Anda di halaman 1dari 20

HOW TO DIAGNOSE

EPILEPSY
DR HERLINA SURYAWATI, SP.S
DEFINISI
International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE)
tahun 2005 merumuskan kembali definisi epilepsi

EPILEPSI

• Kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang


dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis,
kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya

BANGKITAN EPILEPSI

• Manifestasi klinik dari bangkitan serupa (stereotipik), berlangsung


secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan
kesadaran, yang disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel
saraf diotak, bukan disebabkan oleh penyakit otak akut (unprovoked)
DEFINISI
Fisher et al (2014)
EPILEPSI

• Penyakit otak yang ditandai oleh minimal dua bangkitan tanpa


provokasi/bangkitan reflex, dengan jarak antar bangkitan lebih
dari 24 jam, atau satu bangkitan tanpa provokasi/bangkitan
reflex dengan kemungkinan besar berulang

BANGKITAN EPILEPSI

• manifestasi klinik dari bangkitan serupa (stereotipik),


berlangsung secara mendadak dan bersifat sesaat akibat
aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak,
bukan disebabkan oleh penyakit otak akut (unprovoked)
DEFINISI
Charles (2013)

BANGKITAN REFLEKS

• Kondisi dimana kejang/bangkitan dapat


diprovokasi oleh stimulus eksternal
maupun internal yang selalu serupa,
dapat berupa melihat kilatan cahaya,
membaca buku, mendengar lagu,
makan, sikat gigi, buang air kecil dan
lain – lain
DIAGNOSIS
Langkah pertama: pastikan adanya
bangkitan epileptik,
Langkah kedua: tentukan tipe bangkitan
berdasarkan klasifikasi ILAE
Langkah ketiga: tentukan sindroma
epilepsi berdasarkan klasifikasi ILAE
PENEGAKAN DIAGNOSIS
EPILEPSI
1. Melakukan anamnesis guna memastikan kebenaran adanya
bangkitan/kejang epileptic
2. Memastikan bahwa bangkitan/kejang “unprovoked”
3. Memastikan adanya bangkitan /kejang “unprovoked” tersebut berulang
dengan jarak waktu minimal 24 jam.
4. Melakukan anamnesis guna memastikan kebenaran adanya
bangkitan/kejang reflex.
5. Memastikan adanya bangkitan/kejang reflex tersebut berulang dengan
jarak waktu minimal 24 jam
6. Menentukan bentuk kejang/bangkitan epileptic
7. Pemeriksaan fisik untuk mencari deficit neurologi dan tanda lahir
8. Merujuk untuk pemeriksaan EEG
9. Merujuk untuk pemeriksaan Pencitraan otak.
DIAGNOSIS
Anamnesis

Pemeriksaan fisik

EEG

Imaging

Laboratorium
SEMIOLOGI

Setelah Sebelum

Saat
Sebelum bangkitan
Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan akan
terjadinya bangkitan, misalnya perubahan prilaku,
perasaan lapar, berkeringat, hipotermi, mengantuk,
menjadi sensitive, dan lain-lain
Selama bangkitan
Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan pada awal bangkitan?
Bagaimana pola/ bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata, gerakan kepala,
gerakan tubuh , vokalisasi, aumatisasi, gerakan pada salah satu atau kedua
lengan dan tungkai, bangkitan tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit, pucat,
berkeringat, dan lain-lain. (Akan lebih baik bila keluargadapat diminta menirukan
gerakan bangkitan atau merekam video saat bangkitan)
Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan?
Apakah terdapat perubahan pola dari bangkitan sebelumnya
Aktivitas penyandang saat terjadi bangkitan, misalnya saat tidur, saat terjaga,
bermain video game, berkemih, dan lain-lain.
Setelah bangkitan
Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh
gelisah, Todd’s paresis.
ANAMNESIS LAIN
 Faktor pencetus: kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis, alkohol.
 Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antara
bangkitan, kesadaran antara bangkitan.
 Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya
 Jenis obat antiepilepsi
 Dosis OAE
 Jadwal minumOAE
 Kepatuhan minum OAE
 Kadar OAE dalam plasma
 Kombinasi terapi OAE
ANAMNESIS LAIN
 Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologis
psikiatrik maupun sistemik yang mungkin menjadi
penyebab maupun komorbiditas.
 Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
 Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan
tumbuh kembang
 Riwayat bangkitan neonatal/ kejang demam
 Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat
(SSP), dll.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik umum untuk mencari tanda-tanda gangguan
yang berkaitan dengan epilepsi
Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan, maka
akan tampak pasca bangkitan terutama tanda fokal yang tidak
jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti:
◦ Paresis Todd
◦ Gangguan kesadaran pascaiktal
◦ Afasia pascaiktal
EEG
Rekaman EEG merupakan pemeriksaan yang paling berguna
pada dugaan suatu bangkitan untuk:
 Membantu menunjang diagnosis
 Membantu penentuan jenis bangkitan maupun sintrom
epilepsi.
 Membatu menentukanmenentukan prognosis
 Membantu penentuan perlu/ tidaknya pemberian OAE.
IMAGING
MRI (min 1.5 • mendiagnosis secara non-invasif berbagai macam
lesi patologik
tesla)
• memberikan informasi tambahan mengenai dampak
PET/SPECT perubahan metabolik dan perubahan aliran darah
regional di otak berkaitan dengan bangkitan

• Untuk kasus bangkitan unprovoked pertama kali


CT SCAN yang curiga lesi fokal
• Berifat CITO
LABORATORIUM
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Pemeriksaan ini mencakup hemoglobin, leukosit dan hitung jenis,
hematokrit, trombosit, apusan darah tepi, elektrolit (natrium, kalium,
kalsium, magnesium), kadar gula darah sewaktu, fungsi hati
(SGOT/SGPT), ureum, kreatinin dan albumin.
 Awal pengobatan sebagai salah satu acuan dalam menyingkirkan
diagnosis banding dan pemilihan OAE
 Dua bulan setelah pemberian OAE untuk mendeteksi samping OAE
 Rutin diulang setiap tahun sekali untuk memonitor samping OAE, atau
bila timbul gejala klinis akibat efek samping OAE.
LABORATORIUM
PEMERIKSAAN KADAR OAE
Pemeriksaan ini idealnya untuk melihat kadar OAE dalam plasma saat
bangkitan belum terkontrol, meskipun sudah mencapai dosis terapi
maksimal atau untuk memonitorkepatuhan pasien.
LANGKAH 2 : TENTUKAN KLASIFIKASI
ILAE 1981
LANGKAH 2 : TENTUKAN KLASIFIKASI
ILAE 2017

Anda mungkin juga menyukai