Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

STRATEGI TRANSFORMASI
KEPESERTAAN PKH
DEPUTI MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/BAPPENAS
BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM

Rakor PKH Tingkat Pusat


6 November 2011
KERANGKA PAPARAN

 Latar Belakang
 Mengapa diperlukan Exit Strategy bagi
PKH?
 Rancangan Exit Strategy PKH
 Peran Pemda ke depan

2
LATAR BELAKANG
1. Pelaksanaan PKH tidak terlepas dari kisah sukses pelaksanaan Conditional Cash
Transfers di berbagai negara  evaluasi menunjukan program efektif untuk:
a. Mendorong orangtua melakukan investasi kesehatan dan pendidikan anak,
b. Meningkatkan prestasi pendidikan,
c. Meningkatkan kesehatan ibu & anak dan mengurangi kekurangan gizi.
d. Dampak ikutan: pengurangan pekerja anak dan peningkatan kebiasaan baik terhadap pola
hidup sehat dari bukan penerima di suatu wilayah (neighbouring effect).

2. Pelaksanaan CCT umumnya dilengkapi oleh exit strategy.


a. Program Solidario–Puente Chile kepesertaan max. 5 thn, otomatis dapat mengakses berbagai
program bantuan sosial. Masa transisi 2 thn dgn pengurangan pembayaran secara bertahap &
bonus kelulusan bagi anak yang melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
b. Program Oportunidades Mexico melakukan resertifikasi setelah 3 tahun. Jika masih eligible,
kepesertaan dipertahankan hingga 4 thn (perkotaan) dan 6 thn (pedesaan), dan setelahnya
ditransfer ke skema program lain (asal terus mematuhi persyaratan program.)
c. Bolsa Familia di Brazil melakukan resertifikasi setiap 2 tahun. Selama kriteria kelayakan
bertahan, penerima berhak atas Bolsa Familia.
d. Untuk PKH disepakati Exit Strategy = Strategi Transformasi Kepesertaan PKH. 3
MENGAPA PERLU ADA EXIT STRATEGY?
1. Memastikan keberlanjutan perubahan perilaku peserta PKH—dalam
memanfaatkan layanan pendidikan dan kesehatan;
2. Meminimalisir dampak psikologis mantan peserta karena sudah tidak
menerima bantuan (shock/retrieval syndrome, a.l. tidak meneruskan
sekolah, kembali pergi ke dukun, dll).
3. Menjamin tetap terjadi peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan:
• Dari pemenuhan syarat kondisionalitas kepada pemenuhan hak dasar
sebagai warga negara
• Dari peserta (RTSM/ KSM) menjadi klien – lebih partisipatif dalam proses
pembangunan
• Dari dependensi kepada otonomi (free choice)
• Dari marginalised (eksklusif kepesertaan PKH) menjadi inklusif dalam
berbagai program pembangunan lainnya.

4
STATUS KELAYAKAN PESERTA PKH
KOHOR 2007
100,000

90,000

80,000

70,000

60,000

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

0
<= 5% 6%-10% 11%-30% 31%-40%
Have children
Memiliki below
anak 5 years
usia old by pada
<5 tahun 2013 (%)
tahun 2013 (%)
Memiliki
Have anak
children usia 7-17
between tahun
7-17 years oldpada tahun 2013 (%)
by 2013

Memiliki
Have bothanak usia <5children
children tahun dan 7-17 tahun
below 5 andpada tahun 7-17
between 2013 (%)
years old by 2013
Do notmemiliki
Tidak have either children
anak usia below
<5 tahun dan57-17
or between
tahun pada7-17 years
tahun 2013old
(%) by 2013 5
EXIT MELALUI RESERTIFIKASI
 Resertifikasi/sertifikasi ulang adalah penilaian status sosial ekonomi peserta
PKH
 Sebagai input penetapan strategi transformasi kepesertaan PKH
 Akan dilaksanakan 1 tahun sebelum 6 tahun kepesertaan (tahun ke 5).
Tujuan
• Penilaian status sosial ekonomi peserta PKH
• Identifikasi program-program perlindungan sosial yang dimiliki peserta
• Identifikasi program lainnya yang dibutuhkan oleh peserta PKH
• Pemutakhiran data roster PKH.

