Anda di halaman 1dari 35

Pengakuan Anak Mengenai Pelecehan

Seksual Selama Evaluasi Psikiatri


Forensik Awal di Taiwan Bagian Selatan
Dosen Penguji: dr. Gatot Suharto, S.H, Sp.F, M.H, DFM
Residen Pembimbing: dr. Yudhitya Meglan H.

Muh. Khalid Kaca Negara Priscilla Jessica


Indi Swastyastika Lovina Falendini A
Helena A. K. Cantika Madonna F Pasaribu
Inez Shafrina P.
ABSTRAK

Banyak survey mengenai pelecehan


Latar Belakang
seksual anak di negara barat berfokus
pada penyingkapan korban dan faktor-
faktor yang berkaitan selama anamnesis
Metode forensik. Tapi data serupa di negara Asia
lebih langka. Kami memeriksa rata-rata
penyingkapan dari dugaan Pelecehan
Seksual Anak (Child Sexual Abuse / CSA )
Hasil selama anamnesis forensik di Taiwan
Selatan dan faktor-faktor yang
memprediksi penyingkapan tersebut. Kami
membandingkan temuan kami dengan
Kesimpulan
studi-studi terdahulu.
ABSTRAK

Latar Belakang
Data dikumpulkan dari tulisan forensik psikiater dari
korban Pelecehan Seksual Anak yang mengalami
evaluasi awal forensik psikiatri pada dua Rumah
sakit di Kota Kaohsiung dari tahun 2010 sampai
Metode
2015. Keseluruhan kasus dibagi menjadi dua yaitu
penyingkapan penuh dan tidak penuh. Kami
mengidentifikasi variabel yang dibedakan diantara
dua grup dalam analisis bivariat menggunakan tes T
Hasil
Independent dan tes Chi-Square. Analisis regresi
logistik biner dilakukan untuk menentukan korelasi
signifikan dalam analisis bivariat yang mana
perkiraan independen dari penyingkapan penuh.
Kesimpulan
ABSTRAK

Latar Belakang

Diantara 55 kasus, 32 (58%) adalah penyingkapan


Metode penuh. Usia tua saat anamnesis pertama (Odd ratio
: 1.39), tidak ada diagnosis retardasi mental (Odd
ratio : 0,4), dan pengalaman pelecehan seksual
lebih dari sekali (Odd ratio: 5,90) adalah faktor
Hasil positif independen berkaitan dengan penyingkapan
penuh dari dugaan CSA.

Kesimpulan
ABSTRAK

Latar Belakang

Metode Tingkat penyingkapan dibawah program sesuai


dengan penelitan sebelumnya. Ini mungkin
menyarankan peran untuk evaluasi forensik psikiatri
awal anak untuk dipromosikan.
Hasil

Kesimpulan
Estimasi prevalensi
pelecehan seksual terhadap
anak (CSA) secara PENDAHULUAN
keseluruhan

• Beberapa anak tidak mengungkapkan/


melaporkan kejadian CSA yang dialami
Dilaporkan 1.
mandiri
127/1000 • Kendala diagnosis CSA karena bukti definitif
medis/fisik yang kurang/tidak meyakinkan
2.
Dilaporkan
informan
4/1000 Dengan keterbatasan tersebut, kesaksian anak
adalah bukti yang paling signifikan untuk
Tidak memvalidasi tuduhan CSA
merefleksikan
kejadian
aktual!
Faktor-faktor yang menghalangi pengakuan
anak selama wawancara forensik

Mengalami pelecehan
Jenis kelamin laki-laki Usia muda
yang tidak terlalu parah

Memiliki hubungan dekat Pengasuh yang tidak


dengan pelaku suportif

Variabel psikologis: takut


tidak dipercaya, merasa
Ras/etnis → Wawancara
malu/menyalahkan diri
kompeten secara kultural
sendiri, takut akan
konsekuensi negatif
Penelitian ini menganalisis data dari program evaluasi psikiatri
forensik awal (EFPE) atas tuduhan CSA, untuk menilai validitas
kesaksian anak di Kaohsiung, Taiwan

Tujuan penelitian: menguji tingkat pengungkapan dalam


program dan karakteristik apa saja yang mempengaruhi
pengungkapan selama wawancara forensik

Mengeksplorasi efek psikopatologi apapun yang terjadi pada


pengungkapan CSA
Metodologi penelitian
Wawancara dilakukan di 2 Rumah Sakit di Kota
Kaohsiung antara 1 Agustus 2010 – 28 Februari
2015

Tipe pelecehan antara rangsangan pada vagina atau


penetrasi anal

Didapatkan 57 kasus diduga pelecehan seksual 


evaluasi oleh Kantor Kejaksaan Wil. Kaohsiung  55
kasus

Analisis data dilakukan oleh 1 orang (penulis


pertama)

Telah disetujui komite etik RS yang bersangkutan.


