Anda di halaman 1dari 48

KONFERENSI KLINIK

Periode Ke-9 (25 Juni s/d 09 Juni 2018)

Syok hypovolemik ec
Perdarahan Post Partum ec
Atonia Uteri
Oleh :
Rizky Nugrahayu
Ayu Novita Sari

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM H. HANAFIE MUARA
BUNGO
PENDAHULUAN

 Penyebab AKI terbanyak, selain hipertensi adalah perdarahan


post partum. Berdasarkan penyebab diperoleh : Atonia uteri
50-60%, robekan jalan lahir,retensio plasenta, sisa plasenta,
inversio uteri dan kelainan pembekuan darah.

 Atonia uteri adalah kegagalan kontraksi dan retraksi


miometrium setelah plasenta lahir. Atonia dapat terjadi setelah
persalinan pervaginam ataupun perabdominam. Atonia uteri
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
postpartum.
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien Suami


Nama : Ny. A Nama Suami: Tn. N
Umur : 31 tahun Umur : 32 tahun
Suku/Bangsa : Melayu Suku/Bangsa : Melayu
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir sejak ± 2,5 jam SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Os dibawa ke IGD RSUD H. Hanafie dengan perdarahan dari
jalan lahir sejak 2,5 jam SMRS. Keluar darah dari jalan lahir
setelah persalinan pervaginam. Darah berwarna merah segar
dan awalnya sedikit-sedikit namun semakin lama semakin
banyak dan merembes. Penurunan kesadaran, tekanan darah
perpalpasi, nadi tidak kuat angkat, akral dingin. Pasien
merupakan rujukan dari bidan dengan perdarahan pasca
persalinan pervaginam dengan persalinan yang diinduksi
oksitosin.
Saat Bayi yang dilahirkan dengan berat badan 4000gr,
robekan perineum (+), Apgar Score 8/9, menangis spontan,
riwayat anc tidak diketahui, pasien telah mendapatkan
tindakan KBE, KBI, dan pemasangan tampon. Keluhan tidak
Riwayat Haid Riwayat Perkawinan
Menarche : 14 tahun Status Perkawinan : Ya
Haid : teratur Jumlah : 1 kali
Lama haid : 8 hari Lama : 11 tahun
Siklus : 28 hari
Warna : Merah tua
Bentuk Perdarahan : Encer
Bau Haid : Anyir
Flour Albus :-
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
No Tahun UK Jenis Penolong Penyulit Anak Ket
Partus Persalinan
JK BB

1 2010 Aterm Spontan Dukun - L 3200 gr H


2 ini

Riwayat Kehamilan Sekarang :


GPA : P2A0H2
HPHT : 15/09/2017
Taksiran Persalinan : 22/06/2018
ANC : tidak diketahui

Riwayat KB:
Metode KB yang dipakai : Tidak diketahui
Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah diderita : tidak diketahui
Riwayat operasi : tidak ada
Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak ada
TANDA VITAL

Keadaan umum : Berat


Kesadaran : Somnolen, GCS 7
Tanda vital monitor
 TD : 60/40 mmHg
 N : 125x/menit, isi dan tegangan kurang
 RR : 26 x/menit
 T ˚ : 35,0˚ C
Tinggi badan : 155 cm
Berat Badan : 50 kg
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala: Normocephal (+), Cloasma Cor
gravidarum (-) Inspeksi : IC tidak terlihat
Mata: Conjungtiva anemis +/+, Palpasi : IC teraba di ICS V
sklera ikterik -/-, Perkusi : Apex jantung di ICS V
Telinga: dbn Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Mulut dan gigi: karies (-)

Leher
Pembesaran kelenjar Tiroid : -
Pembesaran KGB : -

Pulmo
Inspeksi : Gerakan dinding dada
simetris ka-ki Abdomen
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), Inspeksi : Membesar, linea nigra (+),
krepitasi (-), fremitus taktil sama striae gravidarum (-), bekas luka (-)
pada paru ka-ki Palpasi : kontraksi uterus lembek,
Perkusi : Fremitus vocal sama pada fundus teraba diatas pusat.
paru ka-ki
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-,
wheezing -/-
 Ekstremitas superior-inferior : Akral dingin, pucat (+/+)
 Genitalia Eksterna : Labia mayora/minora : Simetris, robekan jalan lahir (-), laserasi
(-), Pembengkakan Kel. Bartholini : -, perdarahan aktif , merembes(+)
 Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan.

Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (28 Juni 2018)
Hb : 9,4 gr %
DIAGNOSIS

Syok hypovolemik ec Perdarahan


Post Partum ec Atonia Uteri
TATALAKSANA
Nonfarmakalogis
 Kateter pemantauan urin output
 Histerektomi Totalis dengan general anestesi

Farmakologis (IGD)
 IVFD : asering 60cc/jam dan asering + epineprin 10-20cc/jam
 Dobutamin 250 gr dalam NaCl 0,9% 50cc
 Norepineprin 4mg dalam NaCl 0,9% 50 cc
 Transfusi PRC
 Inj. Cefotaxime 2x1 gr
 Inj. Gentamicin 2x80mg
 Inj. Omeprazole 2x40 mg
 Inj. Asam traneksamat 3x500mg
 Inj. Vit K 2x10mg
 Inj. Ondansentron 2x4 gr
FOLLOW UP ICU
28-06- S : nyeri luka bekas operasi (+)
2018
04.50 O : KU : tampak sakit berat
WIB N: 130x/i S: 36 C TD : 97/50 mmHg RR: 24x/i
Kesadaran : Somnolen
Perdarahan : +
Pemeriksaan lab:
Hb : 9,4 g/dl
Leukosit : 32.000 sel/mm3
Hematokrit : 29 %
Trombosit : 155.000/mm3

GDS : 11 mg/dl

A : Post Histerektomi Totalis a/i atonia uteri


FOLLOW UP ICU
28-06- P : Line 1 : IVFD Asering 500 cc
2018
04.50 Line 2 : IVFD Asering + epinefrin 300 cc
WIB Line 3 : Norephineprin 4g + NaCl 0,9% 5,25 cc/jam
Line 4 : Dobutamin 250 + NaCl 0,9% 50 cc
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Inj. Gentamicin 2x80 g
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Asam Tranexamat 3x500 mg
Inj. Vit K 2x10 mg
Inj. Ondansentron 3x4 mg
FOLLOW UP ICU
28-06- S : nyeri luka bekas operasi (+)
2018
06.00 O : KU : tampak sakit berat
WIB N: 130x/i S: 36 C TD : 97/50 mmHg RR: 24x/i

Kesadaran : Somnolen
Perdarahan : +
Pemeriksaan lab:
Hb : 9,4 g/dl
Leukosit : 32.000 sel/mm3
Hematokrit : 29 %
Trombosit : 155.000/mm3

GDS : 11 mg/dl

A : Post Histerektomi Totalis a/i atonia uteri dengan


susp.DIC + anemia berat
FOLLOW UP ICU
28-06- P : Line 1 : IVFD Asering 500 cc
2018
06.00 Line 2 : IVFD Asering + epinefrin 300 cc
WIB Line 3 : Norephineprin 4g + NaCl 0,9% 5,25 cc/jam
Line 4 : Dobutamin 250 + NaCl 0,9% 50 cc
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Inj. Gentamicin 2x80 g
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Asam Tranexamat 3x500 mg
Inj. Vit K 2x10 mg
Inj. Ondansentron 3x4 mg
FOLLOW UP ICU
28-06- S : nyeri luka bekas operasi (+)
2018
06.30 O : KU : tampak sakit berat
WIB N: 125x/i S: 36 C TD : 120/65 mmHg RR: 20x/i

Kesadaran : Somnolen
Perdarahan : +
Pemeriksaan lab:
Hb : 9,4 g/dl
Leukosit : 32.000 sel/mm3
Hematokrit : 29 %
Trombosit : 155.000/mm3

GDS : 11 mg/dl

A : Post Histerektomi Totalis a/i atonia uteri


FOLLOW UP ICU
28-06- P : Line 1 : IVFD Asering 500 cc
2018
06.30 Line 2 : IVFD Asering + epinefrin 300 cc
WIB Line 3 : Norephineprin 4g + NaCl 0,9% 5,25 cc/jam
Line 4 : Dobutamin 250 + NaCl 0,9% 50 cc
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Inj. Gentamicin 2x80 g
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Asam Tranexamat 3x500 mg
Inj. Vit K 2x10 mg
Inj. Ondansentron 3x4 mg
FOLLOW UP ICU
28-06- S : nyeri luka bekas operasi (+)
2018
07.00 O : KU : tampak sakit berat
WIB N: 80x/i S: 36 C TD : 90/51 mmHg RR: 12x/i

