BELLA ELIANA
1104144066
DIBIMBING OLEH :
PEMBIMBING 1 : Dr. DUDI DARMAWAN
PEMBIMBING 2 : Dr. MAHFUDZ AL HUDA
OUTLINE
BAB III
BAB I BAB II
• RANCANGAN PROSEDUR
• LATAR BELAKANG • MEDAN MAGNET PADA PENELITIAN
• RUMUSAN MASALAH SISTEM • SIMULASI SISTEM PLANAR
• TUJUAN • KOIL SENSOR INDUKSI MEDAN MAGNET
• BATASAN MASALAH • HUKUM INDUKSI • PEMBUATAN DAN
• METODE PENELITIAN FARADAY KONFIGURASI KOIL
• SISTEMATIKA • SKIN DEPTH • ANALISIS DATA HASIL
PENULISAN • MAGNETISASI PENGUKURAN
BAB IV
RUMUSAN TUJUAN
MASALAH
LATAR BELAKANG
apakah sistem planar
untuk mendeteksi
• Kebutuhan untuk induksi medan perbedaan bahan
inspeksi magnet dapat ferromagnetik dan
• Metode Pengujian mendeteksi non-ferromagnetik
• Tomografi Elektrik perbedaan bahan
• Induksi Medan Magnet ferromagnetik dan
• Prinsip Pengukuran non-ferromagnetik
• Uji Kelayakan
BATASAN
MASALAH
• Objek Uji
• Metoda
• Nilai Parameter
• Terdefinisi pada alat
ukur
• Peletakkan pada Objek
BAB II
SOLENOIDA (KOIL SENSOR)
𝜇0 𝐼 𝑁
10 𝜋 𝜇0 𝑁 𝑅 2 2 𝐵=
𝑙
𝐿 ≈ induksi magnet di tepi (ujung
9 𝑅 + 10 𝑙
solenoid)
𝜇0 𝐼 𝑁
𝐵=
2𝑙
SOURCE : PRIBADI
HUKUM INDUKSI FARADAY
2𝜌 2 1
𝛿= = =
𝜔𝜇 𝜔𝜇𝜎 𝜋𝑓𝜇𝜎
BAB III
RANCANGAN PROSEDUR
PENELITIAN
SIMULASI SISTEM PLANAR INDUKSI MEDAN MAGNET
PERANCANGAN DAN KONFIGURASI SENSOR KOIL
Parameter Nilai
Jumlah koil 2
Jumlah lilitan 50
setiap koil
Diameter dalam 40 Langkah-langkah pengukuran menggunakan LCR Meter :
setiap koil : di (mm) 1. Kalibrasi LCR Meter. Adapun cara untuk meng-kalibrasi alat ukur tersebut adalah
Diameter luar 43 sebagai berikut :
setiap koil : do *Tekan tombol menu pada alat ukur,
(mm) *Pilih sub-menu offset,
Diameter kawat 0.8 *Pilih sub-menu CAP OFFSET untuk melakukan open test
tembaga : dc (mm) dimana masing-masing capit tidak saling terhubung,
Tinggi koil : H (mm) 64 *Pilih sub-menu CAP OFFSET untuk melakukan short test
dimana masing-masing capit saling terhubung,
Panjang sisi koil : l 48
*Selesai.
(mm)
2. Sambungkan capit yang tersambung langsung dengan LCR Meter ke masing-
masing ujung koil.
3. Kemudian, menyatat hasil nilai induktansi diri, reaktansi diri, dan impedansi yang
terbaca pada LCR Meter.
0,05162 mH
SIMULASI SISTEM PLANAR INDUKSI MEDAN MAGNET Tegangan Sumber Eksitasi VS Tegangan pada
Koil Pemancar
Pengaturan modul 1.50E+01
Pengaturan
Magnetic Field dan Meshing
geometri
Electrical Circuit
1.00E+01
5.00E+00
Tegangan (V)
Pengaturan Study Running Study Pemilihan Results 0.00E+00
0 0.0000002 0.0000004 0.0000006 0.0000008 0.000001 0.0000012
-5.00E+00
-1.00E+01
Save Results
-1.50E+01
Waktu (s)
1.50E-01
1.00E-01 Penerima
5.00E-02 2.00E-01
Grafik Frekuensi
1,000
Pada grafik frekuensi dapat dilihat bahwa
0,900 nilai frekuensi yang diatur pada function
Frekuensi Ukur (kHz)
0,800
0,700 generator dan diukur pada osiloskop ini memiliki
0,600
0,500 ketepatan nilai atau keakurasian nilai yang
0,400
0,300 tinggi dengan nilai error 0,0001728%.