Manfaat
• Bahan keputusan penilaian status kelayakan/eligibility kepesertaan PKH.
• Formulasi aturan graduasi program.
• Evaluasi kualitas penetapan sasaran PKH & efektifitas program dalam
memenuhi tujuannya.
• Dapat pula untuk verifikasi cadangan/daftar tunggu PKH
STATUS KEPESERTAAN HASIL
RESERTIFIKASI
Terdapat 4 kemungkinan status kepesertaan berdasarkan hasil resertifikasi:
1. Miskin, eligible
2. Miskin, tidak eligible
3. Tidak miskin eligible
4. Tidak miskin, tidak eligible K
Masih Elijibel
E

Transisi
RTSM
L
(=<10%)
Tidak Elijibel U
Status
A
Kemiskinan R

Graduasi
Masih Elijibel
Non-RTSM P
(>10%) K
Tidak Elijibel H
7
GRADUASI
Kondisi penyebab graduasi:
• Keluar sementara : jika ada anggota keluarga yang tidak memenuhi
komitmen secara berturut-turut selama tiga bulan. Disebut sementara
karena keluarga tersebut masih memungkinkan untuk didaftarkan lagi
sebagai Peserta PKH sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Di dalam
pedoman umum kondisi ini juga disebut sebagai penangguhan sementara.

• Graduasi alamiah: jika rumah tangga ini memiliki anggota keluarga yang
sudah tidak lagi memenuhi syarat kepesertaan PKH dan sudah tidak masuk
kategori miskin. Rumah tangga ini tidak mendapatkan bantuan tunai pada
periode pembayaran berikutnya.
– Bila status sosial ekonominya berada pada tingkat di bawah miskin masuk
dalam program transisi.

• Graduasi permanen diberlakukan bagi rumah tangga yang telah memasuki


masa kepesertaan 6 tahun dan saat resertifikasi sudah tidak masuk
kategori sangat miskin atau miskin dan tidak memenuhi persyaratan PKH.
Peserta kategori ini akan mendapat bantuan tunai hingga akhir tahun
kepesertaan 6 tahun.
8
IMPLIKASI PENETAPAN GRADUASI
Pihak yang terlibat Diberlakukan ketentuan graduasi Tidak ada ketentuan graduasi

1. Diduga akan ada beban psikologis bagi penerima 1. Menciptakan ketergantungan RTSM
PKH kepada bantuan tunai program PKH.
RTSM, 2. Tidak terakomodasikannya akumulasi ketrampilan 2. Menciptakan kecemburuan antara
dan pengetahun yang sudah dimiliki oleh tenaga RTSM penerima dan non-penerima.
PENDAMPING, pendamping dan operator.
3. Relatif sulitnya memelihara perilaku positif dalam
OPERATOR memanfaatkan pelayanan kesehatan dan
pendidikan.
4. Terjadinya peningkatan peluang pekerja anak.

1. Dapat terjadi penurunan pengguna layanan Peningkatan pengguna layanan (demand


pelayanan pendidikan dan kesehatan (kemungkinan side) pelayanan pendidikan dan kesehatan
anak putus sekolah, Ibu melahirkan dengan tenaga
SERVICE PROVIDER kesehatan tradisional).
2. Pengurangan beban petugas pemberi layanan
(service providers) bidang kesehatan dan pendidikan
dalam pengisian form verifikasi.
1. Pemda perlu menambahkan alokasi anggaran terkait. 1. Tidak ada motivasi Pemda untuk
2. Alokasi anggaran bisa digunakan untuk membidik menganggarkan kegiatan pendukung
PEMERINTAH orang miskin yang belum pernah menerima program PKH.
DAERAH, bantuan. 2. Tidak ada perubahan mindset dari
pemda tentang program
PEMERINTAH PUSAT penanggulangan kemiskinan
3. Meningkatkan anggaran pemerintah
pusat.