Data anonim  informed consent tidak dilakukan.
Ketiga
Pertama Kedua Pengamatan
Wawancara oleh Wawancara oleh perilaku anak dan
Penyelesaian psikiater dan
laporan forensik dilakukantesoleh
kecerdasan
Psikiater
psikolog anak
pekerja sosial anak oleh psikolog
diikuti dilanjutkan serta pemeriksaan
pendampingan wawancara pada tanda/gejala
selama investigasi pengasuh utama adanya
penganiayaan

2 jam 2 jam 2 – 3 jam

Selesai dalam 2 – 3 minggu


Definisi operasional

• Pengakuan anak mencakup seluruh


keterangan mengenai pelecehan seksual
selama proses wawancara atau pemeriksaan.
• Tetap diperlukan informasi tentang pelaku
(dalam anonim) serta deskripsi pelecehan
yang dilakukan termasuk kapan, dimana,
seberapa sering, dan berapa lama pelecehan
seksual dilakukan (Lindblad, 2007).
Pengumpulan data
Data demografi

Keparahan pelecehan

Psikopatologi

Hubungan dengan pelaku

Dukungan pengasuh yang merugikan korban


Data statistik
• Terdiri atas variabel full dan nonfull disclosure

• Analisis bivariat menggunakan uji t independen dan


uji Chi-square.

• Selanjutnya, analisis regresi logistik biner dilakukan


untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang
signifikan terhadap analisis bivariat dengan
predictor independen full disclosure.
Data statistik
• Analisis statistik akan signifikan apabila nilai p<0,05

• Semua analisis menggunakan perangkat lunak SPSS


(IBM SPSS Statistics, 18th ed., IBM Corp., Chicago,
IL, USA)
HASIL

• Karakteristik para korban dan angka


penyingkapan
• Variabel prediktor dan penyingkapan
seluruhnya
• Model prediksi penyingkapan
keseluruhan
48 orang
Analisis
55 kasus
7 orang

• (91%) memberikan pengakuan sebelum dilakukan wawancara.


• Rerata usia korban saat wawancara forensik = 6,65 ± 3,31 th
• Rerata usia korban saat mengalami kekerasan= 5,71 ± 3,00 th
58 %
Angka penyingkapan menyeluruh
(full disclosure rates)
42 %
Angka penyingkapan tidak menyeluruh
(nonfull disclosure rates)

 52% menolak untuk membicarakan


 35% hanya mengungkapkan sebagian
 13% menyangkal terjadinya pelecehan seksual
 4% mendapatkan ancaman kekerasan
Tabel 1
Karakteristik
demografis
dan klinis dari
anak-anak
korban
pelecehan
seksual
Tabel 2. Hasil uji regresi logistik terhadap
model prediksi penyingkapan menyeluruh
Pada kelompok penyingkap seluruhnya
(full disclosure group)
• Rerata skala IQ penuh dan skor performa IQ secara
signifikan lebih tinggi
• Retardasi mental dengan skala IQ penuh < = 70 lebih
jarang ditemui
• Para korban tanpa riwayat psikiatri cenderung lebih
mampu menyingkap pelecehan yang mereka alami
secara keseluruhan
• Angka penyingkapan keseluruhan yang lebih tinggi
pada korban-korban yang familiar dengan pelaku
pelecehan sebelum pelecehan itu terjadi
• Persentase penyingkapan keseluruhan lebih tinggi
pada korban yang mengalami pelecehan seksual
lebih dari satu kali
Tidak ada perbedaan yang signifikan
terkait dengan pengasuh yang bungkam
walau mengetahui kasus tersebut,
mengubungi pihak berwajib, atau
percobaan-percobaan untuk membatasi
penyingkapan kasus oleh korban
Kecenderungan untuk
Menyingkap
• Anak yang lebih tua pada wawancara
pertama (odds ratio=1,39)
• Anak yang tidak terdiagnosis dengan
gangguan intelektual pada evaluasi
psikiatri forensik (odds ratio=0,04)
• anak yang dilecehkan lebih dari satu kali
lebih (odds ratio=5,90)
PEMBAHASAN

• Studi ini menyelidiki tingkat pengakuan korban


pelecehan seksual anak dan faktor-faktor yang
terkait dengan pengungkapan tersebut dalam
wawancara forensik di Taiwan Selatan.