0,200
0,100
0,000
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Frekuensi Set (kHz) Dari grafik respon amplitudo
terhadap frekuensi, dalam rentang 1 kHz
Respon Amplitudo Terhadap Frekuensi – 10 MHz, amplitudo tidak berpengaruh secara
10.35 signifikan dan memiliki ketepatan nilai yang
10.30
10.25
terukur terhadap frekuensi. Pada rentang 1 kHz
Amplitudo (Vpp)
5500.00
5000.00
4500.00 Jarak 5 mm
4000.00
3500.00 Jarak 10 mm
3000.00
2500.00 Jarak 15 mm
2000.00
1500.00 Jarak 20 mm
1000.00
500.00
Pada kedua gambar grafik di samping dapat
Jarak 25 mm
0.00
0 5000 10000 15000
dilihat bahwa ketika sebelum didekatkan objek
Frekuensi (kHz) uji, frekuensi 5 MHz merupakan frekuensi sumber
arus yang paling optimal karena nilai tegangan
yang dibaca oleh koil penerima besar
Sensitivitas terhadap Tegangan Eksitasi dan dibandingkan dengan frekuensi lainnya. Namun,
Frekuensi
9000.00
sensitifitas sistem pada setiap objek uji terhadap
frekuensi berbeda-beda dan parameter elektrik
Tegangan Receiver (mV)
8000.00
7000.00
6000.00 serta magnetik setiap objek berbeda-beda, maka
Tegangan Eksitasi = 5,12 V
5000.00
4000.00 Tegangan Eksitasi = 10,2 V
dari gambar grafik tersebut diambil frekuensi
3000.00
Tegangan Eksitasi = 15,4 V dengan rentang 2 MHz – 8 MHz sebagai frekuensi
2000.00
1000.00 Tegangan Eksitasi = 20,4 V sumber arus (frekuensi kerja).
0.00
0 2000 4000 6000 8000 10000
Frekuensi (kHz)
Source: Dok. Pribadi
DATA HASIL PENGUJIAN PADA OBJEK
4000
Pada saat frekuensi kerja 5 MHz, nilai
3500 tegangan induksi pada koil penerima adalah
Tegangan Receiver (mV)
7000
6000 Pada gambar di samping ini dapat dilihat bahwa dari rentang
5000 frekuensi 2 MHz – 8 MHz nilai tegangan induksi yang terukur
4000 pada koil penerima paling besar terbaca pada frekuensi 5 MHz.
3000
2000
1000 Pada objek besi
bersifat ferromagnetik dan pada
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
objek parafin bersifat non-ferromagnetik,
Frekuensi (MHz) dimana nilai permeabilitas material ferromagnetik lebih besar
dari material non-ferromagnetik. Hal ini disebabkan material
Parafin Besi di Dalam Parafin Besi
ferromagnetik memiliki molekul dengan momen dipol
magnetik yang permanen. Pada material yang bersifat
ferromagnetik memiliki interaksi yang kuat antara dipol
Dalam bahan dielektrik
, semua elektron-elektron terikat dengan magnetiknya yang berdekatan maka menyebabkan
kuat pada intinya sehingga terbentuk suatu struktur regangan (lattices) peningkatan besar pada medan magnetnya. Sedangkan,
benda padat, atau dalam hal cairan atau gas, bagian-bagian positif dan parafin bersifat dielektrik. Pada bahan dielektrik tidak
negatifnya terikat bersama-sama sehingga tiap aliran massa tidak terdapat elektron-elektron konduksi yang bebas bergerak di
merupakan perpindahan dari muatan. Karena itu, jika suatu dielektrik seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik. Medan listrik tidak
diberi muatan listrik, muatan ini akan tinggal terlokalisir di daerah di mana akan menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan
muatan tadi ditempatkan.
dielektrik.