9
TRANSISI
1. Pengertian Transisi  untuk menjamin keberlangsungan perubahan perilaku positif
(terhadap kesehatan dan pendidikan)
 Pada tingkat peserta:
• Menjamin peralihan pembayaran/transfer PKH pada bentuk bantuan sosial lain (jaminan
kesehatan, beasiswa, TabunganKu, subsidi raskin, listrik, pupuk, dsb)
• Menjamin keikutsertaan/partisipasi mantan peserta dalam kelompok masyarakat (KUBE,
PNPM, dst).
 Pada tingkat program:
• Terjadinya peralihan/keberlanjutan penanganan mantan peserta PKH dalam program
lainnya (baik program pusat maupun daerah).
• Peralihan pendampingan  menjadi pekerja sosial di daerah yang sama atau pindah ke
daerah PKH baru.

2. Peserta yang masuk program transisi tetap akan mendapatkan:


 Bantuan tunai sesuai kondisi hasil resertifikasi
 Mengikuti sesi pengembangan masyarakat (community development session), berupa
pelatihan keterampilan dan edukasi untuk pengembangan kapasitas penghidupannya.
KETENTUAN TRANSISI
1. RT miskin (<10%), dan eligible  tetap mendapatkan bantuan tunai sesuai
ketentuan PKH utk max. 3 thn hingga mengalami graduasi alami.
2. RT miskin (<10%), tidak eligible  tetap mendapatkan bantuan tunai (hanya
komponen bantuan tetap mengingat tidak ada anggota rumah tangga sesuai Masih perlu
ketentuan PKH) hingga max. 3 tahun (sepanjang mengikuti ketentuan kesepakatan
program.
3. RT non miskin (>10%), eligible  tetap mendapatkan bantuan tunai sesuai
ketentuan PKH utk max. 3 thn hingga mengalami graduasi alamiah.

Bantuan tetap

Tahun ke - 5 Tahun ke - 6 Tahun ke – 9


Resertifi- Persiapan (max)
kasi transisi
11
MEKANISME GRADUASI
1. Pemetaan program-program bantuan yang ada di setiap K/L (jenis, lokasi,
target peserta)
2. Koordinasi data kepesertaan untuk memastikan mantan Peserta PKH
dapat menjadi penerima manfaat dari program-program bantuan sosial
pada tahun berjalan atau masuk dalam perencanaan tahun anggaran
berikutnya.
3. Menyusun regulasi pendistribusian kepesertaan mantan Peserta PKH
kedalam program-program lain, a.l. melalui SKB/MoU, antar menteri K/L
dan/atau pemda terkait dan menyusun petunjuk teknis operasionalnya.
4. Penyiapan community development session (modul, ToT, koordinasi
pelatihan dg sektor/institusi lain, dsb).
5. Melakukan pemantauan berkala untuk memastikan seluruh mantan
peserta PKH menjadi peserta bantuan sosial program bantuan sosial
lainnya.

12
PERSIAPAN TRANSISI (di tahun ke 6)
Waktu Pusat Daerah Masyarakat

Kuartal 1
Pembahasan hasil
(s/d resertifikasi
April)

Koordinasi dg program lain • Sosialisasi ke daerah


terkait (data, targeting, • Koordinasi bila ada Sosialisasi ke peserta yg
Kuartal 2 anggaran) program daerah terkait akan graduasi/transisi
(s/d Agt)
Penyiapan community Pelatihan fasilitator
dev’t session (modul comdev session)

Penyiapan kepesertaan Koordinasi data, targeting,


program baru Koordinasi pendamping
korwil, pendampingan, dsb
Kuartal 3 (penetapan lokasi, cetak utk graduasi/transisi
antar program pusat dan
(s/d Des) kartu kepesertaan, dsb daerah
Penyiapan masyarakat
Pemantauan ke lapangan Koordinasi data, targeting, yg akan graduasi/transisi
utk memastikan korwil, pendampingan, dsb
kepesertaan program baru antar program pusat dan
daerah
13
PROGRAM KEBERLANJUTAN BAGI PESERTA
PKH
JENIS PROGRAM