Kesadaran : Somnolen
Perdarahan : +
Pemeriksaan lab:
Hb : 9,4 g/dl
Leukosit : 32.000 sel/mm3
Hematokrit : 29 %
Trombosit : 155.000/mm3

GDS : 11 mg/dl

A : Post Histerektomi Totalis a/i atonia uteri


FOLLOW UP ICU
28-06- P : Line 1 : IVFD Asering 500 cc
2018
07.00 Line 2 : IVFD Asering + epinefrin 300 cc
WIB Line 3 : Norephineprin 4g + NaCl 0,9% 5,25 cc/jam
Line 4 : Dobutamin 250 + NaCl 0,9% 50 cc
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Inj. Gentamicin 2x80 g
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Asam Tranexamat 3x500 mg
Inj. Vit K 2x10 mg
Inj. Ondansentron 3x4 mg
FOLLOW UP ICU
28-06- S : nyeri luka bekas operasi (+)
2018
07.20 O : KU : tampak sakit berat
WIB N: 130x/i S: 36 C TD : - mmHg RR: 26x/i
Kesadaran : Somnolen
Perdarahan : +
Pemeriksaan lab:
Hb : 9,4 g/dl
Leukosit : 32.000 sel/mm3
Hematokrit : 29 %
Trombosit : 155.000/mm3

GDS : 11 mg/dl

A : Post Histerektomi Totalis a/i atonia uteri


FOLLOW UP ICU
28-06- P : Line 1 : IVFD Asering 500 cc
2018
07.20 Line 2 : IVFD Asering + epinefrin 300 cc
WIB Line 3 : Norephineprin 4g + NaCl 0,9% 5,25 cc/jam
Line 4 : Dobutamin 250 + NaCl 0,9% 50 cc
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Inj. Gentamicin 2x80 g
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Asam Tranexamat 3x500 mg
Inj. Vit K 2x10 mg
Inj. Ondansentron 3x4 mg
FOLLOW UP ICU
28-06- • Pupil midriasis maksimal
2018
07.35 • Nadi tidak teraba
WIB • Tekanan darah tidak dapat diukur
• Gambaran EKG Asistole
• Pasien dinyatakan meninggal

A : Susp. DIC dengan Post Histerektomi Totalis a/i atonia


uteri.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Keadaan lemahnya atau gagalnya
tonus/kontraksi otot rahim yang
meyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Epidemiologi
 Atonia penyebab tersering
 2/3 Perdarahan Postpartum disebabkan Atonia
uteri
 Mengenal ibu dg kondisi yang berisiko, 20%
atonia uteri postpartum dapat terjadi ibu
tanpa faktor risiko.

Plasenta menutupi Plasenta menutupi Plasenta yang tepinya Plasenta berada pada
seluruh OUI (simetris), sebagian OUI berada di pinggir OUI SBR tetapi tepi
bahkan ketika serviks (asimteris), tidak (Tepi terbawah capai terbawah tidak
sudah berdilatasi. menutupi bila serviks OUI tetapi tidak mencapai OUI (±
berdilatasi sempurna menutupinya) 2cm)
Faktor Predisposisi
 Peregangan uterus yang berlebihan (gemelli,
polihidroamnion, makrosomi)
 Kelelahan uterus (persalinan lama, persalinan
buatan, induksi atau augmentasi persalinan)
 Kehamilan grandemultipara
 Ibu dengan KU jelek (anemia atau penyakit
menahun)
 Mioma uteri (mioma intramural)
 Infeksi intrauterine (Korioamnionitis)
 Riw. Atonia uteri sebelumnya
Patofisiologi
 Awal persalinan estrogen me – uterus terangsang
– me jumlah taut-celah antar sel-sel miometrium,
dan prostaglandin >> menyebabkan kontraksi
uterus
 Jumlah reseptor oksitosin di miometrium dan
desidua (endometrium kehamilan) me >100x
selama kehamilan dan puncaknya awal persalinan,
= estrogen dan peregangan uterus pada akhir
kehamilan me jumlah reseptor.
 Saat persalinan dimulai – kontraksi uterus >
dilatasi serviks – menimbulkan sinyal saraf aferen
dipancarkan ke nukleus supraoptik dan
paraventrikel – me sekresi oksitosin
Patofisiologi
 Kadar oksitosin me dalam plasma dan
oksitosin lebih banyak bekerja pada uterus –
terjadi umpan balik positif yang membantu
persalinan dan berakhir setelah hasil konsepsi
dikeluarkan.
 Oksitosin me uterus dengan 2 cara :

