mengasihi orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari kami.”
(HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
“Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan)
ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut
ilmu darinya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)
Kedudukan Guru
“ Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung “. Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi
jasmani yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani
yang bersifat spiritual dan universal.
Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi orang
yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur pusaka
dalam menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat dengan
kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :
Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).
Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para
Ulama, meski bukan Guru kita. Begitupula dengan para Da’I dan Muballigh selaku penyalur
risalah kenabian, yang kini disebut Da’wah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang
sebenarnya adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta ilmudan amalanya
tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
SYUKRON KATSIRON