• Jamkesmas/Jampersal,
Komplementaritas • BSM/BOS,
(WAJIB DAPAT) • Raskin
• Lainnya..
• Askesos,
• KUBE/UEP/RTLH
Livelihood support
• PNPM,
(penunjang penghidupan)
• Koperasi/kredit permodalan
• Lainnya…
• JS-Paca (jika ada disable)
• JS-LU (jika ada lanjut usia)
Conditional support
• PNPM Generasi
(penunjang bersyarat)
• Lainnya…
PERAN PEMDA KE DEPAN
 Sosialisasi rencana dan ketentuan graduasi dan transisi mantan peserta
PKH dan koordinasi di tingkat operasional antara dinas terkait
kabupaten/kota dan jenjang seterusnya dengan pendamping/fasilitator
masyarakat.
 Integrasi data mantan peserta PKH dan pendamping yang sudah tidak
dibutuhkan lagi dalam PKH dengan program penanggulangan kemiskinan
lainnya/Pemda agar seluruh mantan peserta PKH dapat dipastikan
memperoleh manfaat yang lebih besar dan pendamping tetap dapat
dimanfaatkan.
 Verifikasi data & kesiapan supply side, khususnya terkait pelayanan
pendidikan dan kesehatan di daerah (hal ini sekaligus untuk koordinasi
rencana perluasan PKH di provinsi ybs) dan koordinasi penganggarannya.
 Pengembangan struktur koordinasi dan kelembagaan dukungan terhadap
mantan peserta PKH hingga ke tingkat basis (beserta payung hukum
pelaksanaan dan penganggarannya, bila diperlukan).
 Koordinasi penanganan pengaduan/masalah
CONTOH: MASALAH SUPPLY SIDE KESEHATAN
DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
• Penggunaan Buku KIA sebagai media
konseling
Petugas kesehatan : • Supervisi fasilitatif oleh Dinkes Kab
• Kurang memberikan konseling, • sarana, prasarana dan tenaga kesehatan
yang memadai
tidak secara rutin mengikuti
• Mempromosikan pentingnya kesehatan
standar pelayanan dan anjuran memanfaatkan pelayanan
kesehatan
• Sikap yang kurang ramah
• Memberitahukan jadwal kunjungan pada
peserta PKH
• Memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas kepada keluarga peserta PKH
Pendamping/fasilitator :
• Kurang aktif menggerakkan • Bekerja sama dengan RT/RW untuk
masyarakat untuk ke menggerakkan masyarakat
puskesmas • Fasilitasi koordinasi antara pendamping
• Tanpa melakukan verifikasi ke & puskesmas
puskesmas memberikan
bantuan tunai
MASIH BANYAK DAERAH YANG TERTINGGAL PENCAPAIAN
MDGs-NYA
KABUPATEN TELUK BINTUNI
Persentase kemiskinan Nasional Tahun 2011 12,49 %
Persentase kemiskinan Kabupaten Teluk Bintuni 47.53 %
Penurunan rata-rata Persentase kemiskinan per tahun 1,24 %
Untuk mencapai target KEMISKINAN RPJM (14.2 %) dibutuhkan waktu 26,79 Tahun.

KABUPATEN ASMAT
IPM Nasional Tahun 2010 72,27
IPM Kabupaten Asmat Tahun 2010 51,55
Kenaikan rata-rata IPM per tahun 0,97 %
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target IPM RPJM (IPM 72.72) 21,82 tahun

KABUPATEN SAMPANG
Angka rata-rata lama sekolah secara nasional 7,92 tahun
Kondisi eksisting di Kabupaten Sampang pada tahun 2010 3,95
Rata-rata kenaikan lama sekolah per tahun 0,06
Untuk mencapai rata-rata nasional LAMA SEKOLAH dibutuhkan waktu 66,17 tahun.
RENCANA TINDAK LANJUT
1. Menyusun pedoman operasional “resertifikasi PKH” dan pedoman operasional
graduasi/transisi
2. Melaksanakan resertifikasi sesuai Pedoman operasional tsb
3. Koordinasi dan fasilitasi akses kepada program-program keberlanjutan bagi mantan
peserta PKH:
 Koordinasi data kepesertaan;
 Penyusunan SKB implementasi;
 Koordinasi verifikasi & kesiapan supply side dengan sektor terkait di pusat dan
daerah Penyusunan petunjuk operasional
 Koordinasi penganggarannya
4. Koordinasi dan diseminasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat.
5. Menyusun desain supervisi dan monev.

Terima Kasih
18

Anda mungkin juga menyukai