di Ibu Kota Majapahit telah banyak orang asing
termasuk dari Asia Barat.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk
melanjutkan perjuangan penegakkan agama Islam, Maulana Malik Ibrahim
membuka pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama
Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi
orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam
berabad-abad yang silam.
Setiap malam Jum’at legi, masyarakat setempat ramai berkunjung
untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau Haul juga diadakan setiap tanggal
12 Rabiul awal, sesuai tanggal wafat pada prasastii makamnya. Pada acara haul
biasanya dilakukan khataman Al-Qur’an, Mauludan (Pembacaan riwayat Nabi
Muhammad SAW) dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.

2.4 Wafat
Setelah selesai membangun dan menata pondokkan tempat belajar agama
di Leran tahun 1419, Maulana Malik Ibrahim wafat. Dan makamnya kini terdapat
di Desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai
berikut :
Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat
Pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya yang Maha
Luhur, guru para pangeran sebagai tongkat sekalian Sultan dan Wazir, siraman bagi
kaum fakir miskin. Yang berbahagia dan shahid penguasa dan urusan agama : Malik
Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah menempatkannya di surga.
Ia wafat pada Senin, 12 Rabiul awal 822 H. Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut
diberi nama Malik Ibrahim.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum dapat disebutkan bahwa para pembawa agama Islam
pertama kali ke wilayah Nusantara-Indonesia adalah para pedagang ddan
Muballig dari Arbn Persia dan India. Mereka mengunjungi daerah-daerah
pesisir Nusantara yang berhubungan langsung dengan bandar-bandar
perdagangan Internasional. Aceh dengan kerajaan Perlak dan Pasai telah
menjadi penyangga penyebaran Islam yang utama ke wilayah lainnya di
Nusantara. Sebab ditemukan laporan bahwa hampir seluruh ulama yang
menyebarkan Islam ke daerah lain adalah berasal atau paling tidak berguru
kepada ulama yang ada di kedua kerajaan tersebut. Setidaknya hingga
pertengkaran abad ke 15, umat Islam bukan saja telah menyebar luas ke
seluruh kepulauan wilayah seluruh Indonesia, bahkan secara sosial telah
muncul menjadi agen perubahan sejarah yang pentig.
Islam dengan demikian menyediakan “cetak biru untuk organisasi
policoekonomi” dan dengan ini sedang dipersiapkan jalan bagi terjadinya
proses-proses peribahan struktural baru dari sistem agraris-patrimonial ke
arah persamaan dan pertumbuhan ekonomi atau “kapitalisme-politik”.
Dari cetak biru politico-ekonomi inilah Islam menyentuh kalangan
menengah pedagang pribumi memeluk agama Islam untuk berpartisipasi
dalam komunitas moral perdagangan muslim Internasional. Melalui
Malaka yang sejak akhir abad ke 14 telah berkembang menjadi “entrepot-
state” (Negara penyalur perdagangan lintas laut)
dengan demikian hubungan perdagangan antar pulau di wilayah
Nusantara semakin terbuka. Dan itu berarti mempeluas jangkauan dakwah
dan penyebaran agama Islam. Para ulama yang notabene adalah para sayid
keturunan Rasulullah yang sebagaimana menjadi Sultan atau paling tidak
menjadi anggota keluarga kerajaan karena perkawinan dengan kerabat
para raja menjadi leluasa dalam menyebarkan Islam. Hal inilah yang
mempercepat proses Islamisasi di wilayah kepulauan Nusantara-Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://Id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Gresik

Anda mungkin juga menyukai