1. Bekerja langsung pada sel otot polos uterus


membuatnya berkontraksi
2. Merangsang pembentukan prostaglandin
Patofisiologi
 Dalam persalinan pembuluh darah yang ada
diuterus melebar untuk meningkatkan
sirkulasi ke sana. – setelah persalinan,
kontraksi uterus merupakan mekanisme
utama mengontrol perdarahan setelah
melahirkan.
 Adanya peregangan yang berlebih atau
berkurangnya reseptor oksitosin di
miometrium pasca persalinan > kontraksi
uterus menurun (hipotonia uteri) – jika tidak
tertangani jatuh ke atonia uteri.
GAMBARAN KLINIS
1. Perdarahan pervaginam
2. Konsistensi rahim lunak
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok
PENATALAKSANAAN
Manajemen Atonia Uteri
1. Resusitasi
2. Masase dan kompresi bimanual

3. Uterotonika
4. Pemasangan tampon (packing) kassa uterovaginal
5. Operatif ( Ligasi Arteri Uterina , Ligasi Arteri Iliaka
Interna )
JENIS DAN ERGOMETRI MISOPROSTO
OKSITOSIN
CARA N L
IV : 20 IU dalam 1
Dosis dan Oral atau rektal
liter larutan garam IM atau IV
cara 400 mcg dapat
fisiologis dengan (lambat) : 0,2
pemberiann diulang sampai
tetesan cepat IM : mg
ya 1200 mcg
10 IU
IV : 20 IU dalam 1
liter larutan garam Ulangi 0,2 mg 400 mcg 2 – 4
Dosis
fisiologis dengan IM setelah 15 jam setelah
lanjutan
tetesan 40 menit dosis awal
tetes/menit
Dosis Tidak lebih dari 3
Total 1 atau 5 Total 1200 mcg
Maksimal liter larutan
mg dosis atau 3 dosis
per hari dengan oksitosi
Pemberian IV Preeclampsia,
Kontraindik Nyeri,
secara cepat atau vitium cordis,
asi kontraksi, asma
 Teknik B-Lynch
Dalam review yang dilakukan Christopher B Lynch,
dinyatakan bahwa teknik B-lynch untuk perdarahan
postpartum seharusnya menjadi pilihan bagi
setiap gynecologist. Wohlmith,dkk mempublikasikan hasil
dari penelitian teknik B-lynch dengan tingkat kesuksesan
mencapai 91 %. Sedangkan Sukses kumulatif didunia
mencapai 98%.
 Histerektomi

Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering


dilakukan jika terjadi perdarahan pospartum masif yang
membutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-4 per
10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan
abdominal dibandingkan persalinan pervaginam.
PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada jumlah darah yang
hilang (sesuai dengan rasio berat badan
pasien), komplikasi yang terjadi, dan
keberhasilan terapi
PENCEGAHAN
 Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat
mengurangi risiko perdarahan postpartum
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian oksitosin sebelum pengeluaran plasenta
dapat mengurangi jumlah darah yang hilang dan
juga jumlah tranfusi postpartum yang dibutuhkan
 Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah
perdarahan dalam persalinan, anemia, dan
kebutuhan transfusi darah. Kegunaan utama
oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu
onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan
kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani
seperti ergometrin
Analisa Kasus Kasus Teori
• Perdarahan dari jalan lahir  Dari anamnesis kasus termasuk
A setelahpersalinan pervaginam perdarahan post partum. Perdarahan >
n • Darah berwarna merah segar
500ml setelah bayi lahir, tanda klinis
dan banyak, merembes.
a • Penurunnan kesadaran, tekanan terlihat dari perubahan tanda vital.
m darah perpalpasi, nadi tidak kuat  Pasien mengalami PPH ec atonia uteri,
angkat, akral dingin.
n • Bayi yang dilahirkan dengan
yang jatuh dalam keadaan syok
hypovolemik.
e berat badan 4000gr, robek
perineum(+), Apgar Score 8/9,  Faktor risiko atonia pasien ini regangan
S menangis spontan, riwayat hb rahim (makrosomi), kelelahan uterus
I 8,4gr% selama hamil.
(induksi) dan anemia.
• pasien telah mendapatkan
s tindakan KBE, KBI, dan  Manajemen atonia uteri : masase
pemasangan tampon. fundus uteri, KBI, KBE, Uterotonika,
tampon uterovaginal, rujuk, resusitasi
cairan, tindakan operatif laparotomi.
Analisa Kasus Kasus Teori
Keadaan umum : Berat  Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh
Kesadaran: Somnolen, GCS 7 kehilangan volume massive oleh karena
Tanda vital monitor perdarahan organ., terjadi penurunan
TD : 60/40 mmHg volume darah intravascular yang
N : 125x/menit, isi dan menyebabkan penurunan CO dan tidak
tegangan kurang dan lemah
adekuatnya perfusi jaringan sehingga
RR : 26 x/menit
T ˚ : 35,0˚ C menyebabkan asidosis metabolik.
Ekstremitas superior-  Kehilangan cairan berat ditandai :
inferior : Akral dingin, pucat takikardi nyata, hipotensi yang nyata,
(+/+) nadi perifer lemah dan menghilang, kulit
dingin dan sianosis, urin output < 10%
dan penurunan kesadaran.
Analisa Kasus
Kasus Teori
 Atonia uteri ditandai dengan adanya
Abdomen
Inspeksi : Membesar, linea nigra
perdarahan masif pervaginam. Pada
(+), bekas luka (-) palpasi uterus ditemukan fundus uterus
Palpasi : fundus uterus lembek,
lembek atau mengembang tanpa
teraba 2 jari diatas pusat, kontraksi
uteri (-) adanya kontraksi.
 Genitalia Eksterna : Labia
 Tanda dan gejala atonia uteri :
mayora/minora : Simetris,
1. Perdarahan pervaginam
robekan jalan lahir (-), laserasi
(-), Pembengkakan Kel. Bartholini 2. Konsistensi rahim lunak
: -, perdarahan aktif , 3. Fundus uteri naik
merembes(+)
4. Terdapat tanda-tanda syok.
 Pemeriksaan dalam : tidak
dilakukan.
Analisa Kasus Kasus Teori
Nonfarmakalogis  Histerektomi peripartum
Kateter pemantauan urin
merupakan tindakan yang
output
Ligasi arteri uterina sering dilakukan jika terjadi
Histerektomi Totalis
perdarahan pospartum masif
Farmakologis (IGD) yang membutuhkan
IVFD : asering 60cc/jam dan
tindakan operatif
asering + epineprin 10-
20cc/jam  Beberapa penelitian tentang
Dobutamin 250 gr dalam NaCl
ligasi arteri uterina
0,9% 50cc
Norepineprin 4mg dalam NaCl menghasilkan angka
0,9% 50 cc
keberhasilan 80-90%.
Transfusi PRC
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Asam traneksamat
3x500mg
Inj. Vit K 2x10mg
Analisa Kasus Kasus Teori
Nonfarmakalogis  Terapi suportif bergantung dengan
Kateter pemantauan urin kecurigaan awal dan bantuan
output hemodinamik.
Ligasi arteri uterina  Oksigenasi (manajemen jalan napas),
Histerektomi Totalis bantuan sirkulasi (manajemen vaskular,
penggantian cairan, dan pemberian
Farmakologis (IGD)
IVFD : asering 60cc/jam dan antisyok/vasopressor) dan koreksi
asering + epineprin 10- koagulopati dengan produk darah (PRS,
20cc/jam FFP, dll) dan manajemen perdarahan
Dobutamin 250 gr dalam NaCl uterus, lebih sering dengan prosedur
0,9% 50cc histerektomi.
Norepineprin 4mg dalam NaCl Pemberian larutan kristaloid untuk

0,9% 50 cc
memaksimalkan preload.
Transfusi PRC
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Asam traneksamat
3x500mg
Inj. Vit K 2x10mg
Analisa Kasus Kasus Teori
Nonfarmakalogis  Pada fase awal, vasodilatasi sirkulasi
Kateter pemantauan urin terjadi. Bantuan inotropik seperti
output
dobutamin, dopamin, epinefrin,
Ligasi arteri uterina
Histerektomi Totalis dan norepinefrin dibutuhkan untuk
memperbaiki gangguan
Farmakologis (IGD) kontraktilitas (agonis-adrenergik)
IVFD : asering 60cc/jam dan
asering + epineprin 10- dan vasokontriksi sistemik (efek
20cc/jam adrenergik).
Dobutamin 250 gr dalam NaCl  Transfusi produk darah merupakan
0,9% 50cc
landasan terapi koagulopati.
Norepineprin 4mg dalam NaCl
0,9% 50 cc Protokol transfusi darah masif harus
Transfusi PRC segera dimulai.
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Asam traneksamat
3x500mg
Inj. Vit K 2x10mg
Analisa KasusKasus Teori
Follow up ICU Henti jantung mendadak yang terjadi saat
operasi tanpa penyakit penyerta mempunyai
28-06-2018
beberapa kemungkinan, yatiu : reaksi vagal,
07.35 WIB
emboli paru dan reaksi anafilaksis akibat
• Pupil midriasis maksimal
obat. Pada kasus ini emboli paru paling
• Nadi tidak teraba mungkin terjadi, salah satu jenis emboli paru
• Tekanan darah tidak dapat adalah emboli air ketuban selalu dicurigai
diukur pada kasus emergensi obstetrik yang
melibatkan kolaps kardiovaskular.
• Gambaran EKG Asistole Trias klasik emboli ketuban :
• Pasien dinyatakan 1. Hipoksemia akut
meninggal 2. Hipotensi akut
3. Henti jantung

A : Susp. DIC dengan Post


Histerektomi Totalis a/i atonia
uteri.
Analisa KasusKasus Teori
Follow up ICU Temuan klinis bervariasi tergantung pada
sistem organ yang terpengaruh predominan.
28-06-2018
1. Fase awal (initial phase), yaitu hipertensi
07.35 WIB
pulmoner akut yang menyebabkan dilatasi
• Pupil midriasis maksimal
ventrikel kanan, penurunan CO dan
• Nadi tidak teraba ventilation/perfusion mismatch yang
• Tekanan darah tidak dapat menyebakan desaturasi oksigen. Ventilasi-
diukur perfusi mismatching adalah hasil konstriksi
vasa pulmonal yang terjadi pada awal emboli
• Gambaran EKG Asistole menjelaskan terjadinya hipoksia mendadak
• Pasien dinyatakan dan gagal respirasi (henti napas).
meninggal

A : Susp. DIC dengan Post


Histerektomi Totalis a/i atonia
uteri.
Analisa KasusKasus Teori
Follow up ICU 2. Fase kedua dimulai ketika fungsi ventrikel
kanan membaik, khas terjadi 15-30 menit
28-06-2018
sejak kejadian awal. Pada masa ini, gagal
07.35 WIB
jantung kiri dan terjadi edem pulmonum.
• Pupil midriasis maksimal
Ibu yang bertahan hidup pada fase kedua ini
• Nadi tidak teraba akan megalami perdarahn dan DIC. Temuan
• Tekanan darah tidak dapat laboratorium menunjukkan anemia,
diukur trombositopenia, pemanjangan PT dan aPTT
atau penuruan kadar fibronogen. Beberapa
• Gambaran EKG Asistole kasus muncul perdarahan dan DIC tanpa
• Pasien dinyatakan didahului dengan kolaps kardiovaskular
meninggal

A : Susp. DIC dengan Post


Histerektomi Totalis a/i atonia
uteri.
Kesimpulan
 Penyebab AKI terbanyak, selain hipertensi adalah perdarahan post
partum. Berdasarkan penyebab diperoleh : Atonia uteri 50-60%.
 Pada kasus Ny. A 31 tahun dengan P2A0 berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang didapatkan diagnosa
“Syok Hipovolemik ec perdarahan post partum ec atonia uteri”,
 telah dilakukan tatalaksana sesuai dengan teori yaitu terapi
supportif dan tindakan pembedahan histerektomi total. Pasien
diobservasi post op di ruang ICU dengan diagnosa “Susp. DIC
dengan Post Histerektomi Totalis a/i atonia uteri”. Karena
perdarahan yang terus menerus sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara aktivasi koagulasi dan fibrinolisis serta
penurunan aktivitas koagulan, selain itu keadaan lemahnya atau
gagal kontraksi otot rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu
menutup perdarahan terbuka.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai