Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI ONE MAP POLICY

DI KPBPB BATAM

BADAN PENGUSAHAAN PERDAGANGAN BEBAS DAN


PELABUHAN BEBAS BATAM
DASAR HUKUM

 UU no 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UUIG)


 UU No. 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No.4 Tahun 2014
 Inpres no 10 tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru Dan
Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
 SK Kepala Bakosurtanal Nomor: HK.02.04/ll/KA/96 tentang Standart
datum 95 DGN
sebagai referensi tunggal dalam penyelenggaraan IG di Indonesia.
Standar ini menggunakan ellipsoid World Geodetic Sistem 1984 (WGS-
84)
 Perpres No 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial
Nasional (JIGN)
 Perka BIG No 15 tahun 2013 tentang sistem referensi geospasial
indonesia (SRGI) 2011
KARENA
1. Kebutuhan yang berbeda, pada tema yang sama, dapat menyebabkan
perbedaan spesifikasi informasi peta tematik. Dapat menimbulkan
kesimpangsiuran informasi & membingungkan pengguna peta dan
menyebabkan pengembangan dan pembangunan tata ruang wilayah
tidak teratur dan terarah
2. Banyak Peta Tematik dibuat oleh berbagai K/L dengan spesifikasi sesuai
kebutuhan masing-masing.
3. Adanya ketidakpastian hukum dapat merugikan masyarakat maupun
negara, dan mengakibatkan kerugian materiil bernilai miliaran rupiah
dalam pembangunan dan pengembangan tata ruang wilah berbagai
sektor pembangunan.
4. Beberapa permasalahan yang mengemuka terkait tata ruang dan
pertanahan diantaranya:
 Permasalahkan alokasi penggunaan lahan pada kawasan;
 Permasalahan batas administrasi yang masih simpang siur;
 Tapal batas hutan dan non hutan masih menjadi salah satu sumber
konflik.
CONTOH :

Adanya Gap garis pantai


• Diperlukan mekanisme one map untuk menyatukan
keberagaman menuju kesatuan informasi geospasial dasar
(IGD) dan informasi geospasial tematik (IGT) nasional agar IGT
dapat terselenggara dengan baik, tertib dan handal
• One Map Policy merupakan suatu Kebutuhan untuk
Penyelenggaraan Pemerintahan yang Efisien dan Efektif
INISIATIF NASIONAL

Reference

Standard

Database

Geoportal
SATU REFERENSI
a. Vertikal
jaring kontrol geodesi b. Horizontal
c. Gaya Berat

Dasar (IGD)
Informasi a. Peta Rupabumi Indonesia;
b. Peta Lingkungan Pantai Indonesia;
Geospasial IG yang berisi tentang objek yang dapat dilihat peta dasar c. Peta Lingkungan Laut Nasional. (Pasal
(IG) secara langsung atau diukur dari kenampakan
fisik di muka bumi dan yang tidak berubah dalam 7)
waktu yang relatif lama. (Pasal 1 poin 5 )

Tematik (IGT) garis pantai

IG yang menggambarkan satu atau lebih


tema tertentu yang dibuat mengacu pada
hipsografi
IGD. (Pasal 1 poin 6 )

perairan

nama rupabumi

batas wilayah

adalah garis khayal yang menggambarkan batas wilayah ntarkelurahan/desa, transportasi dan utilitas
antarkecamatan, antarkabupaten/kota, antarprovinsi, dan antarnegara. (12:e
(P) bangunan dan fasilitas umum

digambarkan berdasarkan dokumen penetapan penentuan batas wilayah penutup lahan.


secara pasti di lapangan oleh Instansi Pemerintah yang berwenang (16:1) a.; b.; c.;d.;e.; f.; g; h. (Pasal 12 )

Jika belum ditetapkan secara pasti di lapangan digunakan batas wilayah


sementara yang penggambarannya dibedakan dengan menggunakan simbol 7,000 Jaring Kontrol Vertikal
dan/atau warna khusus (16:2) 119 Stasiun GPS
5,800 JK Gaya Berat
CORS sedang dalam konstruksi
(diintegrasikan dengan Ina-TEWS)
SATU STANDAR TEMATIK
Peta tematik yang dihasilkan setiap K/L, harus merujuk
pada standar tematik nasional agar dapat diintegrasikan
dengan K/L lain untuk menjadi peta tematik nasional
Contoh

SNI 7645:2010
Standar Nasional Indonesia
Klasifikasi penutup lahan
ICS 07.040 Badan Standardisasi Nasional

DRAFT
RSNI PEMETAAN LAHAN GAMBUT
SKALA 1:50.000 BERBASIS
CITRA PENGINDERAAN JAUH

9
SATU DATABASE
Penyusunan Database harus merujuk pada standar database yang sama
agar proses integrasi peta tematik dapat dengan mudah dilakukan

Contoh:
Integrasi Peta Perijinan Kehutanan, Perkebunan dan Pertambangan di
Kabupaten Pasir (Kalimantan Timur)

Protected Forest and


Conservation Area…

…overlay with HPH and HTI


areas…

…overlay with plantation


areas…

…overlay with mining area


SATU GEOPORTAL
Geoportal tunggal untuk integrasi, transparansi dan partisipasi
penyelenggaraan IG menuju :
Indonesia National Spatial Data Infrastruccture (Ina-NSDI)

http://tanahair.indonesia.go.id or http://maps.ina-sdi.or.id

11
Pihak Penyelenggaraan IGT Dalam Implementasi
One Map Policy(UU-IG Psl 23 & 24)

Lembaga Pemerintah/ • Sesuai tugas fungsi dan kewenangannya & dapat


Pemerintah Daerah bekerjasama dengan BIG

• Untuk kebutuhan sendiri


Perseorangan • Yang tidak diselenggarakan oleh Instansi
Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

BIG •Integrasi IGT dari beberapa IGT


•Menyelenggarakan IGT yang belum diselenggarakan
lembaga lain (UU-IG Ps 24)
Integrasi data dan informasi geospasial yang
ingin dicapai
One Map Policy Ina-SDI
Networks

Ilustrasi Pertukaran
dan Berbagi Pakai
Data geospasial
antar Simpul
Jaringan yang
sedang dibangun
SIMPUL JARINGAN Kelembagaan Dan Infrastruktur Informasi Geospasial Di
Wilayah KPBPB Batam
Institusi yang bertanggung jawab dalam penyelnggaraan pengumpulan, pemeliharaan,
pemuthahiran, pertukaran dan penyebarluasan data geospasial tertentu (tematik)

Biro

Dinas

Kantor

Badan

BIG merupakan
penghubung simpul Wali Data dan Unit kliring bertugas untuk mengelola data
jaringan termasuk menyempurnakan isi dari meta data,
memberlakukan standar penyebarluasan data
STRATEGI IMPLEMENTASI ONE MAP POLICY:
MEMBENTUK KELOMPOK KERJA (POKJA)
Telah dibentuk 11 Pokja untuk penyelenggaraan IGT
Pokja SD Lahan dan Gambut
Pokja Kebencanaan

Pokja IGTD

BIG
Pokja Perizinan

Kementrian
/Lembaga

Kementrian
Pokja /Lembaga
Kementrian
/Lembaga
Kementrian
/Lembaga

Pokja Pokja
POKJA IGT NASIONAL ‘MENUJU ONE MAP POLICY’:
1.Pokja Pemetaan Sumberdaya Air dan DAS;
2.Pokja Pemetaan Sumberdaya Lahan Pertanian dan Gambut;
3.Pokja Pemetaan Dinamika Sumberdaya;
4.Pokja Pemetaan Perubahan Iklim;
5.Pokja Pemetaan Ekoregion;
6.Pokja Pemetaan Monitoring Perijinan Sektoral, Penutup Lahan,
dan Status Lahan;
7.Pokja Pemetaan Transportasi;
8.Pokja Pemetaan Sumberdaya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
9.Pokja Pemetaan Kebencanaan;
10.Pokja Pemetaan Tata Ruang;
11.Pokja Pemetaan Ekonomi, Sosial, Budaya dan Atlas
SARAN
• Diharapkan BP Batam bersama unit-unit kerja a serta
pemerintahan kota batam dan pemerintahan provinsi dan
instansi terkait lainnya dapat bersinergi dalam Simpul Jaringan
Daerah.

• Diharapkan BP Batam dan instansi terkaitnyainnya dapat


bersinergi dengan masyarakat dalam melakukan pemetaan
partisipatif untuk mendapatkan Informasi Geospasial secara
mendalam

Anda mungkin juga menyukai