• Temuan ini menunjukkan bahwa lebih dari


setengah anak-anak dan remaja (58%) dapat
memberikan keterangan lengkap.
Pembahasan
• Analisis multivariat mengungkapkan pentingnya:
Usia anak pada saat wawancara, fungsi kognitif, dan
berapa kali pelecehan seksual telah terjadi dalam
memprediksi kemungkinan anak mampu memberikan
keterangan lengkap.
Pembahasan
• London dkk3,4 beralasan bahwa satu atau lebih dari
kriteria berikut memperkuat pelecehan yang
diungkapkan oleh seorang anak:
Keyakinan pelaku, pembelaan atau pengakuan pengacara,
bukti medis, bukti fisik lainnya, dan pernyataan anak-anak
(misalnya, membuat pengakuan sukarela secara
terperinci).
Pembahasan
• Di antara anak-anak dengan rentang usia yang sama
(misalnya, 5-7 tahun), tingkat pengakuan korban dalam
penelitian sebelumnya berkisar antara 43% sampai 87% .
Dari mereka, hanya dua penelitian yang memiliki tingkat
pengakuan korban lebih dari 60%.

• Studi kami mengungkapkan hasil yang dapat


diterima dalam menilai kasus yang sulit tersebut
dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya.
Pembahasan
• Ada beberapa dugaan yang dapat menjelaskan fenomena
ini:
(1) beberapa data menunjukkan bahwa laki-laki lebih enggan
untuk mengungkapkan tindak pelecehan yang terjadi daripada
perempuan.
(2) banyak peneliti menemukan bahwa pengakuan awal sangat
prediktif terhadap pengakuan selama wawancara forensik.
(3) hipotesis bahwa rujukan cepat kasus pelecehan seksual
anak untuk evaluasi psikiatri forensik sangat penting untuk
memfasilitasi pengakuan korban anak-anak.
Tabel 2 Hasil regresi logistik menguji model prediksi
untuk pengungkapan penuh.
Artinya, model evaluasi forensik awal dapat
mengurangi faktor risiko yang mempengaruhi
kemampuan anak untuk mengakui pelecehan
yang terjadi terhadap mereka, seperti
memudarnya memori dari waktu ke waktu,
kontaminasi saksi dengan pertanyaan berulang,
atau faktor psikososial lainnya. Namun, tetap
diperlukan studi tambahan diperlukan untuk
membuktikan asumsi ini.
• Usia dan fungsi intelektual menjadi kunci
pengungkapan kasus pelecehan seksual.
Usia

• London et al: ancaman pelaku dan frekuensi kejadian.


• Psikososial: frekuensi kejadian berbanding lurus
Faktor dengan tingkat depresi.

• Semakin banyak frekuensi kejadian maka


pengungkapan kasus akan semakin jelas dan
keterangan akan semakin lengkap.
• Penelitian ini  hubungan tidak
signifikan antara PTSD dengan
pengungkapan kasus secara jelas.

• Hanya14% anak yang memenuhi kriteria


DSM-IV-TR.

• Setiap studi yang berbeda memiliki


penilaian yang berbeda pada setiap
tempat.
Kekurangan Jurnal
• Data hanya terbatas pada laporan evaluasi psikiatri
forensik anak.

• Tidak adanya bukti yang relevan dari semua peserta untuk


memperkuat tuduhan pelecehan.

• Pembahasan anamnesis diluar dari topik penelitian ini.

• Keterbatasan dalam menilai psikopatologi.

• Keterbatasan kasus.
Kesimpulan

Faktor •Usia

Faktor •Kognitif

Faktor
•Frekuensi Kejadian
• Studi ini belum dapat menyimpulkan
dampak dukungan pengasuhan dengan
PTSD.

• Namun pada studi dapat menjelaskan


mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan kasus
pelecehan seksual, khususnya di Taiwan.

Anda mungkin juga menyukai