DATA HASIL PENGUJIAN PADA OBJEK
Objek berupa lempengan baja dengan 5 variasi ketebalan:
• 80 mm x 80 mm x 10 mm
• 80 mm x 80 mm x 9 mm
• 80 mm x 80 mm x 8 mm
• 80 mm x 80 mm x 7 mm
• 80 mm x 80 mm x 6 mm
Grafik Tegangan Terhadap Frekuensi pada Objek
Baja dengan Variasi Ketebalan Pada gambar grafik di samping ini dapat dilihat
9000
bahwa pada rentang frekuensi 2 MHz – 8 MHz nilai tegangan
Tegangan Receiver (mV)
8000
7000
induksi koil penerima tidak mengalami perubahan yang signifikan
6000 pada masing-masing ketebalan objek uji. Nilai tegangan induksi
5000 koil penerima paling besar dibaca pada frekuensi sumber 5 MHz.
4000
3000
2000 Tidak terdapat perbedaan nilai tegangan
1000
0 induksi koil penerima secara signifikan disebabkan oleh
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 adanya faktor skin depth. Dimana skin depth akan menurun dengan
Frekuensi Set (kHz) meningkatnya frekuensi sumber arus dan permeabilitas magnetik
Ketebalan 6 mm Ketebalan 7 mm Ketebalan 8 mm dari bahan. Pada pengujian ini, nilai skin depth yang
Ketebalan 9 mm Ketebalan 10 mm dihasilkan yaitu sebesar 9,55 um. Nilai skin depth tersebut jauh
lebih kecil dari ketebalan masing-masing objek baja yang
digunakan dalam pengujian ini, sehingga tak ada perbedaan
tegangan induksi koil penerima dari hasil pengujian masing-masing
ketebalan lempengan baja.
DATA HASIL PENGUJIAN PADA OBJEK
8000
7000
6000
5000
kecil diameter anomalinya, maka nilai
semakin
4000
3000
tegangan induksi koil penerimanya akan
2000
1000 semakin mendekati nilai tegangan
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 induksi pada lempengan baja tanpa
Frekuensi Set (MHz)
anomali. Sedangkan, semakin besar diameter anomalinya,
Tanpa Anomali Diameter 4 mm maka nilai tegangan induksi koil penerima pun semakin
Diameter 10 mm Diameter 16 mm mendekati nilai tegangan induksi pada objek udara. Hal ini
disebabkan oleh luasan lempengan baja yang berkurang terisi
oleh udara sehingga informasi yang dibaca sensor koil tak
hanya objek berupa lempengan baja tetapi juga objek berupa
udara.
DATA HASIL PENGUJIAN PADA OBJEK
4000
3500 permukaan objek pada bagian tengah objek uji tersebut.
3000
2500
2000 Pada gambar di samping menunjukkan bahwa nilai tegangan
1500 induksi koil penerima pada objek pasir kuarsa mendekati nilai
1000
500
tegangan induksi ketika objek berupa udara pada rentang
0 frekuensi 2 MHz – 8 MHz, sedangkan pada serbuk Fe3O4
0 2 4 6 8 10 mengalami penurunan tegangan induksi koil penerima mulai
Frekuensi Set (MHz) frekuensi 5 MHz – 8 MHz. Sehingga, untuk mendapatkan nilai
tegangan induksi koil penerima pada serbuk Fe3O4
Kuarsa dengan Kedalaman=1 cm Kuarsa dengan Kedalaman=2 cm
Kuarsa dengan Kedalaman=3 cm Kuarsa dengan Kedalaman=4 cm
optimum dilakukan pada frekuensi
Fe3O4 dengan Kedalaman=1 cm Fe3O4 dengan Kedalaman=2 cm sumber arus 4 MHz. Berbeda dengan pengujian-
Fe3O4 dengan Kedalaman=3 cm Fe3O4 dengan Kedalaman=4 cm pengujian sebelumnya dimana frekuensi sumber yang
optimum yaitu pada frekuensi 5 MHz.
BAB V
SARAN
KESIMPULAN
• Menambahkan rangkaian elektrik
Hasil data pengukuran sistem planar
agar sistem planar induksi medan
induksi medan magnet terhadap objek
magnet dapat digunakan pada
yang diuji lebih baik pada objek
frekuensi sumber arus yang rendah.
berbahan ferromagnetik dibandingkan
• Melakukan penelitian lebih lanjut
dengan objek berbahan non-
mengenai parameter sensor koil
ferromagnetik.
untuk meningkatkan kesensitifan
terhadap objek non-ferromagnetik.