Anda di halaman 1dari 41

TERMODINAMIKA II

(3 SKS)

Dosen Pengampu:
Amun Amri, MT, PhD
Chairul, ST, MT
Heriyanti, ST, M.Sc, M.Eng
Sistem Penilaian:
1. Tugas
2. Quiz
3. UTS
4. UAS

Reference:
• Smith, J.M., van Ness, H.C., and Abbott, A., (2001), “Introduction
to Chemical Engineering Thermodynamics”, 6th edition, McGraw-
Hill, Boston

• Potter, M.C. and Somerton, C.W., (1993), “Schaum’s Outline of


Theory and Problems of Thermodynamics for Engineers”,
McGraw-Hill, New York
Silabus:
1. Review konsep fundamental termodinamik
2. Pembangkit daya
3. Termodinamika larutan dan kesetimbangan fasa
4. Perhitungan dan aplikasi kesetimbangan fasa
uap cair
5. Kesetimbangan fasa cair-cair, padat-cair, padat-
padat, uap-padat
6. Kesetimbangan kimia
Review konsep fundamental
termodinamik
• Hukum pertama dan kedua termodinamika
• Properti volumetrik fluida
• Hubungan antar properti termodinamika
• Aplikasi termodinamika untuk proses alir
Silabus:
1. Review konsep fundamental termodinamik
2. Siklus Karnot
3. Termodinamika larutan dan kesetimbangan fasa
4. Perhitungan dan aplikasi kesetimbangan fasa
uap cair
5. Kesetimbangan fasa cair-cair, padat-cair, padat-
padat, uap-padat
6. Kesetimbangan kimia
Review konsep fundamental
termodinamik
• Hukum pertama dan kedua termodinamika
• Properti volumetrik fluida
• Hubungan antar properti termodinamika
• Aplikasi termodinamika untuk proses alir
PERTEMUAN KE-1
HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA
• Atau dengan kata lain suatu proses dapat
berlangsung jika memenuhi hukum
termodinamika I dan termodinamika II.
• Jadi : Hukum Termodinamika II, memberikan
batasan-batasan tentang arah yang dijalani suatu
proses, dan memberikan kriteria apakah proses
itu reversible atau irreversible dan salah satu
akibat dari Hukum Termodinamika II ialah
perkembangan dari suatu sifat fisik alam yang
disebut ENTROPI.
Perubahan entropi → menentukan arah yang
dijalani suatu proses.
• Kegunaan hukum termodinamika II tidak terbatas
hanya pada mengidenfikasi arah dari suatu proses,
tetapi juga bisa untuk
– mengetahui kualitas energi (hukum termodinamika I
berhubungan dengan kuantitas energi dan
perubahan bentuk energi) ;
– menentukan batas toeritis unjuk kerja suatu
sistem ;
– memperkirakan kelangsungan reaksi kimia (
degree of completion of chemical reaction)
“ Panas secara alamiah akan mengalir dari
suhu tinggi ke suhu rendah, panas tidak
akan mengalir secara spontan dari suhu
rendah ke suhu tinggi”
(Clausius)

“Tidak mungkin dalam satu siklus terdapat


efisiensi 100%”
(Carnot)
HUKUM II TERMODINAMIKA
• Diformulasikan pada tahun 1860 melalui
penelitian mesin kalor Carnot
• Mempelajari kecenderungan arah reaksi
• Meramalkan spontanitas reaksi
HEAT ENGINE
• Pendekatan klasik untuk Hukum kedua
termodinamik
• Heat engine didefinisikan sebagai alat atau
mesin yang menghasilkan kerja dari panas
pada proses siklik, i.e. Steam power plant
W  QH  QC

net work output



heat absorbed
W QH  QC
 
QH QH
QC
  1
QH
MESIN CARNOT
QH
P
TH
b

c  Proses Adiabatik
 a  b; kompresi
w  c  d; ekspansi
 Proses Isotemal
 b  c; ekspansi
a

d  d  a; kompresi
QC
TC
V
Vb Va Vc Vd
• Untuk tahap isotermal b  c dan d  a
Vc Vd
QH  RTH ln QC  RTC ln
sehingga Vb Va

QH RTH ln Vc Vb

QC RTC ln Vd Va
• Untuk tahap adiabatik a  b dan c  d
CV dT Va TH CV dT Vd

TH
TC R T
 ln
Vb TC R T
 ln
Vc
• sehingga
Va V Vc V
ln  ln d ln  ln d
Vb Vc Vb Va
• Sehingga
QH TH

QC TC

• Dengan menyubtitusi pers di atas ke pers heat


engine, maka
W
•   1
TC
QH TH
Example 5.1.
• A central power plant rated 800 000 kW,
generates steam at 585 K and discard heat to
a river at 295 K. If the thermal efficiency of the
plants is 70% of the maximum possible value,
how much heat is discarded to the river at
rated power?
ENTROPI
• Entropi Menyatakan derajat ketidakteraturan
sistem
• Sistem dengan cara tersusun ekivalen
komponennya sedikit seperti kristal padat
memiliki ketidakteraturan yang kecil atau
entropi rendah
• Sistem dengan cara tersusun ekivalen
komponennya banyak seperti gas memiliki
ketidakteraturan besar atau entropi tinggi
Entropi dan Hukum Kedua Termodinamika
• Apa yang menentukan arah perubahan spontan?
• Sistem alami cenderung kearah tidak teratur, random,
distribusi partikel kurang teratur
• Beberapa sistem cenderung lebih tidak teratur (es meleleh)
tetapi ada juga yang lebih teratur (air membeku) secara
spontan
• Dengan meninjau sistem dan lingkungan terlihat semua
proses yang berlangsung dalam arah spontan akan
meningkatkan entropi total alam semesta (sistem dan
lingkungan). Ini yang disebut dengan hukum kedua
termodinamika
• Hukum ini tidak memberikan batasan perubahan entropi
sistem atau lingkungan, tetapi untuk perubahan spontan
entropi total sistem dan lingkungan harus positif
Suniv = Ssis + Ssurr > 0
ENTROPI
• Entropi merupakan fungsi keadaan
• Entropi sistem untuk proses reversibel
dinyatakan sebagai:
d' Q r
dS 
T
ENTROPI UNTUK GAS IDEAL
dU  dQrev  PdV , dimana H  U  PV sehingga :
dH  dU  PdV  VdP
dH  dQrev  PdV  PdV  VdP
dQrev  dH  VdP
dimana :
dH  C Pig dT dan V  RT P
maka :
dQrev ig dT dP
 CP R  dS
T T P
dS C Pig dT
  d ln P
R R T
Menghitung Perubahan Entropi dalam Proses
Reversibel
• Pada proses adiabatik d’Q = 0 dan dalam proses adiabatik
reversibel d’Qr = 0, maka pada setiap proses adiabatik
reversibel dS = 0  entropi S tetap
• Proses demikian dsb proses isentropik 
d’Qr = 0 dan dS = 0
• Pada proses isotermal reversibel, suhu T tetap, sehingga
perubahan entropi
2 2
d' Q r 1 Qr
S2  S1     d' Q r 
1
T T1 T
• Contoh proses isotermal reversibel perubahan fase pada
tekanan tetap
Menghitung Perubahan Entropi dalam
Proses Reversibel
• Dalam kebanyakan proses suatu arus panas yg masuk ke
dalam sistem secara reversibel umumnya disertai oleh
perubahan suhu.
• sehingga perhitungan perubahan entropi adalah suhu T
tidak boleh dikeluarkan dari tanda integral
2
d' Q r
S2  S1  
1
T
• Jika proses terjadi pada volume tetap, maka d’q (aliran
panas per unit massa, atau per mol) = cv.dT 
T2
dT
(S2  S1 ) v   c v
T1
T
Menghitung Perubahan Entropi dalam Proses
Reversibel

• Jika proses terjadi pada tekanan tetap, maka d’q


(aliran panas per unit massa, atau per mol) = cp.dT
 T2
dT
(S2  S1 ) v   c p
T1
T
• Pada umumnya cv dan cp berubah dg suhu sehingga
tidak boleh dikeluarkan dari tanda integral dalam.
Untuk menghitung integral tsb harus diketahui cv dan cp
sebagai fungsi suhu. Jika cv dan cp dianggap tetap, maka
hasil integral itu menjadi
T2 T2
(s 2  s1 ) v  c v ln dan (s 2  s1 ) P  c P ln
T1 T1
Menghitung Perubahan Entropi dalam Proses
Reversibel

• Jika dalam suatu proses terdapat arus panas antara sistem dg


lingkungannya secara reversibel, maka pada hakekatnya suhu
sistem dan suhu lingkungan adalah sama.
• Besar arus panas ini yang masuk ke dalam sistem atau yg
masuk ke dalam lingkungan di setiap titik adalah sama, tetapi
harus diberi tanda yg berlawanan.
• Karena itu perubahan entropi lingkungan sama besar tetapi
berlawanan tanda dengan perubahan entropi sistem dan
jumlahnya menjadi 0.
• Karena sistem bersama dg lingkungannya membentuk dunia,
maka boleh dikatakan bahwa entropi dunia adalah tetap
• Pernyataan tersebut hanya berlaku pada proses reversibel saja
Example 5.3
• Methane gas at 550 K and 5 bar undergoes a
reversible adiabatic expansion to 1 bar.
Assuming methane to be an ideal gas at these
conditions, determine its final temperature.
Perubahan Entropi
dalam Proses Irreversibel
• Entropi S adalah variabel keadaan  keadaan
ditentukan keadaan awal dan akhir proses
• Maka pada proses ireversibel dapat digunakan
rumus proses reversibel dg syarat keadaan
awal & akhir kedua proses itu sama.
• Perhitungan entropi pada proses irreversibel
dilakukan dengan menghitung entropi pada
tahap – tahap reversibel
PROSES IRREVERSIBEL
• Pada proses reversibel  variabel yang berubah
hanya satu
• Pada proses irreversibel  variabel yang
berubah lebih dari satu
• Entropi suatu sistem selalu positif, mendekati
nol untuk proses reversibel (∆S ≥ 0).
irrev
H2O(l, 25 o H2O(g, 100oC, 1 atm)
C, 1 atm) S
S rev rev S2
1 H2O(l, 100oC, 1 atm)

S = S1 + S2
T1
S1 = CP ln
T2
H
S2 =
T
ENTROPI REAKSI KIMIA

Jika diketahui suatu reaksi


aA + bB  cC + dD (25oC)
S0t = S0produk - S0reaktan
= (cS0C + d S0D) – (aS0A + b S0B)

• Bagaimana bila reaksi berlangsung pada


100oC ?
aA + bB  cC + dD (100oC)
rev
aA + bB (25oC) cC + dD (25oC)
S1
rev S2 S3 rev
S4
aA + bB (100oC) cC + dD (100oC)
irrev

S1 = S2 + S3 + S4


S4 = S1 - S2 - S3
S2 = CP ln (T2/T1)
= (CP A + CP B) ln (373/298)

S3 = CP ln (T2/T1)
= (CP C + CP D) ln (298/373)
S4 = S1 - S2 - S3
= S1-[(CP A+CP B)ln(373/298)]-[(CP C+CP D)ln(298/373)]
= S1- (CP A+CP B)ln(373/298) + (CP C+CP D)ln(373/298)
= S1- [(CP A+CP B) - (CP C+CP D)] ln(298/373)
= S1 + CP ln 373/298
Asas Kenaikan Entropi
• Dari pembahasan proses ireversibel, kita ketahui bahwa entropi
dunia (universe) selalu naik
• Hal tersebut dikenal sebagai asas kenaikan entropi dan dianggap
sebagai bagian dari hukum kedua termodinamika.
• Asas ini dapat dirumuskan  Entropi dunia selau naik pada tiap
proses ireversibel
• Karena itu dapat dikatakan bahwa entropi dari suatu sistem yang
terisolasi sempurna selalu naik untuk tiap proses ireversibel yg
terjadi dalam sistem tsb.
• Sementara itu entropi tetap tidak berubah dalam sistem yang
terisolasi jika sistem itu menjalani proses reversibel, maka hukum
kedua termodinamika dapat dirumuskan :
• Pada setiap proses yg terjadi di dalam sistem yg
terisolasi, entropi sistem tsb selalu naik atau tetap
tidak berubah
• Andaikan suatu sistem yg terdiri dari sejumlah gas sempurna
menjalani proses isotermal reversibel dari keadaan 1 ke
keadaan 2 
S2 S2 U2 V2 V2
dQ 1 p dV
S dS  S T  T U dU  V T dV  RV V
1 1 1 1 1

• Suku pertama pada ruas kanan = 0, krn pada proses


isotermal utk gas sempurna U tidak berubah. Hasilnya 

V2
S 2  S1  R ln
V1
HUKUM III TERMODINAMIKA
“ Entropi kristal murni pada suhu nol absolut
adalah nol”
• Pada suhu nol absolut (T = 0 K)
– Tidak terjadi pergerakan atom
– Tidak ada kekacauan termal
– Struktur kristal dianggap sempurna
• Tugas
• 5.2, 5.8, 5.9, 5.10
• Hitung mol udara, n = massa/berat molekul
• Hitung V1, PV = nRT  V2
• W = nP∆V
• Hitung T2,
• Q = ∆H= Cp ∆T
• ∆U= Q + W
• Hitung Q, Q = Cp ∆T
• ∆Ssistem,

• ∆Sres,

• ∆Stot = ∆Ssis + ∆Sres

Anda mungkin juga menyukai