Anda di halaman 1dari 28

Nadia Khairani

Syar’ie Muhammad
Miftahul Hasanah
Indah Duana

Pembimbing : Dr. H. Mistar Ritonga, Sp.F


Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah
berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon
dioksida (hiperkapnea)
 Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang
menyumbat saluran pernapasan seperti
laringitis difteri
 Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia
mekanik, misalnya sumbatan atau halangan
pada saluran napas.
 Keracunan bahan yang menimbulkan depresi
pusat pernapasan, misalnya barbiturat dan
narkotika
 Anoksik Anoksia
 Anemik Anoksia
 stagnan Anoksia
 Histotoksik Anoksia
1. DYSPNOE
2. KONVULSI
3. APNOE
4. AKHIR

Umumnya 4-5 menit  (MATI)

5
 Tardieu’s spot (Petechial hemorrages)
 Kongesti dan Oedema
 Sianosis
 Tetap cairnya darah
 Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan
kuku.
 Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap
dan terbentuk lebih cepat
 Terdapat busa halus pada hidung dan
mulut
 Gambaran pembendungan pada mata berupa
pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi
dan palpebra.
 Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer
 Busa halus di dalam saluran pernapasan
 Petekie dapat ditemukan pada mukosa
usus halus, epikardium pada bagian
belakang jantung belakang daerah
aurikuloventrikular, mukosa epiglotis dan
daerah sub-glotis.
 adalah mati lemas yang terjadi bila udara
pernapasan terhalang memasuki saluran
pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang
bersifat mekanik)
 a. Penutupan lubang saluran pernapasan
bagian atas, seperti pembekapan
(smothering) dan penyumbatan (gagging dan
choking).
 b. Penekanan dinding saluran pernapasan,
seperti penjeratan (strangulation),
pencekikan (manual strangulation, throttling)
dan gantung (hanging).
 c. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia
traumatik)
Merupakan suatu bentuk
kematian akibat pencekikan
dengan alat jerat, berupa
akibat adanya jeratan yang
menjadi erat oleh berat badan
korban

Etiologi :

1. Asfiksia
2. Kogesti vena
3. Syok vagal
4. Fraktur Verterbra Servikal
1. Posisi tubuh
-Tergantung total
- Setengah tergantung, misal duduk,
berlutut, telungkup dan posisi lain.
2. Letak simpul
-Tipikal : belakang kepala
-Atipikal: samping leher atau didepan
-Pemeriksaan luar
1. Bekas jeratan (ligature mark) berparit,
bentuk oblik seperti V terbalik
2. Tetesan saliva dipinggir salah satu sudut
mulut, atau ada tetesan urin dan sperma
3. Lebam mayat
-Pemeriksaan dalam
1. Didapati adanya jejas melintang berupa
garis berwarna merah (red line) pada tunika
intima dari arteri karotis interna
2. Patah tulang lidah (os hyoid)
3. Reasapan darah pada otot leher
 adalah suatu suffocation dimana lubang luar
jalan napas yaitu hidung dan mulut tertutup
secara mekanis oleh benda padat atau
partikel-partikel kecil.
 Kecelakaan (paling sering), misalnya
tertimbun tanah longsor atau salju,
alkoholisme, bayi tertutup selimut atau
mammae ibu
 Pembunuhan, misalnya hidung dan mulut
diplester, bantal ditekan ke wajah, serbet
atau dasi dimasukkan ke dalam mulut.
 Bunuh diri
 adalah terdapat benda asing (biasanya padat
seperti permen, kelereng, biji buah salak)
yang masuk dan menyumbat lumen jalan
udara
Ada 2 cara kematian pada kasus tersedak,
yaitu :
 Kecelakaan (paling sering), seperti gangguan
refleks batuk pada alkoholisme, pada bayi
atau anak kecil yang gemar memasukkan
benda asing ke dalam mulutnya,
tonsilektomi, aspirasi, dan kain kasa yang
tertinggal pada anestesi eter.
 Pembunuhan
Hal-hal penting pada pemeriksaan otopsi
kasus tersedak ,yaitu :
 Mencari bahan penyebab dalam saluran
pernapasan. Juga kadang-kadang ada tanda
kekerasan di mulut korban.
 Menemukan tanda asfiksia.
 Mencari tanda-tanda edema paru, hiperaerasi
dan atelektasis pada kematian lambat
 adalah suatu strangulasi berupa tekanan pada
leher korban akibat suatu jeratan dan
menjadi erat karena kekuatan lain bukan
karena berat badan korban.
Pembunuhan (paling sering).
 Pembunuhan pada kasus jeratan dapat kita
jumpai pada kejadian infanticide dengan
menggunakan tali pusat, psikopat yang saling
menjerat, dan hukuman mati (zaman dahulu).
Kecelakaan.
 Kecelakaan pada kasus jeratan dapat kita
temukan pada bayi yang terjerat oleh tali
pakaian.
Pemeriksaan otopsi pada kasus jeratan
(strangulation by ligature) mirip kasus
penggantungan (hanging) kecuali pada :
 Distribusi lebam mayat yang berbeda.
 Alur jeratan mendatar / horisontal.
 Lokasi jeratan lebih rendah.
Adalah suatu strangulasi berupa tekanan
pada leher korban yang dilakukan dengan
menggunakan tangan atau lengan bawah.
Pencekikan dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu:
 Menggunakan 1 tangan dan pelaku berdiri di
depan korban.
 Menggunakan 2 tangan dan pelaku berdiri di
depan atau di belakang korban.
 Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri di
depan atau di belakang korban.
 Tanda asfiksia
 Tanda kekerasan pada leher, misal luka
kuku/crescent mark
 Tanda kekerasan pada tempat lain
 Fraktur os hyoid
 Memar atau robekan membran hipotiroida
 adalah suatu keadaan dimana korban
menghisap gas tertentu dalam jumlah
berlebihan sehingga kebutuhan O2 tidak
terpenuhi.
Ada 3 cara kematian pada korban kasus
inhalation of suffocating gasses, yaitu
menghisap gas :
 CO
 CO2
 H2S
Gas CO banyak pada kebakaran hebat. Gas
CO2 banyak pada sumur tua dan gudang
bawah tanah. Gas H2S pada tempat
penyamakan kulit.
 Kematian akibat mati lemas (asfiksia)
disebabkan masuknya cairan ke dalam
saluran pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai