Anda di halaman 1dari 105

Pemicu 3

Skolastika Indah
Klasifikasi Gangguan Psikotik Akut dan
Kronik
Pasien Datang

Kasus Jiwa Kasus non Jiwa

Psikosis Non Psikosis Ggg Neurosis


Ggg Kepribadian
Organik Non Organik / Fungsional Ggg Buatan
Ggg Penyesuaian
Akut Kronis Ggg Pengendal.impuls
Ggg Psikosomatik
Ggg Penyalahgun. Zat
Ggg Psikoseksual
Ggg Stress Pasca Trauma
Delirium Dementia Skizofrenia
Ggg W Organik Ggg W Organik Ggg Waham
Ggg Afektif Organik Ggg Afektif Organik Ggg Afektif
Ggg Amnestik Organik Ggg Amnestik Organik Ggg Psikosis lainnya
Ggg Halusinasi Organik Ggg Halusinasi Organik
DD/ Psikosis Organik akut dan Psikosis Fungsional

Psikosis Organik Akut Psikosis Fungsional


1. Tanda klinis fisik/Zat + 1. --
2. Kesad. menurun/kabut 2. kesad.berubah/ jernih
3. Disorientasi ( + ) 3. Disorientasi ( - )
4. Amnesia ( + ) 4. Amnesia ( - )
5. Hal. Visual ( utama ) 5. Hal. Auditorik (utama)
6. Gejala Klinis fluktuatif 6. Gej. Klinis konsisten
7. Pola Tidur-Bangun terbalik 7. pola T-B tak berubah
8. Lab.Ro.CT.Scan: kel. ( + ) 8. Tak ada kelainan
Gangguan Jiwa
 Terbagi dalam 2 kelompok besar :
 Kelompok gangguan jiwa Psikosis ( ggg jiwa berat )
 Kelompok ggg jiwa Non Psikosis

Psikosis
 St. Ggg dgn hilangnya rasa kenyataan (sense of reality) dgn
terganggunya pada
 Hidup Perasaan ( Afek dan Emosi )
 Proses Berpikir
 Psikomotor, dan
 Kemauan sedemikian rupa sehingga tidak sesuai
dgn kenyataan lagi atau
 Semua kondisi tentang terdapatnya hendaya (impairment) berat
dalam kemampuan daya nilai realitas (PPDGJ II)

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 5


Dengan perkataan lain, Psikosis ditandai oleh :

• Distorsi pikiran ( Waham ) dan persepsi ( Halusinasi )


– Waham kejar; curiga; kebesaran; cemburu; dosa;
nihilistik; bizaar
– Halusinasi audit.; optik; olfaktorik; gustatorik;
taktil; kinestetik; viseral.
• Emosi yang tidak patut / tidak serasi; manik; depresi; dangkal
• Pembicaraan yang irrelevan; asosiasi longgar; inkoherensi;
lompat gagasan; sirkumstansial; ekolalia bahkan mutisme dll
• Perilaku yang disorganisasi : gaduh gelisah; agresi; agitasi;
wandering/keluyuran; kompulsi ; ekstasi; stupor; inaktivitas;
overaktivitas dll

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 6


Psikosis ( Prof. Dr. W.F. Maramis Sp.KJ )
Adalah :
• St. Ggg jiwa yang serius/berat
• Timbul krn penyebab organik ataupun emosional (fungsional)
• Ditandai oleh :
– Ggg kemampuan berpikir
– Bereaksi secara emosional
– Tergggnya daya ingat, berkomunikasi, menafsir
kenyataan dan bertindak sesuai kenyataan /
pembicaraan melantur
– Kemampuan memenuhi tuntutan hidup terganggu
– Perilaku regresif / kacau
– Gaduh – gelisah
– Hidup perasaan yang tidak sesuai kenyataan
– Waham dan halusinasi

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 7


Angka Kejadian ( Insidensi ) dan Kesakitan ( Morbiditas )
Gangguan Jiwa di Indonesia :

Psikosis Fungsional 4%
Skizofrenia 0,2% - 0,8 %
Sindrom Otak Organik Akut 0,5%
Sindrom Otak Organik Menahun 1%
Retardasi Mental 2%
Neurosis 5%
Psikosomatis 5%
Gangguan Kepribadian 1%
Ketergantungan Obat ?
20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 8
Penyebab Umum Gangguan Jiwa :

• Somatogenik : di Badan
• Psikogenik : di Psike
• Sosiogenik : di Lingkungan Sosial
• Kultural : tekanan Kebudayaan
• Spiritual : tekanan Keagamaan

• Jarang penybb tunggal, tp tumpang tindih antara somatogenik –


psikogenik – sosiogenik – kultural - spiritual.
• Contoh : seorang yg merasa dikucilkan di lingkungannya menjadi depresi,
sehingga nafsu makan turun, sulit tidur, daya tahan tubuh menurun mengalami
keradangan tenggorokan.

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 9


Diagnosis ditegakkan mencakup aspek2 Biogenik –
Psikogenik – Sosiogenik – Cultural- Spiritual

Diagnosis di bid. Psikiatri menurut DSM III-IV/PPDGJ II-III


menggunakan 5 aksis:
• Aksis I : Klinis
• Aksis II : Gangguan Kepribadian / Retardasi Mental
• Aksis III : Kondisi medis umum
• Aksis IV : Psikososial dan Lingkungan
• Alsis V : Taraf Fungsi sosial dan pekerjaan

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 10


Faktor Somatogenik :
Gangguan bisa terjadi pada :
 Neuroanatomi
 Neurofisiologi
 Neurokimia
 Tingkat kematangan dan perkembangan organik
 Faktor2 pre dan peri-natal

Yang disebabkan oleh :


1. Faktor Keturunan
2. Faktor Endokrin / Hormon
3. Virus
4. Ggg Zat Kimia di Otak
5. Ggg Gelombang Listrik di Otak
6. Perubahan Struktur Jaringan Otak
7. Faktor pre dan peri-natal
20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 11
Faktor Psikogenik :
• Interaksi ibu-anak
• Peran ayah
• Intelegensi
• Konsep diri
• Kehilangan yg berarti  kecemasan, depresi, rasa malu/salah
• Pola adaptasi
• Tingkat perkembangan emosi
• dll

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 12


Faktor Sosio-budaya :

• Pola mengasuh anak


• Tingkat ekonomi
• Kelompok minoritas
• Pengaruh rasial dan keagamaan  diskriminasi
• Perumahan perkotaan; pedesaan  lingkungan
• Kestabilan harga
• Nilai - nilai

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 13


Kelompok Gangguan Jiwa Non Psikosis

1. Gangguan Neurosis
2. Gangguan Kepribadian
3. Gangguan Psikoseksual
4. Gangguan Penyesuaian
5. Gangguan Stres Pasca Trauma
6. Gangguan Pengendalian impuls
7. Faktor Psikologik yang mempengaruhi kondisi fisik
8. Gangguan Buatan
9. Gangguan Penggunaan Zat
10. Fenomena dan Sindrom yg berkaitan dengan faktor Sosial
budaya di Indonesia

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 14


Kelompok gangguan jiwa Psikosis dibagi :
1. Psikosis Organik
2. Psikosis Non-Organik
 Psikosis Organik :
 Akut : Delirium
 Kronik : Dementia

 Psikosis Non-Organik :
 Skizofrenia
 Gangguan Afektif
 Gangguan Waham
 Gangguan Psikosis Fungsional Akut

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 15


Psikosis Skizofrenia
• Onset ( awitan ) dpt mendadak / per-lahan2
– Sering antara usia 15 – 25 tahun
– Sering didahului dgn gej. Prodromal/fase pra-psikotik dgn meningkat
nya gej. Negatif yg diikuti fase psikotik yg jelas dgn gej. Positif
• Gej. Negatif :
– Apatis
– Respons terhadap stimulus lamban
– Psikomotor melambat
– Senang menyendiri/kurang mau bergaul, isolasi sosial
– Emosi yg datar/ blunted afect
– Tidak ada motivasi dan energi
– Kehilangan minat dan kesenangan dlm aktivitas
– Miskin ide dan kurang bicara
– Pada fase prodromal dan kasus kronis / residual gej. Negatif menjd lbh
menonjol

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 16


Gej. Positif
- Distorsi persepsi halusinasi: dengar; lihat; hidu; kecap; raba.

- Distorsi pikiran  waham : kebesaran; kejar; curiga; dosa;


cemburu; tak berguna; pikiran siar/sedot; kendali; pengaruh;
dirasani

- Perilaku terdisorganisasi perilaku kacau; gaduh gelisah;


stupor; katalepsi ; fleksibilitas cerea; manerisme, stereotipik;
ekopraksi, kompulsi dll

- Pembicaraan terdisorganisasi  kesulitan mengontrol pembi


caraan seperti asosiasi longgar; inkoherensi; sirkumstansial;
clang asosiasi; flight of idea; perseverasi; verbigerasi;
preokupasi dll
20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 17
Perjalanan Penyakit :
• Sebag. Px perjalanan penyakitnya stabil; sebag. Mengal.
perburukan yg progresif dgn disabilitas yg berat

Detereorasi :
• Kemunduran fungsi sosial dan fungsi pekerjaan
• Lalai dalam mengurus diri ;
• Mengabaikan tanggung jawab;
• Tanpa motivasi;
• Gej. Negatif yg berat

20/08/2018 Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. (K) 18


Skizofrenia
• Emil Kraepelin
– Demensia prekoks : suatu proses kognitif yang jelas (demensia) dan
onset yang awal (prekoks) yang karakteristik untuk gangguan
– Perjalanan jangka panjang yang memburuk dan gejala klinis umum
berupa waham dan halusinasi
• Eugen Bleuler
– Perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilaku pasien yang
terkena
– Empat A : asosiasi, afek, autisme, ambivalensi
– Gejala pelengkap/sekunder : halusinasi, waham
• Adolf Meyer
– Skizofrenia dan gangguan mental lainnya adalah reaksi terhadap
berbagai stress kehidupan
• Harry Stack Sullivan
– Isolasi sosial sebagai penyebab dan gejala skizofrenia
• Gabriel Langfeldt
– Psikosis skizofreniform & skizofrenia sesungguhnya
– Skizofrenia sesungguhnya : depresonalisasi, autisme, penumpulan
emosi, suatu onset yang perlahan-lahan, dan perasaan derealisasi
• Epidemiologi
– Onset laki-laki lebih awal dibanding wanita
• Usia puncak onset laki-laki 15-25 tahun
• Wanita 25-35 tahun
– Musim kelahiran : lebih mungkin dilahirkan pada musim dingin dan awal
musim semi, jarang di akhir musim semi dan musim panas
– Lebih tinggi di timur laut dan barat amerika serikat
– Angka mortalitas dari kecelakan dan penyebab alami yang lebih tinggi
dibanding populasi umum
– Bunuh diri
• Penyebab umum kematian diantara pasien skizofrenik
• Faktor resiko utama : gejala depresif, usia yang muda, tingkat fungsi premorbid
yang tinggi
– Menghisap rokok
• >3/4 dari pasien skizofrenik menghisap rokok
• Rokok meningkatkan kecepatan metabolisme obat antipsikotik  penggunaan
obat antipsikotik dosis tinggi
– Penyalahgunaan zat
• Menggunakan zat untuk mendapat kesenangan dan untuk menurunkan depresi
dan kecemasan
Etiologi
– Pasien skizofrenia menglamai kehilangan
• Model diatesis stress neuron GABA-ergik didalam hipokampus
– Seseorang mungkin memiliki suatu  dapat menyebabkan hiperaktivitas
neuron dopaminergik dan noradrenergik
kerentanan spesifik yang jika dikenali oleh
suatu pengaruh lingkungan yang – Neuropatologi
menimbulkan stress memungkinkan • Sistem limbik
perkembangan gejala skizofrenia – Peran : mengendalikan emosi
– Ditemukan penurunan ukuran daerah
• Faktor biologis termasuk amygdala, hipokampus, dan
girus parahipokampus
– Hipotesis dopamin : skizofrenia
• Ganglia basalis
disebabkan terlalu banyaknya aktifitas – Banyak pasien skizofrenik mempunyai
dopaminergik pergerakan yang aneh
– Neurotransmiter lainnya – Dari semua gangguan neurologis yang
dapat memiliki psikosis sebagai suatu
• Serotonin gejala penyerta, gangguan pergerakan
– Antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas yang mengenai ganglia basalis adalah
berhubungan dengan serotonin yang kuat. salah satu yang paling sering berhubungan
– Aktivitas serotonin telah berperan dalam dengan psikosis pada pasien yang terkena
prilaku bunuh diri dan impulsif
• Norepinefrin
• Genetika
– Pemberian antipsikotik jangka panjang – Seseorang kemungkinan menderita
menurunkan aktivitas neuron skizofrenia jika anggota keluarganya
noradrenergik di lokus serelus
menderita skizofrenia dan kemungkinan
– Memodulasi sistem dopaminergik 
kelainan sistem noradrenergik terkena skizofrenia berhubungan dengan
mempredisposisikan pasien untuk sering dekatnya hubungan persaudaraan
relaps tersebut
Subtypes
• Paranoid type
– Preokupasi pada satu atau lebih waham atau halusinasi
dengar yang sering
– Biasanya episode pertama pada usia yang lebih tua
dibanding skizofrenia ketatonik atau disorder
– Ditandai terutama oleh waham kejar atau waham
kebesaran
– Tegang, pencuriga, berhati-hati, tidak ramah, bersikap
bermusuhan atau agresif, tetapi terkadang dapat
menempatkan diri mereka secara adekuat dalam situasi
sosial.
– Kecerdasan mereka tidak terpengaruh oleh kecenderungan
psikosis mereka dan tetap baik
• Disorganized type
– Sebelumnya dinamakan hebefrenik
– Regresi yang nyata ke prilaku primitif, terdisinhibisi,
dan tidak teratur oleh tidak adanya gejala yang
memenuhi untuk tipe ketatonik.
– Onset biasanya awal, sebelum usia 25 tahun.
– Biasanya aktif tetapi dengan cara yang tidak bertujuan
dan tidak konstruktif.
– Gangguan pikiran menonjol, kontak dengan kenyataan
buruk
– Penampilan pribadi dan prilaku sosialnya
rusak.Respon emosional tidak sesuai, seringkali
meledak tertawa tanpa alasan. Meringis dan seringai
sering ditemukan
– Digambarkan sebagai kekanak-kanakan atau bodoh
• Catatonic type
– Gangguan nyata pada fungsi motorik, berupa
stupor, negativisme, rigiditas, kegembiraan atau
posturing.
– Kadang pasien menunjukan perubahan yang cepat
antara kegembiraan dan stupor
– Ciri penyerta : stereotipik, manerisme dan waxy
flexibility
– Sering ditemukan mutisme
– Selama stupor atau kegembiraan butuh
pengawasan khusus untuk mencegah dari melukai
diri sendiri maupun orang lain.
• Undifferentiated type
– Jelas skizofrenia tetapi tidak dapat dengan mudah
dimasukkan kedalam salah satu tipe
• Residual type
– Ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus
adanya gangguan skizofrenik tanpa adanya
kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang
cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia
– Penumpulan emosional, penarikan sosial, prilaku
eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan
pengenduran asosiasi ringan
– Jika waham atau halusinasi ditemukan, tidak
menonjol dan tidak disertai oleh afek yang kuat
• Other subtype
– Bouffee delirante (acute delusional psychosis)
• Dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar durasi gejala yang kurang dari 3 bulan
– Laten
• Sering merupakan diagnosis yang digunakan bagi pasien dengan yang sekarang
dinamakan kepribadian skizoid dan skizotipal
• Pasien kadang menunjukkan prilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak secara terus-
menerus memanifestasikan gejala psikotik.
• Di masa lalu dinamakan borderline schizophrenia
– Oneiroid
• Dream like state, pasien mungkin sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi
terhadap waktu dan tempat
• Digunakan bagi pasien skizofrenik yang khusunya terlibat dalam pengalaman
halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata
– Parafernia
• Seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid atau untuk perjalanan
penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya waham yang tersusun baik
– Pseudoneurotik
• Pasien yang awalnya mennjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi dan
kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis
• Ditandai dengan gejala panasietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang
seksualitas yang kacau
• Mengalami kecemasan yang mengalir bebas dan sulit menghilang
• Jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah
• Sekarang didiagnosa sebagai borderline personality disorder
– Simple deteriorative disorder ( simple schizophrenia)
• Hilangnya dorongan dan ambisi yang bertahap dan tidak kentara
• Biasanya tidak secara jelas psikotik dan tidak mengalami halusinasi dan waham yang menetap
• Gejala utama : penarikan diri dari situasi sosial dan yang berhubungan dengan pekerjaan
• Mungkin mencerminkan depresi, fobia, demensia, atau suatu eksaserebrasi sifat kepribadian
– Postpsychotic depressive disorder of schizophrenia
• Setelah episode akut beberapa pasien menjadi depresi
• Gelajalanya mirip dengan fase residual skizofrenia
– Early onset schizophrenia
• Di anak-anak. Prognosisnya tidak baik
– Late onset schizophrenia
• Onset setelah usia 45 tahun
• Lebih sering di wanita
• Prognosis baik
– Deficit schizophrenia
• Negative symptoms
• Positive symptoms  non deficit schizophrenia ; Defisit schizophrenia penyakitnya lebih buruk
dibanding nondefisit
 Gejala negatif : pendataran atau penumpulan afektif, kemiskinan pembicaraan atau isi
pembicaraan, penghambatan, dandanan yang buruk, tidak adanya motifasi, anhedonia,
penarikan sosial, defek kognitif, defisit perhatian
 Gejala positif : asosiasi longgar, halusinasi, prilaku aneh, bertambah banyaknya pembicaraan
Prognosis baik Prognosis buruk
Onset lambat Onset muda
Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus
Onset akut Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan
pramorbid yang baik pramorbid yang buruk
Gejala gangguan mood ( terutama
gangguan depresif) Perilaku menarik diri, autistik
Menikah Tidak menikah, bercerai atau janda/duda
Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk
Gejala positif Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 bulan
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
Tatalaksana
• Antipsikosis: chlorpromazine and haloperidol
(dopamine D2 antagonists)

• pengobatan: pelatihan keterampilan sosial,


terapi kognitif-perilaku, remediasi kognitif, dan
pelatihan kognisi sosial.
GANGGUAN WAHAM MENETAP
(F22)
A. PENGERTIAN WAHAM MENETAP
Sekelompok gangguan jiwa dengan waham-
waham yang berlangsung lama, dan merupakan
satu-satunya gejala klinik yang khas atau yang
mencolok serta tidak dapat digolongkan sebagai
gangguan organik, skizofrenik atau afektif.
B. DIAGNOSIS GANGGUAN WAHAM MENETAP

(1). Gangguan Waham


Pedoman diagnosis gangguan waham
(1) Merupakan satu-satunya gejala atau gejala yang paling
mencolok
(2) Sudah berlangsung paling sedikit 3 bulan dan khas pribadi
(3) Bila terdapat gejala depresi, maka gejala waham harus tetap
ada pada saat depresinya hilang.
(4) Tidak disebabkan penyakit otak, tidak terdapat halusinasi,
dan tanpa riwayat skizofrenia, dan tanpa riwayat skizofrenik
DSM IV
• Waham tidak bizzare, minimal 1 bulan
• Bila ada episode mood durasinya lebih singkat
dibanding durasi wahamnya
• Gangguan tersebut bukan akibat zat
• Fungsi tidak terganggu dan perilaku tidak bizzare
C. PERJALANAN PENYAKIT GANGGUAN
WAHAM MENETAP
1. Kurang dari 25% menjadi skizofrenia
2. Kurang dari 10% menjadi gangguan afektif
3. 50% sembuh untuk waktu yang lama
4. 20% hanya penurun gejala
5. 30% tidak mengalami perubahan gejala
6. Prognosis ke arah baik :
• riwayat pekerjaan dan hubungan sosial yang
baik
• kemampuan penyesuaian yang tinggi
• wanita
• onset sebelum 30 tahun
• onset tiba-tiba
• lamanya sakit singkat
• adanya faktor pencetus
D. CARA PENANGANAN PASIEN GANGGUAN
WAHAM MENETAP

1. Indikasi rawat nginap


– Menditeksi penyebab nonpsikiatrik
– Mengamati kemampuan mengendalikan impuls
kekerasan
– Menstabilkan hubungan sosial/ kerja
2. Farmakoterapi
– Antipsikotik adalah obat terpilih untuk penanganan
gangguan waham menetap
– Mulai dengan dosis rendah anti psikotik (Haloperidol 2
mg) dan naikan bertahap.
– Dosis maintenance biasanya rendah
– Bila gagal dengan anti psikotik, maka dihentikan
3. Psikoterapi
– Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok
– Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan
perilaku sering afektif.
– Bina hubungan dan kepercayaan
– Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak boleh
meremehkan ataupun mendukung isi waham tersebut.
4. Terapi Keluarga
– Target hubungan sosial yang baik.
GANGGUAN WAHAM TERINDUKSI (F24)

A. PENGERTIAN
– Suatu gangguan waham yang terjadi pada dua orang
atau lebih, satu individu memang menderita gangguan
psikotik, yang lainnya menderita waham karena
terinduksi penderita pertama tadi.
– Orang-orang yang terlibat dalam waham terinduksi ini
biasanya mempunyai hubungan yang sangat erat.
B. DIAGNOSIS WAHAM TERINDUKSI
– Pedoman Diagnosis Waham Terinduksi
(1) Dua orang atau lebih mengalami waham
yang sama dan saling meyakinkan ;
(2) Mereka mempunyai hubungan yang
sangat erat ;
(3) Terdapat bukti bahwa waham tersebut
terinduksi pada orang yang pasif dari
orang yang aktif.

Catatan
1. Kalau waham menetap lebih dari 3 bulan, menjadi : Gangguan
waham menetap.
2. Kalau halusinasi menetap lebih dari 3 bulan, menjadi : psikosis
nonorganik lainnya.
F22. Gangguan Waham Menetap
• F22.0 Gangguan Waham
• F22.8 Gangguan Waham Menetap Lainnya
– Kategori sisa untuk gangguan waham menetap yang
tidak memenuhi kriteria untuk Gangguan Waham
(F22.0)
– Gangguan waham < 3 bulan, tidak memenuhi
kriteria skizofrenia, harus dimasukkan dalam kode
F23.- (gangguan psikotik akut dan sementara),
walaupun untuk sementara
• F22.9 Gangguan Waham Menetap YTT
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
F22.0 Gangguan Waham
• Waham (satu-satunya ciri khas klinis / gejala yang
mencolok) sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat
khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat
• Gejala depresif atau episode depresif lengkap yang terjadi
intermitten dengan syarat waham tersebut menetap pada
saat tidak terdapat gangguan afektif
• Tidak boleh ada bukti penyakit otak
• Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-
kadang dan bersifat sementara
• Tidak ada riwayat gejala skizofrenia
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Etiologi Waham pada medis
Penyakit atau gangguan Keterangan
Gangguan neurodegenratif a. Penyakit Alzheimer
b. Penyakit Pick
c. Penyakit Huntington
d. Kalsifikasi Ganglia basal
e. Multiple sclerosis
f. Metakromatik leukodistrofi
Gangguan SSP lainnya a. Tumor otak
b. Tumor hemisfer khususnya lobus temporal
c. Epilepsi
d. Gangguan kejang kompleks
e. Trauma kepala (hematoma subdural)
Penyakit vaskular a. Aterosklerotik
b. Temporoparietal atau lesi subkortikal
c. Hipertensi ensefalopati
d. Perdarahan subaraknoid
e. Temporal artritis
Penyakit atau gangguan Keterangan
Penyakit infeksi a. HIV atau AID
b. Ensefalopati letargi
c. Ensefalopati viral akut
d. Penyakit Creutzfeldt-Jakob
e. Sifilis
f. Malaria
Gangguan metabolik a. Hiperkalsemia
b. Hiponatremia
c. Hipoglikemia
d. Uremia
e. Ensefalopati hepatic
f. Porfiria
Endokrinopati a. Penyakit Addison
b. Sindrom Cushing
c. Hiper ato hipotiroid
Defisiensi vitamin a. Defisiensi vitamin B12
b. Defisiensi folat
c. Defisiensi tiamin
d. Defisiensi niasin
Penyakit atau gangguan Keterangan
Medikasi a. Hormon adenokortikotropik
b. Steroid anabolic
c. Kortikosterois
d. Simetidine
e. Antibiotik ( sefalosporin, penisilin)
f. Disulfiram
g. Antikolinergik
Zat a. A. amfetamin
b. Kokain
c. Alkohol
d. Kanabis atau mariyuana
e. Halusinogen
Racun a. Merkuri
b. Arsenik
c. Mangan
d. Talium
Tipe-tipe waham
Persecutory Jealous Erotomanic Somatic
a. Merasa sedang a. Ketidaksetia a. de Clérambault a. Monosymptomatic
dianiaya atau an  syndrome or psychose hypochondriacal
dirugikan conjugal Passionelle psychosis
b. Suka mengeluh, paranoia b. Biasanya perempuan , b. waham infestasi
rigiditas dan b. Eponym penampilan tidak (termasuk
gampang marah Othello menarik, bekerja parasitosis),
 menyerang syndrome ditingkat rendah, waham
atau membunuh c. Laki-laki, tdk menarik diri, dismorfofobia,
ada penyakit kesepian, single dan waham bau tubuh
psikiatri lain punya sedikit kontak tdk sedap atau
seksual halitosis
c. Paradoxical conduct
Grandiose Mixed Unspecified Shared psychotic disorder
Megalomania Pasien dengan 2 atau a. Jarang a. Transfer waham dari satu orang
lebih tema waham b. Berhubungan ke orang lain
dengan: b. Orang pertama yang waham
- Skizofren (primer) sakit kronis, orang
- Demensia yang berpengaruh dlm
- Epilepsi hubungan dekat dengan orang
yang lbh mudah tersugesti
(sekunder)
c. Orang sekunder  kurang
cerdas, mudah tertipu, lebih
pasif, kurang menghargai diri
sendiri daripada org pertama
d. folie simultanée  simultan
Gangguan Skizoafektif
• Memiliki ciri skizofrenia dan gangguan afektif/mood

• Jacob Kasanin yg memperkenalkan istilah ini. Pasien ini


ditandai dengan gejala:
 tiba-tiba
 sering kali pd masa remaja
 punya tingkat fungsi pramorbid yg baik
 ada stresor yg spesifik mendahului gejala
 riwayat keluarga pasien sering kali ada gangguan mood
epidemiologi
• Prevalensi seumur hidup dari gangguan
skizoafektif adalah kurang dari 1 persen
• Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih
rendah pada laki-laki dibandingkan para
wanita
• Laki-laki dengan gangguan skizoafektif
kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial
dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian
afek yang nyata.
Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi
empat model konseptual telah diajukan.
• Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia
atau suatu tipe gangguan mood.
• Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama
dari skizofrenia dan gangguan mood.
• Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis
ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan
skizofrenia maupun suatu gangguan mood.
• Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga
kemungkinan pertama. Sebagian besar penelitian telah
menganggap pasien dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu
kelompok heterogen.
Tanda dan Gejala
• Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik
gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol
dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau
secara bergantian dalam beberapa hari.
• Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit
yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik.
• Pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang
menonjol.
• Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa
 Waham
 Halusinasi
 Perubahan dalam berpikir
 Perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana
perasaan baik itu manik maupun depresif.
Gejala Klinis minimal 1 dari berikut ( jika 2 atau lebih berarti gejala kurang
jelas )

 “thought echo”
 “delusion of control”
 Halusinasi Auditorik
 Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil
 Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
 Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation)
 Perilaku katatonik
 Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika
• Adanya gejala-gejala khas tersebut telah
berlangsung selama kurun waktu 1 bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik (prodromal)
• Harus ada suatu perubahan yang konsisten
dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behavior)
Pedoman Diagnostik PPDGJ III

 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya


skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai
konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia
maupun episode manik atau depresif.
 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
 Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami
suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia).
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis
manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien
lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)
Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Pedoman Diagnosis
- Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif
tipe manik.
- Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak
begitu menonjil dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.
- Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi
dua, gejala skizorenia yang khas.
Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
- Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe depresif yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif
tipe depresif.
- Afek depreeif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik
depreesif maupun kelainana perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian
untuk episode depresif.
- Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi
dua, gejala skizorenia yang khas.
Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia berada secara bersama-sama dengan
gejala-gejala afektif bipolar campuran.
DD
• Kondisi dimana merupakan diagnosis banding
skizofrenia dan gangguan mood perlu
dipertimbangkan di dalam diagnosis banding
gangguan skizoafektif.
• Pasien yang diobati dengan steroid,
penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine
(PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus
temporalis secara khusus kemungkinan datang
dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood
yang bersama-sama.
Terapi
• Modalitas skizoafektif di rumah sakit,
medikasi, dan intervensi psikososial
• Prinsip dsr farmakologi:
Antidepresan dan antimanik diikuti jika
semuanya diindikasikan
Antipsikotik hanya untuk jangka pendek dan
jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam
mengendalikan gejala atas dasar
berkelanjutan
• Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe bipolar :
percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol),
valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-
obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif.
• Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe depresif :
berikan percobaan antidepresan dan terapi
elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan
tidak responsif terhadap terapi antidepresan
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
• Sebagai suatu kelompok pasien dgn gangguan
skizoafektif memiliki prognosis yg jauh lebih
buruk drpd depresif
• Mempunyai prognosis lebih buruk dari
gangguan bipolar
• Mempunyai prognosis lebih baik daripada
skizofrenia
Terapi biologis
a. Antagonis Reseptor Dopamin
Antagonis reseptor dopamine efektif dalam penanganan skizofrenia
adalah terhadap gejalan positif seperti waham, halusinasi.
Obat ini memiliki kekurangan dua utama yakni hanya persentase kecil
pasien (kemungkinan 25%) yang cukup membantu untuk dapat
memulihkan fungsi mental secara bermakna, dan yang kedua, antagonis
reseptor dopamine dikaitkan dengan efek simpang yang mengganggu dan
serius yaitu akatisia dan gejala lir-parkinsonian berupa rigiditas dan
tremor.
Contohnya: Klorpromazin (Thorazine) dan Haloperidol (Haldol)
b. Antagonis Serotonin-Dopamine (SDA)
SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada,
berinteraksi dengan subtype reseptor dopamine yang berbeda dibanding
antipsikotik standar, dan memengaruhi baik reseptor serotonin maupun
glutamate. Obat ini juga menghasilkan efek simpang neurologis dan
endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani
gejala negative skizofrenia, contohnya penarikan diri.
Contohnya: risperidon (Risperdal), klozapin, olanzapin (Zyprexa), sertindol,
kuetiapin dan ziprasidon.
Gangguan Kepribadian
Kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti genetik, perkembangan pribadi dan
pengalaman hidup.
• Definisi :
suatu kekhasan kepribadian :
1. Cenderung menetap
2. Tdk fleksibel
3. Maladaptif dlm interaksi sosial sehingga timbul
gangguan yang bersifat subjektif
• Gangguan Kepribadian yang Khas :
Gangguan kepribadian berat dalam konstitusi karakteriologis dan kecenderungan
perilaku dari seseorang, biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan
hampir selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan sosial.

• Pedoman Diagnostik :
Tdk berkaitan langsung dgn kerusakan / peny. otak berat atau ggn jiwa lain.

• Memenuhi kriteria:
1.Disharmoni sikap & perilaku yg cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang
fungsi misalnya afek, kesiagaan, cara memandang dan berpikir.
2.Pola perilaku abnormal berlangsung lama, jangka panjang, tdk terbatas pd episode
ggn jiwa
3.Bersifat pervasif & maladaptif
4.Selalu muncul pada anak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa
5.Menyebabkan penderitaan pribadi
6.Biasanya berkaitan dgn pekerjaan & kinerja sosial
7.Tergantung budaya setempat

• Untuk budaya yg berbeda, perlu mengembangkan kritria khas yg berhubungan


dengan norma sosial, peraturan dan kewajiban
Gangguan Kepribadian Paranoid
Sedikitnya terdapat tiga hal tersebut dibawah ini :
 Kepekaan berlebihan thd kegagalan/penolakan
 Kecenderungan tetap menyimpan dendam
 Kecurigaan & kecenderungn mendalam mendistorsi
pengalaman dgn menyalahartikan tindakan org lain sbg
sikap permusuhan/penghinaan
 Perasaan bermusuhan & ngotot hak pribadi tanpa
memperhatikan situasi
 Kecurigaan berulang, tak berdasar ttg kesetiaan seksual
pasangannya
 Kecenderungan merasa dirinya penting secara
berlebihan
 Preokupasi persekongkolan
Gangguan Kepribadian Skizoid
 Sedikit aktivitas yg memberi kesenangan
 Emosi dingin, afek mendatar atau tdk peduli
 Kurang mampu mengekspresikan kehangatan,
kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain
 Nyata ketidakpedulian terhadap pujian maupun
kecaman
 Kurang tertarik mengalami pengalaman seksual dgn org
lain
 Hampir selalu memilih aktivitas yg dilakukan sendiri
 Preokupasi dengan fantasi & introspeksi berlebihan
 Tidak mempunyai teman dekat/hubungan pribadi yang
akrab
 Sangat tidak sensitif terhadap norma & kebiasaan
sosial yang berlaku
Gangguan Kepribadian Disossial
• Sikap tdk peduli dgn perasaan org lain
• Amat tdk bertanggung jawab, tdk peduli thd
norma, peraturan & kewajiban sosial
• Tdk mampu memelihara hub berlangsung lama
• Toleransi thd frustasi sgt rendah, ambang rendah
melampiaskan agresi
• Tdk mampu mengalami rasa salah & menarik
manfaat dari pengalaman
• Sangat cenderung menyalahkan org lain,
rasionalisasi
Gangguan Kepribadian emosional tdk stabil
• Kecendrungan mencolok bertindak Impulsif
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya
• 2 varian yang khas berkaitan dengan
impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri
Gangguan Kepribadian Histrionik
• Ekspresi emosi dibuat-buat, seperti
bersandiwara, dibesar-besarkan
• Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi org lain/
keadaan
• Afektif dangkal & labil
• Terus-menerus mencari kegairahan,
penghargaan org lain, aktivitas yg
menjadikannya pusat perhatian
• Penampilan/perilaku merangsang (seduktif)
• Tdk peduli dgn daya tarik fisik
Gangguan Kepribadian Anankastik
• Ragu-ragu & hati-hati yg berlebihan
• Preokupasi dgn hal-hal yg rinci, peraturan, daftar,
urutan, organisasi, jadwal
• Perfeksionisme
• Ketelitian berlebihan
• Keterpakuan & keterikatan yg berlebihan pd
kebiasaan sosial
• Kaku & keras kepala
• Pemaksaan agar org lain mengikuti persis caranya
• Mencampuradukkan pikiran & dorongan yg
memaksa & yg enggan
Gangguan Kepribadian Cemas ( menghindar )
• Perasaan tegang & takut yg menetap & pervasif
• Merasa diri tdk mampu, tdk menarik, lebih
rendah dari org lain
• Preokupasi dgn kritik & penolakan
• Keengganan terlibat dgn org lain, kecuali merasa
yakin disukai
• Pembatasan gaya hidup krn alasan keamanan
fisik
• Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yg
banyak melibatkan kontak interpersonal krna
takut dikritik, ditolak dan tidak didukung
Gangguan Kepribadian dependen
• Membiarkan org lain mengambil keputusan
penting u/ dirinya
• Kebutuhan sendiri lebih rendah dari org lain
kepada siapa ia bergantung, kepatuhan tdk
semestinya
• Keengganan mengajukan permintaan yg layak
kepada orang ia bergantung
• Perasaan tdk enak/ tdk berdaya apabila sendiri
• Preokupasi ketakutan akan ditinggalkan orang yg
dekat dengannya
• Terbatasnya kemampuan membuat keputusan
sehari-hari tanpa mendapat nasehat
Gangguan Afek
Gangguan psikotik
• Psikotik : Gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya
halusinasi, waham, atau perilaku kacau atau aneh
• Etiologi : Stressor mental, Kondisi fisik, Ingesti zat
• Klasifikasi :
– 1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
• Skizofrenia
• G. Skizotipal
• G. Waham menetap
• G. Psikotik Akut dan Sementara
• G. Waham Induksi
• G. Skizoafektif
• G. Psikotik Non-organik lainnya
– 2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif)
• E. Manik
• G. Afektif bipolar
• E. Depresi
• G. Depresif berulang
• G. Suasana Perasaan Menetap (Skilotimia &
Distimia)
• G. Suasana perasaan lainnya
GEJALA – GEJALA PSIKOTIK
1. Akut 2. Kronik
• Gambaran utama perilaku • Gambaran Utama
- Mendengar “suara” - Penarikan diri
- Ketakutan tidak masuk akal - Pengabaian diri
- Disorientasi - G. berpikir
- Perubahan perilaku - Perilaku aneh

• Pedoman Diagnostik • Gambaran Penyerta


- Halusinasi - Sulit berpikir & konsetrasi
- Waham - Mendengarkan “suara”
- Agitasi - Keyakinan aneh
- Disorganisasi - Keluhan fisik aneh
- iritabel - Bermasalah pekerjaan
• SKIZOFREIN
GEJALA – GEJALA PSIKOTIK
Gangguan Psikotik Atipikal Lain:
• Psikosis Autoskopik
• Sindroma Cagas
• Sindroma Cotard

Gangguan Psikotik Lain yang Tidak Ditentukan:


• Psikosis Pascapersalinan
• Gangguan Skizofreniform
• Gangguan Delusional
• Gangguan Psikotik Singkat
Pemeriksaan
• Pemeriksaan status mental
• Pemeriksaan fisik
• Tes laboratorium
• CT-Scan
• MRI
• EEG
DD
• Epilepsi
• Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol
• Febris karena infeksi
• Demensia dan delirium atau keduanya
• Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan
skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lain
• Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi,
percepatan bicara atau proses pikir, harga diri berlebihan),
pasien mungkin sedang mengalami suatu episode maniak
• Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin
sedang mengalami depresi
Penatalaksanaan
Farmakologi
1. Berikan obat antipsikotik untuk
mengurangi gejala psikotik :
1. Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari
2. Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3
kali sehari
Dosis harus diberikan serendah mungkin
untuk mengurangi efek samping, walaupun
beberapa pasien mungkin memerlukan
dosis yang lebih tinggi
2. Obat antiansietas juga bisa digunakan
bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya:
lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
3. Lanjutkan obat antipsikotik selama
sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah
gejala hilang.
PSIKOTERAPI
Diagnosis Multiaksial
• Aksis I :
– Gangguan Klinis
– Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
• Aksis II :
– Gangguan kepribadian
– Retardasi Mental
• Aksis III :
– Kondisi medik umum
• Aksis IV :
– Masalah psikososial dan lingkungan
• Aksis V :
– Penilaian fungsi secara global
Axis I: Gangguan klinis dan Axis II : Gangguan kepribadian
gangguan kondisi lain dan retardasi mental
• Gangguan yang biasanya didiagnosis • Gangguan kepribadian paranoid
pertama kali pada masa bayi, anak-anak,
atau masa remaja (kecuali retardasi • Gangguan kepribadian skizoid
mental)
• Delirium, demensia, dan amnesia dan • Gangguan kepribadian skizotipal
gangguan kognitif lainnya.
• Gangguan mental karena kondisi medis
• Gangguan kepribadian antisosial
umum • Gangguan kepribadian ambang
• Gangguan berhubungan zat
• Skizofrenia dan ganggua psikotik lain • Gangguan kepribadian histronik
• Gangguan mood • Gangguan kepribadian narsistik
• Gangguan kecemasan
• Gangguan stomatoform • Gangguan kepribadian
• Gangguan buatan menghindar
• Gangguan disosiasi
• Gangguan seksual dan identitas jenis • Gangguan kepribadian tergantung
kelamin • Gangguan kepribadian obsesif-
• Gangguan makan
• Gangguan tidur kompulsif
• Gangguan penegndalian impuls yang tidak • Gangguan kepribadian yang tidak
diklasifikasikan di tempat lain
• Gangguan penyesuaian ditemukan
• Kondisi lain yang mungkin menjadi pusat • Retardasi mental
perhatian klinis
Axis III: Kondisi medis umum Axis IV: Masalah psikososial dan
(ICD-9-CM) Lingkungan
• Penyakit infeksi dan parasit (001-139) • Masalah dengan kelompok
• Neoplasma (140-239)
• Penyakit endokrin, nutrisional, dan metabolik pendukung primer
dan gangguan imunitas (240-279) • Masalah yang berhubungan
• Penyakit pada darah dan organ pembentuk
darah (280-289) dengan lingkungan sosial
• Penyakit pada sistem saraf dan organ indera
(320-389)
• Masalah pendidikan
• Penyakit pada sistem sirkulasi (390-459) • Masalah pekerjaan
• Penyakit pada sistem pernafasan (460-519)
• Penyakit pada sistem pencenaan (520-579) • Masalah perumahan
• Penyakit pada sistem genitourinarius (580- • Masalah ekonomi
629)
• Penyakit kehamilan, persalinan, dan nifas • Masalah dengan akses kepada
(630-676) pelayanan kesehatan
• Penyakit pda kulit dan jaringan subkutan
(680-629) • Masalah berhubungan dengan
• Penyakit pada sistem muskuloskeletal dan sistem hukum/kejahatan
jaringan ikat (710-739)
• Anomali kongenital (740-759) • Masalah psikososial dan
• Kondisi tertentu yang berasal dari periode lingkungan lain
perinatal (760-779)
• Gejala, tanda, dan kondisi yang tidak jela
(780-799)
• Cedera dan keracunan (800-999)
Axis 5
• 100-91: fungsi superior dalam berbagai aktifitas, mampu
mengatasi persoalan hidup
• 90-81: simptom tidak ada atau minimal, funsi baik dalam semua
bidang, tertarik dan terlibat dlm byk kegiatan, puas dengan
hidup.
• 80-71: jika ada simptom, sementara dan merupakan reaksi
wajar dari sressor psikososial, pekerjaan dan sekolah.
• 70-61: beberapa simptom ringan,ada beberapa kesulitan fungsi
sosial, pekerjaan dan sekolah, tapi sec_ umum msh berfgs baik,
relasi sosial ckp bermakana.
• 60-51: simptom sedang gangguan dlm fgs sosial, pekerjaan dan
sekolah.
• 50-41: simptom berat atau gangguan berat dlm
fungsi sosial, pekerjaan dan sekolah.
• 40-31: beberapa ganggan dlm uj relitas atau
komunikasi, atau gangguan utama dlm beberapa
bidang seperti pekerjaan, sekolah, hub_
keluarga,daya nilai, berfikir/ suasana perasaan.
• 30-21: prilaku dinilai dipengaruhi oleh delusi atau
halusinasi atau ganguan berat dlm komunikasi atau
daya nilai, atau tidak mampu berfgs dgn semua
bidang.
• 20-11: bahaya melukai diri sendiri dan orang lain,
gagal menjaga kebersihan pribadi yg paling penting,
gangguan berat pada komunikasi
• 10-1: bahaya menetap akan menyakiti diri atau
orang lain, atau tidak mampu secara menetap untuk
menjaga kebersihan pribadi atau tindakan bunuh
diri yang serius dgn harapan untuk mati yang nyata.
Antipsikosis

• Tergolong dalam kategori psikotropik


• Ciri terpenting obat antipsikosis:
– Berefek antipsikosis terhadap gejala positif dan
secara terbatas memperbaiki gejala negatif dan
gangguan kognitif
– Batas keamanannya besar, dosis besar tidak
menyebabkan koma yang dalam ataupun anestesia
– Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yg
reversibel atau ireversibel  antipsikotik tipikal dan
atipikal (afinitas tinggi menghambat reseptor
dopamin 2  reaksi ekstrapiramidal kuat)
– Tidak ada kecenderungan menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikis

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis: Penggolongan

Antipsikosis tipikal golongan fenotiazin

• Klorpromazin, flufenazin, perfenazin, tioridazin, trifluperazin

Antipsikosis tipikal golongan lain

• Klorprotiksen, droperidol, haloperidol, loksapin, molindon,


tioktiksen

Antipsikosis atipikal

• Klozapin, olanzapin, risperidon, quetiapin, sulpirid,


ziprasidon, aripriprazol, zotepin,, amilsulpirid

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Tipikal: Fenotiazin
• Prototype  klorpromazin (CPZ)
• FARMAKODINAMIK  menghambat reseptor
dopamin, alfa-adrenergik, muskarinik,
histamin H1 dan serotonin 5HT2

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Tipikal: Fenotiazin

• SSP  mempengaruhi ganglia basal (gejala parkinsonisme /


efek ekstrapiramidal)
• Neurologik  Saat diminum: distonia akut, akatisia,
parkinsonisme, sindrom neuroleptik malignan (agak jarang).
Jangka panjang: tremor perioral (jarang), diskinesia tardif
• Otot rangka  relaksasi otot dalam keadaan spastik
• Endokrin  Wanita: amenorea, galaktorea, peningkatan
libido. Pria: penurunan libido dan ginekomastia (efek
sekunder hambatan dopamin  hiperprolaktinemia, dan
androgen  estrogen di perifer)
• KV  hipotensi ortostatik, peningkatan denyut nadi saat
istirahat, peningkatan tekanan arteri rata-rata, resistensi
perifer, frekuensi dneyut jantung, dan penurunan curah
jantung

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Tipikal: Fenotiazin

• FARMAKOKINETIK  kebanyakan diabsorpsi


sempurna, sebagian mengalami metabolisme
lintas pertama.
• Bioavailabilitas klorpromazin dan tioridazin 
25-35%, haloperidol  65%
• Kebanyakan larut dalam lemak dan terikat
kuat dengan protein plasma (92-99%), dan
memiliki volume distribusi besar (>7 L/kg)
• Metabolit klorpromazin ditemukan di urin
sampai beberapa minggu setelah pemberian
obat terakhir

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Tipikal: Fenotiazin

• EFEK SAMPING  batas keamanan CPZ cukup lebar


(obat cukup aman). Efek samping umumnya adalah
perluasan efek farmakodinamiknya. Kemungkinan
timbul gejala idiosinkrasi  ikterus, dermatitis,
leukopenia, eosinofilia dalam darah perifer
• SEDIAAN 
• Klorpromazin  tablet 25 mg dan 100 mg, larutan
suntik 25 mg/mL.
• Perfenazin  obat suntik dan tablet 2, 4, dan 8 mg.
• Tioridazin  tablet 50 dan 100 mg
• Flufenazin  tablet HCL 0,5 mg (masa kerja cukup lama,
hingga 24 jam)

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Klozapin

• Hampir tidak menimbulkan efek ekstrapiramidal,


menunjukkan efek dopaminergik rendah, tapi
dapat mempengaruhi fungsi saraf dopamin pada
sistem mesolimbik-mesokortikal otak
(berhubungan dengan fungsi emosional dan
mental yang lebih tinggi)
• Berguna utk pengobatan pasien skizofrenia yang
refrakter terhadap obat standar & pasien yg
menunjukkan gejala ekstrapiramidal yang berat
karena pemberian antipsikosis tipikal (PS: risiko
agranulositosis lebih tinggi, pantau jumlah sel
darah putih)

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Klozapin

• EFEK SAMPING & INTOKSIKASI  agranulositosis,


hipertermia, takikardia, sedasi, pusing kepala,
hipersalivasi, kantuk, letargi, koma, disorientasi,
delirium, takikardia, depresi napas, aritmia, kejang,
hipertermia
• FARMAKOKINETIK  diabsorpsi secara cepat &
sempurna pada pemberian per oral (kadar puncak
plasma tercapai setelah 1,6 jam pemberian obat), diikat
protein plasma secara ekstensif (>95%), dimetabolisme
hampir sempurna sebelum diekskresi lewat urin dan
tinja, dengan waktu paruh rata-rata 11,8 jam
• SEDIAAN  klozapin tablet 25 mg dan 100 mg

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Risperidon

• FARMAKODINAMIK  afinitas tinggi terhadap


reseptor 5-HT2, aktivitas menengah terhadap
reseptor D2, alfa-1 dan alfa-2 adrenergik dan
reseptor histamin. Aktivitas antipsikosis
dihubungkan dengan hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamin
• FARMAKOKINETIK  bioavailabilitas oral 70%,
volume distribusi 1-2 L/kg, pada plasma terikat
dengan albumin dan alfa-1 glikoprotein. Ikatan
protein plasma 90%. Secara ekstensif
dimetabolisme di hati oleh enzim CYP 2D6  9-
hidroksirisperidon. Diekskresi lewat urin dan
sebagian kecil lewat feses
Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI
Antipsikosis Atipikal: Risperidon

• INDIKASI  terapi skizofrenia (gejala positif


atau negatif), gangguan bipolar, iritabilitas
pada gangguan autistik
• EFEK SAMPING  secara umum dapat
ditoleransi dengan baik. ES  insomnia,
agitasi, ansietas, somnolen, laktinemia, reaksi
ekstrapiramidal terutama tardiv diskinesia
• SEDIAAN  tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg, sirup
dan injeksi (long-lasting injection) 25 mg/mL,
50 mg/mL

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Olanzapin

• FARMAKODINAMIK  afinitas terhadap reseptor


dopamin (D2, D3, D4, D5), reseptor serotonin (5HT2),
muskarinik, histamin (H1) dan reseptor alfa-1
• FARMAKOKINETIK  diabsorbsi dengan baik setelah
pemberian oral, dengan kadar plasma tercapai setelah
4-6 jam pemberian. Metabolisme di hepar oleh CYP 2D6,
diekskresi lewat urin
• INDIKASI  gejala negatif atau positif skizofrenia, dan
antimania pada gangguan bipolar, juga dapat berfungsi
utk pasien depresi dengan gejala psikotik

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Olanzapin

• EFEK SAMPING  tidak menyebabkan


agranulositosis seperti klozapin. Dapat
ditoleransi dengan baik, efek samping
eksrapiramidal (tardiv diskinesia)
minimal. ES yang sering  peningkatan
BB, gangguan metabolik: intoleransi
glukosa, hiperglikemia, hiperlipidemia
• SEDIAAN  tablet 5 mg, 10 mg, dan vial
10 mg

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Quentiapin

• FARMAKODINAMIK  antagonis reseptor


D2, serotonin 5HT2, serotonin 5HT1, H1,
dan reseptor alfa-1 dan alfa-2 adrenergik
• FARMAKOKINETIK  absorbsi cepat
setelah pemberian oral, kadar plasma
maksimal: 1-2 jam setelah pemberian,
ikatan protein 83%, metabolisme lewat
hati oleh CYP 3A4. Ekskresi sebagian
besar lewat urin, sebagian kecil lewat
feses

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Quentiapin

• INDIKASI  skizofrenia dengan gejala (+) atau


(-). Meningkatkan kemampuan kognitif pasien
skizofreniaL perhatian, kemampuan berpikir,
berbicara, mengingat. Indikasi juga untuk
pasien depresi atau mania
• EFEK SAMPING  sakit kepala, somnolen,
hipotensi, dizziness, peningkatan BB,
gangguan metabolik, hiperprolaktinemia (efek
samping ekstrapiramidal minimal)

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Ziprasidon

• FARMAKODINAMIK  dikembangkan dengan


harapan memiliki spektrum skizofrenia yang luas.
Afinitas terhadap reseptor serotonin (5HT2A) dan
dopamin (D2)
• FARMAKOKINETIK  absorbsi cepat setelah
pemberian PO. Metabolisme di hati, dieksresi
sebagian kecil lewat urin dan sebagian besar
lewat feses. Ikatan protein plasma kuat (>99%)
• INDIKASI  keadaan akut (agitasi) skizofrenia dan
gangguan skizoafektif, terapi pemeliharaan
skizofrenia skizoafektif kronik, gangguan bipolar

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Ziprasidon

• EFEK SAMPING  mirip dengan


antipsikosis atipikal lain. Khas:
gangguan KV  perpanjangan interval
QT yg lebih besar dibanding
antipsikosis lainnya
• SEDIAAN  tablet 20 mg, ampul 10
mg

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Aripipraz

• FARMAKODINAMIK  agonis parsial thdp


reseptor D2 dan 5HT1A (dihubungkan dgn
efektivitas menurunkan gejala positif dan
negatif skizo, dan meningkatkan kognitif),
antagonis reseptor 5HT2A (berhubungan
dengan ES ekstrapiramidal yg lemah)
• FARMAKOKINETIK  diabsorpsi dgn baik di
GIT, biovailabilitas oral 87%. Ikatan protein
83%. Metabolisme lewat hepar oleh CYP 3A4
dan CYP 2D6. Eksresi sebagian besar lewat
feses dan sebagian kecil lewat urin

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Aripipraz

• INDIKASI  skizofrenia dan gangguan bipolar,


dan mengatasi iritabilitas anak dgn gangguan
autistik. Sediaan injeksi berguna utk
mengatasi agitasi pada skizofrenia atau
episode manik pada gangguan bipolar
• EFEK SAMPING  konstipasi, akatisia, tremor,
sedasi, restlessness. Efek samping
ekstrapiramidal minimal
• SEDIAAN  tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg, 15 mg,
20 mg, 30 mg. Sediaan injeksi 7,5 mg/mL.

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Paliperidon

• FARMAKODINAMIK  dikembangkan dari


obat sebelumnya: risperidon. Bersifat
antagonis terhadap reseptor dopamin (D2)
dan serotonin (5HT2A)
• FARMAKOKINETIK  absorpsi cepat setelah
pemberian oral. Metabolisme di hati oleh
CYP2D6, diekskresi sebagian besar lewat urin.
Ikatan protein plasma kuat: 97%. Tersedia
dalam bentuk injeksi IM dan oral lepas lambat
utk terapi pemeliharaan jangka panjang

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI


Antipsikosis Atipikal: Paliperidon

• INDIKASI  skizofrenia, utk terapi atau


pemeliharaan. Kelebihan dibanding
risperidon: sediaan IM dapat diberikan
sebulan sekali (risperidon 2x sebulan)  lebih
nyaman utk penderita
• EFEK SAMPING  drowsiness, takikardia,
sakit kepala, konstipasi, peningkatan BB
• SEDIAAN  oral lepas lambat 3 mg, 6 mg, 9
mg, dan 12 mg. Sediaan IM long acting 25 mg,
50 mg, 75 mg, 100 mg, dan 150 mg

Sumber: Farmakologi dan Terapi FK UI

Anda mungkin juga menyukai